#3

Sudah tamat di apk *** dengan judul di balik kematian mereka. Link ada di beranda pribadi.

"Assalamualaikum ibu bapak," salam istriku ketika memasuki rumah mertua

"Waalaikumsalam. Loh nduk, kok Ndak ngabarin kalau mau datang," ucap ibu mertua sembari memeluk istriku erat

"Sehat kamu nduk?" tanyanya padaku

"Alhamdulillah sehat buk," jawabku mencium tangannya

"Ayo mlebu, ibuk kangen kalian, lama Ndak kesini." ucap ibu mertua.

Padahal belum sebulan kami tinggal di desa dia sudah rindu.

"Ini loh buk, mas Rohiman mau berobat ke praktek dokter." ucap istriku

"Lah, jarene sehat. Kok saiki kowe arep menyang dokter?" tanya ibu mertua padaku

(tadi katanya sehat. Kok sekarang mau berobat ke dokter)

"Mas Rohiman baru bangun hari ini buk, pingsan rong dina. Takut aku buk." istriku menjawab

(pingsan selama dua hari)

"Kok iso, piye critane Man?"(Kok bisa, gimana ceritanya Man) ibu mertua mulai menuntut cerita

sementara aku sendiri tak tahu bagaimana ceritanya hingga aku bisa pingsan tak sadarkan diri. Karena yang ku tahu istriku lah yang pingsan.

Namun ternyata itu hanya sebuah mimpi, bahkan Bu Zulaikha pun masih hidup.

"Maaf buk. Aku juga tak tau kenapa bisa pingsan." ucapku jujur

Tak mungkin aku mengatakan kalau yang pingsan itu Laras.

Tatapan ibu mertua teralih pada Laras.

"Aku juga Ndak tahu buk. Tiba tiba ma Rohiman di gotong warga kerumah dalam keadaan pingsan." ucap istriku

"Harus dibawa ke dokter itu, malam ini tidur di sini saja!" ucap ibu mertua pada kami

"Inggih buk!"(iya Bu) jawabku berbarengan dengan istri

Jadilah malam ini aku dan istri mengunjungi praktek dokter. Tempat praktek yang aku dan istri kunjungi lumayan besar. Tempat prakteknya dilengkapi dengan laboratorium dan rawat inap juga.

"Hasil lab bapak semuanya normal, cek urin juga tak bermasalah. Selain pingsan apa bapak ada keluhan lain?" Tanya dokter padaku

"Gak ada dok. Saya gak punya keluhan lain." jawabku

"Saya sarankan bapak di Rontgen saja. Tapi kami tidak memiliki alat Rontgen, saya usulkan bapak ke rumah sakit untuk ronteng!" ucap dokter tersebut yang hanya ku angguki

"Saya resepkan vitamin saja yah pak. Wajah bapak terlihat pucat. Apa bapak kurang tidur?" Tanyanya lagi

"Lah, kurang tidur gimana dok. Suami saya ini loh tidur selama 2 hari. Baru pagi tadi bangunannya!" kali ini istriku yang menjawab

"Oh iya, maaf saya lupa. Ini resepnya pak buk. Silahkan tebus di apotek" ujar dokter

"Terimakasih yah dok. Kami permisi dulu" ujarku di susul oleh istri.

Setelah menebus resep di apotek, kami memutuskan berjalan jalan ke alun alun kota. Menghirup udara malam kita yang tak sejernih desa.

"Mas.. singgah di warung bakso langganan kita dulu yah!" ucap Laras menepuk bahuku

"Oke"

Setelah melewati beberapa tikungan, akhirnya kami sampai di warung bakso kami semasa pacaran dulu.

Dahulu aku kerja di perkantoran dengan posisi sebagai staff biasa. Beruntung aku mendapatkan Laras yang mau makan lesehan dipinggir jalan

'makanan di pinggir jalan lebih mengenyangkan dibanding restoran mewah mas' ucapnya kala itu saat ku tanya apa tak malu makan di emperan jalan

Bagai roda berputar. Saat usia pernikahan ku baru menginjak 3 bulan. Aku terkena PHK masal oleh perusahaan dan tanpa pesangon

Beruntungnya aku masih memiliki sejumlah tabungan kala itu. Dan memutuskan tinggal di desa sebagai petani bermodal

"Mas Rohim, mbak Laras. Baru keliatan lagi. Pesanannya seperti biasa too?" ucap mang Dadang. Penjual bakso langganan kami

"Ini mas. Monggo di makan!" ucapnya dengan menyuguhkan 2 porsi bakso pada kami

"Terimakasih mas." Aku dan istri mulai menyantap bakso.

"Mas.. mas. Itu bukannya orang desa yah. Siapa namanya mas. Aku lupa!" ucap istriku mnunjuk ke arah pintu masuk warung bakso.

"Loh iya ya. Pak Mujito itu!" ucapku sedikit heran, urusan apa yang membuatnya sampai ke tempat ini

"Permisi. Pak Mujito kan?" Ucap istriku tiba tiba sudah berada di dekat pak Mujito.

