Saat Sarah berusia sebelas tahun, ia ketakutan ketika mendengar suara-suara yang membangunkannya dari tidur malamnya. Suara itu terdengar seperti suara benturan dan goresan. Suara-suara tersebut datangnya dari bawah tempat tidurnya, Sarah yakin tanpa ada sedikit keraguan.
Satu telinga Sarah menempel di bantalnya, rambutnya yang panjang dan pirang tergerai di atas bantal dengan sarungnya bergambar rubah, ia memandangi bayangan-bayangan samar yang tersebar di seluruh kamar tidur. Bayangan itu berwarna hitam di atas abu-abu sekitar kegelapan, yang hanya terpotong oleh cahaya bulan dari luar dan cahaya lampu tidurnya yang berada di samping pintu kamarnya.
Sembari memandangi bayangan itu, ia terus mendengarkan suara-suara itu semakin kencang. Sarah terlalu takut untuk bangkit, sebab bisa saja suara dan bayangan itu menangkapnya jika tahu Sarah terbangun. Ia menunggu sampai salah seorang dari orang tuanya merasa terganggu akan suara itu dan datang ke kamarnya.
Menit demi menit berlalu, tak ada satu pun orang tuanya yang datang. Sarah mencoba berpikir positif mungkin saja bayangan itu adalah tumpukan pakaiannya, sialnya ia tahu jika dirinya tak pernah menumpuk pakaian di kamar, ia selalu menaruhnya di tempat cucian kotor begitu selesai mandi. Keringat dingin mulai membasahi baju dan tempat tidurnya, ia menggigit sarung bantalnya berusaha untuk tidak bersuara, berusaha untuk tidak membuat kebisingan itu tahu bahwa ia tidak tidur.
Perlahan rengekan tipis keluar dari tenggorokannya, ia tidak bisa sendirian di kamar dengan bunyi-bunyi menakutkan di bawah tempat tidurnya, ia tidak bisa menghadapinya sendirian, ia terlalu kecil dan terlalu takut. Akhirnya Sarah berteriak dengan kencang, hingga orang tuanya datang ke kamarnya.
...****************...
Samuel memeriksa tempat tidur, lemari, gorden dan sudut-sudut kamar Sarah. Ia memberitahu putrinya bahwa tidak ada monster di kamarnya. "Apakah kamu sedang sakit?" ia melihat ke sekeliling ruangan untuk memeriksanya sekali lagi.
Sarah benar-benar banci dengan semua ini, sekarang ayahnya menganggapnya begitu dramatis dan menganggap itu hanya-lah mimpi buruknya saja, padahal Sarah begitu yakin dengan suara dan bayangan itu begitu nyata. “Tapi aku yakin ada sesuatu di bawah tempat tidur."
Samuel mengerutkan keningnya. "Tidak ada apa-apa, Daddy sudah memeriksanya dua kali," ucapnya sangat serius. Caroline memutar bola matanya dengan kesal. "Aku rasa karena kau terlalu banyak bermain game dan menonton tayangan yang tak bermutu," ia melangkah keluar dari kamar putrinya karena menggap Sarah hanya mimpi buruk.
Kini hanya tinggal ayahnya yang masih ada di kamarnya, ia mencoba meyakinkan ayahnya agar percaya padanya. "Tidak. Aku yakin aku tidak berhalusinasi atau bermimpi, mungkin saja di bawah ada pembunuh." Sarah memang yakin ada sesuatu di bawah sana tapi ia tidak tahu itu apa.
Samuel mengangguk serius, mata dan pipinya memerah. Sarah mengira ayahnya pasti lelah karena bangun dari tempat tidur dan berlari ke kamar dengan cepat ketika mendengarnya berteriak. "Bagaimana kamu tahu jika ada pembunuh?" Samuel bertanya dengan suara yang lembut dan muram.
"Aku mendengarnya," bisiknya. “Dia ada di bawah tempat tidurku, ayo kita lihat lihat!!” Sarah mengajak ayahnya untuk ke ruang bawah tanah yang tepat berada di bawah kamarnya. Mendadak perut Sarah terasa sakit, ia berpikir bagaimana jika pembunuh itu menangkap ayahnya? Tapi jika betul-betul ada seorang pembunuh mereka harus mengetahui dan melaporkannya ke polisi.
