Masih di hari yang sama, beberapa saat setelah perdebatan unik dengan Pak Anwar…
“Pak, boleh tanya, dong…?” Maya bicara sambil melanjutkan pekerjaannya. Pak Anwar hanya menoleh. “Ya, boleh lah, masa enggak boleh…?” Maya menoleh karena tak mendengar jawaban Pak Anwar. Pak Anwar menggeleng-gelengkan kepala sambil membuang napas malas. “Pak…!!” seru Maya karena Pak Anwar kembali fokus ke buku besarnya.
“Apa…?! Bicara saja…!! Saya tidak tuli…!!” jawab Pak Anwar tanpa menoleh.
“Ish…” gumam Maya. “Bu Farida itu siapa, sih…?” Maya bertanya sambil mendekat dan membawa serbet yang baru saja ia gunakan untuk membersihkan kaca etalase. Pertanyaannya berhasil membuat Pak Anwar beralih dari fokusnya.
“Kamu kan sudah bertemu beliau kemarin, apalagi…??” Bukan jawaban yang Maya inginkan. Maya heran, kok Pak Anwar bisa tahu kalau ia bertemu Bu Farida?
“Pak Anwar tahu saya ketemu Bu Farida?? Kok bisa…?” tanya Maya penasaran. Pak Anwar hanya menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepala, lalu kembali fokus ke buku besarnya.
“Jawab, dong, Pak…?! Saya kan jadi penasaran, kalau saya mati gara-gara penasaran gimana…??” rengek Maya.
“Itu lebih bagus, jadi berkurang satu sumber pusing kepalaku,” jawab Pak Anwar ketus, membuat Maya terbelalak kaget.
“Bapak mendoakan saya mati…?!” Maya berteriak, tertahan.
“Diam…!! Kembali bekerja! Jangan sampai pelanggan datang dan tempatmu masih belum beres…!” tegas Pak Anwar sambil menatap Maya tajam. Maya menunduk agak takut. Memangnya ada yang salah dengan pertanyaannya…?
“Bekerja lah yang benar sampai jam makan siang nanti! Kalau kamu berhasil menjual seratus potong pakaian, aku akan menjawab penasaranmu itu…!!” lanjut Pak Anwar dengan nada rendah. Seratus potong sampai jam makan siang?? Kalau sampai sore sih mungkin bisa.
“Nego, dong, Pak… lima puluh potong saja, ya, Pak…?!” Maya mencoba menawar, membuat Pak Anwar mendongak menatapnya tajam.
“Bekerja, Maya…!! Bekerja…!! Ini sudah hampir jam delapan, jangan main-main saja dari tadi…!!” bentak Pak Anwar.
“Iya, Pak, iya, ini mau kerja juga kok,” jawab Maya sambil berlalu melanjutkan pekerjaannya, kali ini menata pakaian anak-anak. “Kenapa sih hari ini Pak Anwar sensi amat…??” gumam Maya. “Lagian seratus potong hanya sampai jam makan siang?? Mana bisa, hahhh… semoga saja aku mendapat keajaiban hari ini,” gumamnya lagi.
Maya sudah selesai berbenah toko. Semua barang dagangan sudah tertata rapi, baik yang di etalase maupun yang bertumpuk di lantai dan di emper toko.
Toko tempat Maya bekerja ini lumayan besar, menjual aneka ragam pakaian untuk pria dan wanita, tua muda, dan anak-anak.
Maya berdiri di emper, melihat orang lalu lalang, dan orang-orang yang berbelanja di toko lain.
“Ya, mari… mari… Ibu… Bapak… Nenek… Kakek… Adik… Kakak… mampir belanja di toko kami…”
Maya berteriak memanggil siapa pun yang lewat. Ia melihat Pak Anwar mendongak, mungkin berpikir, “Apa yang sedang dilakukan bocah itu…?” Ini memang baru pertama kali Maya melakukan ini. Sebelumnya ia hanya duduk manis di kursi jaga. “Ya, mari… mari… dijamin puas, ya, semua… bahan bagus, berkualitas, harga terjangkau, murah tapi gak murahan, ya… yuk, mari… mari… di mana lagi bisa beli eceran harga grosir…??” Maya terus berteriak mempromosikan toko, dengan kalimat yang sebenarnya sudah ada di banner di depan toko. Ia mondar-mandir di emper toko sambil berteriak.