Warung ini memang tidaklah luas, jika orang berbicara dari pintu depan pun akan terdengar.

"Loh, eh. Mbak Laras, disini juga toh," ucapnya kaku.

Kurasa dia sedari tadi sudah mengetahui keberadaan kami, namun pura pura tak tau saat Laras menghampirinya.

Atau aku yang terlalu curiga ??

"Sini pak. Mari, gabung dengan kami saja. Itu ada mas Rohiman juga." Terlihat istriku menuntun pak Mujito untuk bergabung dengan kami dan kulihat pak Mujidi hanya mengangguk segan.

"Disini juga pak?" tanyaku ketika pak Mujito duduk di bangku sebrang kami.

Sementara Laras sedang memesan satu Porsi bakso lagi untuk pak Mujito.

"Iya mas. Ada urusan sedikit di kota" jawabnya.

"Mas Rohiman sendiri, ada urusan apa ke kota mas. Baru bangun dari pingsan kok langsung perjalanan jauh mas. Ndak baik, takutnya ada apa apa dijalan." ucapnya terlihat prihatin padaku

"Ndak apa apa pak. Ini mau lihat orang tua. Sudah kangen soalnya." bohongku

"Oalah, beruntung orang tuanya punya anak seperti mas ini. Anak anak saya semuanya pada ngerantau lupa pulang," pak Mujito mulai bercerita.

"Yang seumuran sama mas Rohiman apalagi. Saya Ndak tau dimana dia sekarang" lanjutnya dengan wajah sendu

"Anak bapak yang seumuran saya merantau juga?" tanyaku pelan

"Ndak.. di.." ucapan pak Mujito tertahan, matanya menatap terkejut ke arah pintu masuk warung.

Apa gerangan yang di lihatnya hingga terpaku seperti itu.

"Pak.. bapak Ndak apa apa kan?" Ucapku melambaikan tangan di wajahnya.

"Oh. Eh, iya Ndak apa mas. Saya pamit dulu. Ada kepentingan!" ucapnya tergesa lalu keluar dari warung dengan sedikit berlari.

"Loh itu pak Mujito mau kemana mas. Buru buru banget, baksonya udah dipesan," ucap istriku heran dengan tingkah pak Mujito.

"Ndak tau dek. Bakso nya tambah satu aja lagi, tapi dibungkus. Buat bapak sama ibuk" ucapku

Setelah selesai makan bakso kami memutuskan untuk pulang saja. Sebenarnya Laras Masih ingin berjalan jalan, namun aku beralasan kurang enak badan

Sedari tadi aku merasakan seperti ada yang memantau dan mengikuti. Maka dari itu aku lebih memutuskan pulang dan menyudahi acara jalan jalan ala istriku.

"Apa kata dokter man?" tanya bapak mertua ku setibanya kami dirumah.

"Sehat buk. Semuanya normal," ucapku

"Kecapekan mungkin kamu Man ngurusi lahan. Tinggal disini saja, kerja kantoran lagi" saran ibu mertua

"Yah Ndak bisa buk. Lahannya tinggal ditanami. Sudah beli bibit juga." ucap istriku memberikan dua mangkok bakso pada kedua mertuaku

"Terimakasih Yo nduk" ucap bapak mertua ke Laras

"Jadi pulang besok" tanya bapak mertua

"Jadi pak" jawabku

"Yasudah, sana istirahat besok perjalanan jauh." ucapnya lagi

Tukk...

Terdengar bunyi lemparan batu tepat di atas genteng tempat ku dan Laras tidur.

Tuk.. tuk..

Gegas ku bangun dan menghampiri jendela kamar untuk melihat siapa gerangan yang menggangu kami di larut malam seperti ini

"Heh, mas. Jangan iseng yah ngerjain orang. Sudah larut loh ini!" ucapku pada sosok yang kutaksir seumuran denganku sedang berdiri diam di bawah pohon halaman rumah mertua dengan wajah pucat

Sudah tua kok kelakuannya kaya anak anak. Apa dia sedang mabok ? Dan tidak sadar bahwa kelakuan nya sangat aneh

"Lekas lah pulang!"

ucapnya samar namun masih bisa tertangkap pendengaran ku.

"Mas, ngapain buka jendela tengah malam gini?" ucap istriku sudah berada tepat di sampingku.

"Adek kok bangun?"

"Gimana gak kebangun, suara kamu besar sekali mas," ucapnya

"Ngomong sama siapa mas?" lanjutnya

"Itu, mas yang it.." ucapanku terhenti ketika tak mendapati sosok tersebut lagi.

"Jangan nakutin deh mas. Gak ada siapa siapa siapa disitu."

"Tapi... Tadi ada dek. Beneran!" aku bersikukuh

"Udah, ayo tidur lagi." ajak Laras lantas ku iyakan. Tak ingin memperpanjang persoalan apa yang ku lihat tadi.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!