Samuel berdeham. “Aku punya kabar buruk, Sarah,” ucapnya. "Ada sesuatu di bawah sana dan itu cukup menakutkan."
Separuh dari diri Sarah mengenali nada suara ini, ia tahu bahwa ayahnya akan membuat lelucon sebab wajah serius ayahnya berubah menjadi senyum lebar. "Di sana ada dust bunny (kelinci debu) terbesar yang pernah daddy lihat," ia tertawa terbahak-bahak.
Sarah sama sekali tak tertawa dengan lelucon itu, ia justru memperhatikan ayahnya yang terlihat aneh. "Mengapa daddy begitu kotor?"
“Apa maksudmu?” wajah Samuel terlihat menegang, ada keringat di pelipisnya. "Daddy kotor?"
“Ya, kuku daddy kotor dan ada lumpur di tubuh daddy,” ucap Sarah sambil menunjuk.
“Oh,” ucap Samuel, ia mengerutkan kening menatap kukunya. “Tadi sore daddy membersihkan selokan, daddy pikir daddy sudah menggosok tangan daddy dengan keras sebelum makan malam," ia mengedipkan mata pada Sarah. “Jangan beri tahu mommu, nanti dia mengomel."
"Aku tidak akan memberi tahu mommy, tapi jika tidak ada apa-apa di bawah tempat tidur, lantas tadi suara apa?” Sarah kembali ke topik awal, mengenai suara berisik di bawah tempat tidurnya.
“Sarah, rumah kita berbentuk persegi panjang kan?”
“Ya,” Sarah mengangguk ragu-ragu karena dia tidak yakin apakah rumahnya benar-benar berbentuk persegi panjang yang sempurna.
“Di lantai atas, ada kamar lamamu, kamar daddy, kamar tamu dan juga ruangan mommy menjahit. Kamar lamamu kini menjadi tempat kerja daddy."
Sarah ingat mereka bertukar ruang kerja dengan kamar tidur beberapa bulan yang lalu, tapi apa hubungannya. “Sementara di lantai dasar ada dapur, ruang tamu kamar, ruang makan, kamar tidurmu dan satu ruangan di bawah sini," ucapnya sambil menunjuk ke ruang bawah tanah. “Ini ruang bawah tanah.”
“Ya, aku tidak pernah diizinkan masuk ke sana,” ucap Sarah dengam cepat. Itu adalah aturan yang tegas dan ua mematuhi aturan tersebut meskipun sahabatnya Brandon terus bertanya apakah mereka berdua boleh menyelinap ke sana dan melihat-lihat.
“Benar,” ucap Samuel. “Itu bengkel daddy, dan peralatan yang daddy miliki di sana sangat berbahaya, dan juga....”
“.... Dan juga ada laba-laba yang sangat besar,” Sarah mengakhiri kalimat ayahnya, itulah yang sering Samuel katakan pada Sarah setiap kali Sarah menanyakan mengapa dirinya tak boleh ke sana.
“Ya laba-laba besar,” ucap Samuel sembari merentangkan tangannya sejauh dua kaki, dan membuat matanya melebar.
“Seperti kucing!” Sarah tertawa karena ide mengelabuhi dirinya dengan laba-laba seukuran kucing sangat konyol.
Samuel menurunkan tangannya “Daddy belum pernah memberitahumu hal ini sampai sekarang, karena daddy tidak ingin membuatmu takut. Ada hal lain di ruang bawah tanah, hal yang lebih buruk daripada laba-laba.”
Tubuh Sarah seketika menggigil. "Apa itu daddy?" bisiknya, imajinasinya berkembang lebih cepat dari rasa takutnya.
“Ada segerombolan tikus got besar. Mereka datang mencari sampah, mencari tempat untuk melahirkan bayi mereka. Mereka hewan liar yang terkadang mereka menderita rabies. Mereka akan berlari dan menggigitmu begitu kamu menginjakkan kaki di ruang bawah tanah itu.”
Sarah tidak yakin apakah ia percaya atau tidak, ia belum pernah melihat tikus got besar sebelumnya, tapi ia pernah melihat tikus-tikus kecil berkeliaran di halaman samping dekat tong sampah. Mereka kecil dan terlihat lembut, tidak terlihat seperti akan menggigitnya. Tapi jika ayahnya mengatakan ada aba-laba, dan tikus rabies terdengar seperti berita buruk, ia memutuskan bahwa ruang bawah tanah tidak perlu di datangi.
“Daddy akan memasang jebakan untuk menyingkirkannya, jika kau mendengar suara-suara itu lagi, jangan khawatir, oke? Mereka hanya hewan yang berkeliaran dan ingin jalan keluar."
Ada sesuatu yang terdengar dalam suara ayahnya, sesuatu yang jauh yang Sarah tahu ayahnya tidak akan menjelaskan kepadanya, sebuah rahasia yang tak ingin Sarah ketahui. Sarah kembali berbaring. “Terima kasih sudah memeriksa di bawah tempat tidur,” ucap Sarah.
“Tentu saja, sayang," Samuel menarik selimut hingga ke dada putrinya. "Maukah kamu berjanji sesuatu padaku?"
Sarah tersenyum sembari mengangguk.
"Berjanjilah kau tidak akan pergi ke ruang bawah tanah untuk melihat binatang-binatang itu," ucapnya. “Ini sangat berbahaya, kamu bisa terluka.” Suaranya lembut, serius, dan ia menatap lurus ke arah putrinya.
Ayahnya tidak hanya memberitahunya mengenai aturan, tapi ia memberi tahu alasannya, dan memintanya untuk berjanji. Sarah mengangguk dengan sungguh-sungguh, rambutnya terherai di atas sarung bantal rubah. “Aku berjanji,” ucap Sarah.
Samuel mengucapkan selamat tidur dan mencium kening putrinya, kemudian ia mematikan lampu dan menutup pintu. Sarah memejamkan mata dan membiarkan kepalanya tenggelam jauh ke dalam pelukan lembut dan dingin dari sarung bantal rubahnya.
Ketika suara-suara itu kembali berbunyi di bawah tempat tidurnya, goresan keras yang panjang, pukulan, dan jeritan yang kuat. Sarah tidak membuka matanya, itu hanya binatang, dan ayahnya akan mengurusnya besok pagi. Tapi tetap saja, Sarah tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil mendengar suara-suara itu.
Sarah pernah mendengar soal takhayul yaitu hal-hal yang diyakini orang akan membuat mereka aman. Saat ini, ketika ia sedikit takut meskipun tidak ada yang perlu ditakuti, ia mencoba meyakini itu hanya sebuah takhayul. Ia menunggu bunyi gedebuk berikutnya dari ruang bawah tanah, yang membuatnya terkejut meskipun sekarang ia tahu bahwa itu bukanlah sesuatu yang menakutkan. Saat bunyi gedebuk itu datang, ia menjentikkan jarinya empat kali dengan cepat. Suara itu menghilang dengan cepat.
Sarah tersenyum pada ketenangan, ia memutuskan bahwa ia menyukai takhayul baru ini, ia memutuskan bahwa itu berhasil. Sarah tidak takut lagi, dan tidak ada yang perlu ditakutkan, ia tertidur begitu cepat sehingga ia tidak mendengar suara samar yang berasal dari bawah tempat tidurnya.
Hi Readers.
Maaf tidak bisa up setiap hari, karena menulis horor ini sangat-sangat susah. Butuh imajinasi tinggi dan pembendaharaan kata yang cukup banyak untuk bisa menulis 1 bab 🙏 semoga kalian suka dengan tulisan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤
🤔 sebenarnya ada apa sih di rumah itu
2023-09-09
2
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R•Dee💕
mengapa suara2 itu tidak muncul saat ada orngtuanya yaa...🤔
2023-08-26
3
☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R•Dee💕
mencurigakan deh nih..dengan isi ruang bawah tanah
2023-08-26
3