“Stop, Maya… kamu mau bikin saya tuli…?” teriak Pak Anwar dari dalam toko. Maya menoleh. “Eh…?”
“Kan ini kerja, Pak… siapa tahu ada orang di ujung sana yang belum lihat toko kita,” bantah Maya. Ia melihat Pak Anwar memijit pelipisnya.
“Tapi tidak dengan teriak kencang-kencang juga, Maya…” Pak Anwar menggeram.
“Kenapa, Pak…? Kan biar semua pada datang…?” Maya masih membantah.
“Ini masih jam delapan, Maya… kalau kamu teriak-teriak, terus lapar lagi, saya tidak akan mau membelikanmu sarapan lagi…!” Ish, kok jadi sebel, masak gitu alasannya?? Membuat Maya merengut. “Emangnya perutku ini balon…??” batinnya. “Kalau kamu mau mempromosikan toko kita tidak harus seperti itu juga caranya… kamu kan bisa buat selebaran, kamu buat kata-kata apalah biar nanti saya cetakkan, terus kamu edarkan di sekitar tempat kosmu atau berikan pada orang yang kamu temui di sepanjang jalan…!!” Pak Anwar malah ceramah panjang lebar. “Eh, tapi benar juga ya, idenya…?” gumam Maya.
“Wah, hebat… Pak Anwar pintar, kenapa gak dari dulu kita buat itu, Pak…??” seru Maya penuh semangat.
“Saya memang sudah pintar sejak dulu, kalau tidak saya tidak akan jadi bos kamu…!” timpal Pak Anwar. “Huu… Pak Anwar narsis,” cibir Maya. Pak Anwar memijit pelipisnya lagi.
“Kenapa, Pak…? Kok kepalanya dipijit terus…? Bapak pusing, ya…??” tanya Maya.
“Kamu tidak sadar…? Kamu yang tiap hari bikin saya pusing…?” ucap Pak Anwar kesal. “Sudah… itu ada orang datang…!! Cepat kerja…!!” serunya sambil menunjuk ke arah emper depan. Maya menoleh keluar dan benar saja ada seorang wanita paruh baya membawa seorang anak kecil dari arah jalan, sedang berjalan masuk ke emper toko. Maya segera menyambutnya penuh semangat.
“Mari, Bu… ada yang dibutuhkan, Bu…? Barangkali cocok, di sini komplit, lho, Bu…”
“Mau cari kaos untuk ukuran anak ini, ada gak, Mbak…? Yang gambar robot, ya…”
“Sama gambar princes juga, Ma…” tambah si anak kecil.
“Ooh… ada, Dek… semua ada, robot ada, princes juga ada…” jawab Maya. “Adik maunya yang robot apa…? Superman, Ultraman, Iron Man, Satria Baja Hitam, Power Rangers, atau apa…? Semua ada kok…?” tambah Maya lagi. “Princes-nya juga ada banyak macam, lho, Dek, ada Snow White, Mermaid, Aurora, Jasmine, Rapunzel… dan teman-temannya, pokoknya semua ngumpul di sini,” lanjut Maya berpromosi.
“Dicampur saja, Kak, nanti biar teman-temannya pilih yang disuka…” saran sang ibu.
“What, dicampur?? Teman-teman??” batin Maya. “Yeeeeaaah…” Maya sudah bersorak dalam hati, padahal belum tentu jadi, tapi kan gak salah berharap.
“Tolong mau lihat contohnya, ya, Mbak…!!” pinta sang ibu.
“Ahh… iya… iya, Bu, tunggu sebentar, ya…” Maya merasa gugup, padahal sudah biasa melayani pembeli dalam jumlah banyak.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Sumar Sutinah
aku suka thor cerita y
2025-02-21
1
Bilqies
keren Thor aku suka ❤️
2024-05-18
1
Bilqies
PD banget tuuh si Anwar 🤣🤣🤣
2024-05-18
1