HOME

HOME

BAB 1

Mile Stone, menempel di tanah seperti udara lembap menempel di kulit yang panas. Sarah terpaksa pulang karena Ibundanya terus membujuknya, padahal ia sudah berusaha menolak dengan alasan sibuk dengan pekerjaannya di Jakarta.

Sarah melindungi matanya dengan satu tangan, mencoba meredam cahaya yang menyilaukan dari jendela kamar tidur orang tuanya. Ia berdiri dengan satu kaki di halaman dan satu kaki di jalan masuk, dengan tubuhnya yang berkeringat. Sarah di posisi itu sudah dalam waktu yang cukup lama, menatap rumah yang di bangun ayahnya, Samuel Ferdinan.

Rumah itu telah di bangun jauh sebelum ia lahir, atau di awal pernikahan orang tuanya. Samuel membangunnya dengan kedua tangannya yang kuat, tepat di tengah petak tanah hijau yang berbentuk persegi, dengan dua tingkat di atas tanah dan satu tingkat di bawah tanah.

Ayahnya membangun rumah itu bukan hanya untuk tempat tinggal, melainkan untuk tempat kematian, itulah komitment kedua orang tuanya, sehidup semati dalam rumah tersebut, tapi sayangnya ayahnya tidak mati di rumah itu.

Sarah terlalu lama berdiri di luar Mile Stone, ia membiarkan kelembapan musim kemarau ini masuk ke tenggorokannya, dan mencekiknya. Rumah itu di kelilingi oleh taman hijau yang di penuhi oleh bunga-bunga cantik, hingga menimbulkan aroma melati dan mawar, yang tercium sangat manis, dan begitu pekat.

Berada di luar hampir sama mustahilnya dengan masuk ke dalam, Caroline hampir tidak pernah meminta Sarah untuk pulang sebelumnya. Tidak sekali dalam belasan tahun, tapi ini karena Caroline sedang dalam kondisi yang tak begitu baik, sehingga ia meminta putrinya kembali.

Tugas Sarah adalah membersihkan rumah dan menyaksikan ibunya meninggal, setelah itu, dia memiliki kesempatan untuk membuka tabir misteri yang ada di rumah ini.

Sarah akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke rumah, menekan rerumputan yang tebal, kenyal, dan lebat hingga rata. Begitu ia berada tepat di bibir teras, ia mencium bau tar keluar dari kayu tangga yang menuju ke rumah. Anak tangga ini terbuat dari kayu merah baru, tidak seperti tangga yang di bangun ayahnya dulu, berwarna putih bersih. Sarah tahu kayu baru itu di ganti oleh seseorang yang kemungkinan adalah kekasih baru ibunya.

Dalam benaknya, Sarah bertanya-tanya apakah saat menghancurkan tangga yang lama, ada sesuatu yang ditemukan? Tapi jika memang di temukan sesuatu, ia pasti sudah melihatnya di berita, sebab di Mile Stone selalu menjadi berita hangat ketika sesuatu baru saja terungkap.

Serah menunduk, ia melihat ada noda darah yang terlihat segar di kayu tangga menempel di bawah sol sepatunya, ia mengabaikan noda itu da menapakakan kakinya hingga ie anak tangga teratas, jemudian Sarah menjentikkan jari tangan kanannya empat kali dengan cepat. Itu adalah kebiasaan lama, semacam takhayul yang ia yakini sebelum masuk ke rumah.

Berbeda dengan tangga teras yang terlihat baru, pintu depan Mile Stone masi seperti sebelumnya, pintu itu adalah pintu buatan ayahnya ketika membangun rumah. Bahkan catnya pun masih sama seperti saat terakhir kalinya ia meninggalkan rumah ini, warna hijau tua dengan kenop kuningan dan jendela berbentuk berlian, setinggi satu kaki di atas ketinggian mata Sarah, ketinggian yang sempurna bagi ayahnya untuk mengintip ketika dia ingin melihat siapa yang ada di luar.

Karena pintunya tak berubah, tentu saja kunci lama yang Sarah miliki pun masih pas. Setelah memasukan kunci, Sarah melingkarkan jari-jarinya di sekitar kenop pintu kuningan yang halus. Hanya dengan sedikit tekanan dan hampir tanpa perlawanan sama sekali, dia berhasil membuka pintu, lalu kemudian melangkah masuk ke dalam rumah yang dibangun ayahnya.

Sarah menutup pintu tanpa suara. Sudah dua belas tahun sejak Sarah terakhir berdiri di dalam rumah ini, kini ia menapaki rumahnya kembali. Keringat di kulitnya mengering dengan cepat saat masuk ke ruangan yang gelap dan ber-AC, membuat bulu kuduknya merinding.

Tanpa melihat Sarah mengulurkan tangannya dan menjatuhkan kunci rumahnya ke dalam mangkuk di atas meja kecil berada di samping pintu. Mangkuk tersebut berisi kunci, mangkuk itu sudah ada di sana sejak ia masih kecil bersama semua barang ibunya yang lain.

Kunci itu mendarat dengan bunyi yang kencang, namun rumah itu langsung meredam suara yang timbul, sebab rumah itu sudah di setting untuk tetap tenang. Sarah menghirup bau tempat kelahirannya dari jendela dan pintu yang tertutup. Tempat dia dibesarkan, tempat yang dia tinggalkan, dan tempat ibunya akan meninggal.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤

🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤

🤔 awal cerita yang bikin kepo cerita selanjutnya seperti apa

2023-09-09

2

🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤

🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤

🤔 awal cerita yang bikin kepo cerita selanjutnya gimana

2023-09-09

2

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

mampir ka irma

2023-08-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!