Kembali ke masa kini.
Maya mendongakkan wajah, menatap langit-langit ruangannya. Ia menghapus beningan kristal yang masih tersisa di sudut matanya. Tidak... ia tak boleh seperti ini. Bukankah dulu ia bisa tegar? Bukankah ia sudah berhasil melewatinya? Ya, benar. Semua sudah lewat, dan ia sudah berhasil memenangkan pertarungan melawan hatinya. Seharusnya ia tak lagi menangis. "Ayo bangun, Maya... tunjukkan kalau kau bisa lebih baik tanpa dia.!!"
Maya bangkit dan menuju wastafel yang ada di kamar mandi ruangannya. Ia membasuh wajahnya agar lebih segar. Maya sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak kan lagi mengingat masa lalu kelam. Ya, benar. Maya sudah berjalan sejauh ini. Sudah dua tahun berlalu, dan sekarang Maya sudah berada dalam posisi yang tak bisa dipandang sebelah mata oleh Arman. Walaupun untuk melalui semua itu, Maya menjadi sedikit takut jika harus menjalin komitmen dengan seorang pria. Bukan takut sih, hanya saja ada seseorang yang Maya sukai, tapi ia tak berani mengungkapkannya.
Maya kembali ke mejanya. Ia sedikit bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia bisa bertemu dengan Arman di perusahaan ini...? Ah, mungkin saja dia salah satu karyawan, atau mungkin salah satu jajaran petinggi di sini. Biarkan saja, memang apa urusan Maya?
Maya kembali merenung, mengingat kembali semua perjalanan hidupnya. Bagaimana bisa ia yang hanya pelayan di toko pakaian sekarang bisa ada di tempat ini?
Flashback on
Pagi itu, keesokan hari setelah Maya memergoki pengkhianatan Arman...
"Selamat pagi, Pak Anwar yang kece...!!" Pagi-pagi Maya sudah tiba di toko dengan penuh semangat, karena ia sungguh masih penasaran dengan Nyonya Farida.
"Pagi... jangan ganjen kamu itu, masih dagangan..." Ish... Maya langsung cemberut dengan jawaban Pak Anwar. "Tumben kamu jam segini sudah sampai, kesambet apa...? Biasanya yang alasan masih mengantar sarapan ke tempat pacar lah... apalah.." lanjutnya, yang membuat Maya terbungkam, dan tertunduk. Ada yang tercubit dalam hatinya. Iya, itu memang benar. Itu dulu, Maya yang begitu bodoh yang selalu mengutamakan kebutuhan Arman bahkan sebelum perutnya sendiri terisi.
"Kenapa...? Ada yang salah sama kata-kataku...?" tanyanya melihat Maya terdiam. Maya menggeleng lemah. Mungkin dalam hatinya terkaget dengan reaksi Maya, karena itu jelas bukan sifat Maya jika harus diam tanpa protes. "Kamu boleh curhat dulu kalau mau, mumpung belum ada pembeli datang..." sambungnya lagi, sambil menatap lekat pada Maya.
"Dia berselingkuh di belakang saya, Pak..." Akhirnya Maya mengadu, dengan kepala tertunduk.
"Oohh..." jawabnya yang otomatis membuat Maya mendongak. Cuma oh, what! Demi apa, hanya oh saja? Masa hanya oh...
"Kok cuma Oh sih, Pak...?"
"Emang harus apa...?" Dia malah bertanya, sambil tertawa mengejek lagi. Yang membuat Maya jadi dongkol.
"Saya ini barusan mengadu, Pak... pacar saya selingkuh...!!" tandas Maya. "Harusnya Pak Anwar kaget dong...!!" lanjut Maya.
"Sudah tahu...!!" jawabnya singkat.
"Kok sudah tahu...? Maksudnya gimana...?" Otak tolol Maya kembali nge-lag sinyalnya.
"Aku sudah tahu pacarmu itu selingkuh, makanya tidak kaget," jawabnya yang justru membuat Maya kaget.
"What, demi what... what...? Maksudnya...? Pak Anwar sudah tahu kalau pacar saya selingkuh...?" Maya masih tak percaya dengan yang kudengar.
"Iya...!!"
"Kapan, Pak...? Dimana...? Sejak kapan...?" Kok Pak Anwar gak ngasih tahu saya...?" tanya Maya menggebu. Maya benar-benar tak percaya.
"Sudah lama," jawabnya.
"Kok Pak Anwar gak ngasih tahu saya sih...?" tanya Maya lagi.
"Biar apa...? Biar kamu nangis tujuh hari tujuh malam...? Gitu?" Dia malah meledek Maya. Benar-benar tipe atasan minus akhlak. Tahu karyawannya patah hati, malah diledek.
"Kan biar saya tahu, Pak, biar saya gak dibodohin dia terus...?"
"Kamu saja yang lola, jadi sekarang kamu sudah sadar kan kalau kamu itu bodoh...?" Dia kembali meledek Maya. Sungguh caranya tertawa itu membuat Maya gemas sampai-sampai ingin meleparnya dengan kotak makan yang masih Maya pegang. Tapi kalo Maya lempar nanti Maya mau makan apa... Maya cemberut pura-pura marah.
"Makanya punya akal itu dipakai sedikit, jangan cuma nurut aja jadi cewek itu. Mana ada cowok baik-baik yang kerjanya cuma minta uang sama ceweknya...? Kalo dia benar-benar sayang sama kamu, seharusnya dia yang memberikan uang untukmu! Tiap kali kamu cerita kalo uangmu kamu gunakan untuk entah apa kepantingan pacarmu, kamu sudah pernah aku ingatkan kan...? Jangan terlalu royal, emang kamu mau dengan saran ku? Enggak kan? Malah kadang kamu bela-belain kasbon, dasar o'on!"
Huh, pedas sekali sih ceramahnya, walaupun memang iya sih. Sebodoh itu Maya dulu. Sekarang Maya hanya bisa menunduk, merutuki ketololannya.
"Sudah sana mulai kerja, siapkan semua. Nanti keburu ada pembeli datang. Jangan nangis lagi, emang belum puas kamu nangis kemarin?!" perintahnya. Benar-benar tak punya empati sedikitpun.
"Iya, Pak..." jawab Maya pelan. Maya mengusap air mata yang hampir terjatuh kembali. Memang benar Maya tak boleh terlalu larut dalam patah hati ini. Maya menghembuskan napas kasar. Lalu melangkah untuk mulai menata dagangan pakaian.
"Maya...!!" panggilnya saat Maya sudah mulai bergerak aktif. Membuat Maya menoleh menghentikan aktivitasnya.
"Ya... Pak!" jawab Maya.
"Kamu tidak boleh kalah. Tunjukkan kalau kamu akan lebih bahagia tanpa dia. Jangan biarkan dia melihat mu menangis, rugi besar kalo kamu jadi down gara-gara dia. Lelaki seperti dia tak layak mendapatkan kehormatan air mata darimu!!" Oh sungguh wejangannya membuat Maya meleleh. Ah... Pak Anwar memang sebaik itu. Dia juga selalu sigap menolong ketika karyawannya dalam kesulitan.
"Siap, Pak...!!" jawab Maya sambil memberi hormat layaknya bendera negara. "Saya janji mulai sekarang saya gak akan lemah," lanjut Maya.
"Good..." Dia tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. "Suatu hari kamu pasti akan bertemu jodoh yang baik untukmu," lanjutnya. "Sudah sana balik kerja, jangan cengar-cengir di situ!!" sentaknya. Maya segera kembali bergerak melanjutkan tugasnya.
"Eh... Pak... Pak... Kalo saya pacarannya sama Bapak aja gimana...? Bapak kan baik hati, jadi saya gak mungkin disakiti lagi...?" Maya cengar-cengir setelah menggodanya. Sudah lama sekali tidak menggodanya. Lidah Maya jadi gatal. Dan sepertinya menggoda majikannya ini lebih bermanfaat dari pada menangisi Arman.
"Mayaaa!!" geramnya.
"Eh, gak kok, Pak, bercanda Pak, bercanda. Pis ya, Pak, pis..." goda Maya sambil menunjukkan salam dua jari. Karena sepertinya Pak Anwar mulai naik tensinya.
"Kamu itu bukan tipe saya. Istri saya jauh lebih cantik darimu, dan juga seksi. Gak kayak kamu ini kurus kerempeng!" tandasnya yang membuat Maya cemberut.
"Ish, Pak... saya ini gak kerempeng ya...!! Tapi langsing. Langsing, Pak, L A N G S I N G," bantah Maya yang malah membuat dia terbahak.
"Sudah sana balik kerja!!" sentaknya setelah reda tawanya.
"Ya, Pak, ya... mau ya, Pak jadi pacar saya? Pacar kedua juga gak papa kok, Pak, lumayan kan, Pak buat cadangan..." Maya kembali menggodanya sambil mengedip-ngedipkan dua mata seperti gadis genit, membuat dia mendesah malas atau mungkin kembali darah tinggi.
"Sudah ku bilang, jangan ganjen, Maya...!!" Dia sekarang berkacak pinggang. "Kamu itu masih dagangan, kamu mau nanti laki-laki yang melihatmu jadi il feel?" peringatnya. Ish, selalu saja.
"Ish, kenapa sih Bapak tu selalu bilang saya dagangan...? Emangnya saya ini pakaian yang di etalase?" Maya jadi cemberut, dan dia lagi-lagi tertawa seolah mendapat lelucon gratis, dan tentu saja itu membuat Maya makin manyun.
"Kenapa saya bilang kamu itu dagangan...?" tanyanya seolah ini teka-teki. "Karena kamu itu..." Dia menjeda katanya yang membuat Maya penasaran.
"Karena kamu itu.... BELUM LAKU!!! Ha ha ha ha," dia tertawa terbahak-bahak sambil berlalu meninggalkan Maya menuju meja kasir yang selalu menjadi kursi kebesarannya.
Maya menggeram kesal. What so what, what! Ini jelas penghinaan kan namanya. Maya menghentakkan kakinya dengan tangan terkepal. Boleh gak sih kalo Maya lempar dia dengan kemoceng yang Maya pegang ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
aphrodite
iya ngapain nangisin orang bejat buang2 energi aja..move on..setidaknya kamu harus lebih sukses jangan kelihatan lemah..bisa besar kepala para pengkhianat itu
2024-11-22
1
aphrodite
jujur banget sih boss..tapi bagus sih
2024-11-22
1
aphrodite
betul itu
2024-11-22
1