"Mas..." Panggil lirih suara misterius yang tadi memberi salam
Suasana hening sejenak dengan aura mistis yang terasa sangat kental
"Mas," lagi, suara lirihan tersebut kembali terdengar, nampak Laras yang seakan celingak-celinguk mencari sesuatu
"Tolong buka pintunya!"
Kini suara tersebut seperti berbisik, namun terasa benar benar dekat dengan kami
"Mas, suaranya dari jendela mas. Aku takut," bisik Laras
Walau sebenarnya nyali ini juga sudah sedari tadi menciut. Namun, tetap ku beranikan diri agar bisa melindungi Laras.
"Ndak usah dihiraukan dek. Pura pura ndak dengar saja."
"Yo Ndak bisa mas. Orangnya loh sudah disini." ucap istriku terkesan datar
Ucapan istriku sontak saja membuatku terkejut dan merinding di saat bersamaan.
Suasana di kamar seketika berubah menjadi suram dan serasa pengap. Tengkuk ku dingin secara tiba tiba
Dan kini aku merasakan aura seseorang yang sedang berdiri tepat di belakangku
"Dek. Kamu kenapa?" Tanyaku pada istri yang kini duduk diam mematung dengan tubuh kaku dan mata melotot
Akupun memberanikan diri memutar kepala ke arah belakang tubuhku, dan seketika membuat ku menyesal
"Astaghfirullah.. ya Allah!" ucapku terkejut hampir jatuh dari ranjang
Sementara istriku masih dalam posisi yang sama
Dihadapan ku kini berdiri sosok nenek yang sangat menyerupai tetangga ku yang baru saja meninggal, Bu Zulaikha. Namun, dengan usia yang lebih tua.
Rambutnya putihnya terurai kusut, berantakan tak teratur. Mata hitamnya melotot ke arahku.
Tangannya mulai terulur padaku. Nampak jelas kuku jarinya panjang dan menghitam.
"A..Allahulaiil.. ha.. i.. iii," lidahku kelu ketika akan membaca ayat kursi.
"TERKUTUK!"
ucap sosok tersebut dengan mulut lebar menganga, menampakkan gigi runcing nan hitam miliknya. Ia menerjang ke arahku, mencekikku.
"Aaaaaaaaa!"
"Tidak... Tolong, jangan," teriakku namun entah mengapa Laras seakan tak mendengar dan masih setia pada posisi semula
Hingga sayup sayup kesadaran ku mulai terkikis sejalan dengan nafasku yang mulai tersengal.
******
"Mas.. bangun mas," sayup kudengar suara Laras memanggilku
"Mas Rohim..." panggil Laras ketika aku sudah membuka mata
"Laras. Kamu Ndak apa apa?" Tanyaku segera bangkit dari pembaringan seraya memeriksa keadaan istriku
"Lah kok aku mas. Kamu yang apa apa. Kamu pingsan udah 2 hari loh mas. Kupikir kamu sudah meninggal mas," ucap Laras dengan mata memerah menahan tangis
"Hah, aku pingsan. Lah, bukannya kamu yang pingsan sehabis kita dari rum..." Ucapanku terjeda ketika menyadari ada sosok lain di dalam kamar kami
"Loh, pak Mujito?" kataku pada sosok pak Mujito yang sedang berdiri tegap di samping ranjang
"Loh, mas sudah tau saya toh. Padahal saya baru kali pertama ini loh ngeliat mas nya," ucap pak Mujito
"Mas kenal darimana?" Tanya istriku heran
"Kan tetangga kita dek," ucapku
"Tetangga sebelah desa mas. Emang mas udah pernah ke desa sebelah."
"Eh, Ng itu. Mas banyak dengar dari omongan orang tentang pak Mujidi," kilahku
Tak mungkin juga aku mengatakan jika ia kutemui dalam mimpi. Tapi mimpi tersebut benar benar terasa nyata. Hingga membuatku bingung dengan keadaan saat ini
Apakah aku masih dalam mimpi atau tidak
"Dek, coba cubit mas." titah ku pada Laras
" Ojo aneh-aneh mas, baru sadar malah minta cubit," kata Laras
"Cubit saja." titahku lagi
"Akh.. sakit dek!" keluhku mengusap paha bekas cubitan Laras
"Lah, tadi minta cubit." ujar Laras
"Pak Mujito ini jago akupuntur yah," ucapku ketika melihat pak Mujito membersihkan jarum jarum akupuntur nya, sepertinya habis ia gunakan untukku
"Lah, katanya kenal saya dari orang orang. Kok Ndak tau saya bisa akupuntur," kata pak Mujidi heran
"Oh.. itu.." aku tergagap, bingung mau jawab apa
"Suami saya Ndak apa apa kan pak?" Tanya Laras pada pak Mujidi
Terimakasih telah menyelamatkan ku Laras
"Melihat tindakan mas Rohiman ketika sadar tadi. Sepertinya dia Sudah sehat dan bugar kembali," jelas pak Mujidi
"akh.. it.. itu buk zulaikha kan!" kaget ku setelah melihat sosok yang baru saja melewati pintu kamar
Dia benar benar Bu Zulaikha. Jadi, aku benar benar hanya bermimpi
"Kamu kenapa sih mas. Iya itu bu Zulaikha. Bukannya udah biasa ketemu, kok kaya ngeliat hantu gitu sih mas," ucap Laras
"Kamu juga lihat dek yang barusan lewat?" tanyaku
"Ya iyalah aku lihat. Badan buk Zulaikha Segede itu mosok aku Ndak lihat mas." ucap istriku
"Ng.. ngapain Buk Zulaikha ke rumah kita dek?" Tanyaku lagi terbata
"Numpang nyuci. Mesinnya eror katanya," jawab istriku
Sementara aku masih terdiam merasa semua ini benar benar tak masuk akal. Jika iya itu hanya mimpi, mengapa pak Mujito benar benar ada di kehidupan nyata
"Mas.. kok malah bengong sih?"" Laras mengguncang tubuh ku
"Eh, iya dek. Loh, pak Mujito nya mana?" tanyaku ketika tak mendapati lagi sosok tersebut
"Sudah pulang mas. Kamu ini loh mas, tamu pamit kamu malah bengong gitu."
"Dek, mas lapar," keluh ku tak menghiraukan ucapannya
Perutku benar benar keroncongan dan leherku serasa sangat kering. Mungkin karena tidak di isi asupan apapun selama pingsan
"Oalah, tunggu mas, aku ambilin makanan.""
"Ndak usah dek. Siapin saja di atas meja. Mas makan di meja makan saja,"
"Kuat kamu mas?" Tanya Laras
"Iya, kuat. Udah sana kamu siapin makanan nya."
Kaki ini lemas ketika akan menginjak lantai, mungkin karena terbaring di ranjang selama 2 hari jadinya kaki terasa lemas. Atau karena diri ini sangat kelaparan?
"Dek. Ini pisang darimana?" Tanyaku pada Laras ketika Ku lihat terdapat setandan pisang di samping kulkas
"Oh, itu. Dari Bu Zulaikha, pagi tadi dia ngantar kemari," jawab Laras
Hal tersebut tentu membuatku terkejut, pasalnya kejadiannya sama persis dengan yang kualami dalam mimpi. Apa jangan jangan Bu zulaikha juga akan meninggal sore ini
"Dek, sekarang jam berapa?"
"Jam 10 pagi. Kamu kok jadi aneh mas?" Heran istriku
"Oh itu. Kamu abis ini siap siap yah. Mas mau ke rumah sakit buat cek kesehatan ke dokter. Masa iya, mas pingsan selama 2 hari."
Sebenarnya itu hanya alasan ku. Aku merasa baik baik saja. Namun, untuk menghindari berita duka yang mungkin akan tersiar sebentar sore. Aku lebih memilih memeriksa diri ke dokter
"Loh mas. Kan bisa ke pustu terdekat saja. Lagian apa mas kuat bawa motor jarak jauh ke rumah sakit?"
"Bisa. Pustu desa kan gak ada dokternya dek. Untuk lebih memastikan aja." jawabku sembari menyuap makanan ke mulut
"Mas, pendaftaran di rumah sakit loh tutup jam 12. Sementara perjalanan dari desa ke rumah sakit memerlukan waktu 3 jaman. Apa gak sebaiknya besok saja," usul istriku masih enggan pergi
"Kita masuk praktek nya saja dek. Nanti minep dirumah ibuk." usul ku
"Yowes, Aku nurut saja!"
Jawaban istriku tentu saja membuat ku lega. Jadilah kamu hari ini berangkat ke kota dengan alasan ku yang ingin ke praktek dokter di kota.
Kriett...
Pintu dapur yang terhubung ke halaman belakang. Tiba tiba saja terbuka.
"Ras, aku pulang dulu yo. Terimakasih sudah minjemin mesinnya" ucap seseorang yang baru saja masuk
"Astaghfirullah!" ucapku kaget berbarengan dengan Laras
"L.. loh mbak. Bukannya tadi mbak ud.. udah," istriku berkata terbata masih dengan suasana hati yang kaget
"Udah apa Ras. Kamu ini loh Ras, ngomong yang bener. Kayak abis lihat hantu aja. Emang mbak ini hantu apa," ucap Bu Zulaikha
"Ng... Nggak mbak. Tak kirain tadi mbak udah selesai nyucinya, udah pulang. Gitu loh mbak." ujar istriku
"Lah, pulang gimana. Mbak loh baru selesai njemur pakaian. Oh iya, mbak nebeng njemur pakaian sekalian Yo. Entar mbak ambil lagi. Sekalian isi pulsa listrik kamu," ucap Bu Zulaikha
"Eh, mbak. Aku sama mas Rohiman sebentar mau pergi ke kota mbak. Entar kalau mbak mau ambil jemuran nya lewat samping aja gak apa apa kan mbak?"
"Yo Ndak apa apa. Terimakasih loh ini Ras. Besok besok kalau butuh bantuan jangan sungkan sama mbak Yo," ucap Bu Zulaikha
Tempat menjemur pakaian memang agak jauh tempatnya dari tempat mencuci. Pantas saja tadi istriku ketika menyajikan makanan sama sekali tak menyadari kehadiran Bu Zulaikha
"Aku pamit Yo Ras. Mas Rohiman pamit dulu. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" jawabku bersamaan dengan Laras
"Mas, itu tadi beneran mbak Zulaikha kan?"
"Dari ciri cirinya memang itu buk Zulaikha dek" jawabku
"Lah terus yang kita lihat sebelumnya siapa mas?"
"Mas juga Ndak tau. Udah udah makan saja. Ndak usah dipikirkan."
..........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments