Jika menilik ke belakang, dua pekerjaan Sarah kemarin mengalami masalah yang sama. Ketika ia tegah melakukan entri data penjualan barang di sebuah pabrik plastik, ada seorang rekan kerjanya yang melihat Caroline di berita media online. Dalam berita tersebut Caroline mengumumkan akan menggelar pameran dan lelang lukisan di Mile Stone. Caroline juga sempat menyinggung soal putrinya yang sudah tidak lagi tinggal di Mile Stone.
Melihat kemiripan wajah antara Caroline dan Sarah yang bak pinang di belah dua, dan menggabungkan nama belakang mereka, membuatnya tahu siapa Sarah sebenarnya.
Tak lama setelah berita itu muncul, hari-hari Sarah di tempatnya bekerja mendadak berubah. Yang semula hangat, kini semuanya menjauh. Email pekerjaan yang ia kirim ke divisi lain tidak dijawab oleh mereka, ruang istirahat mendadak kosong begitu Sarah masuk, dan terakhir setelah itu Sarah di panggil oleh pihak HRD. Mereka menyebutnya redundansi, bukan pemutusan hubungan kerja, yang menurut mereka baik untuk perusahaannya.
Rasanya seperti takdir, di berhentikan hanya karena dirinya berasal dari keluarga Ferdinan. Pekerjaan berikutnya berantakan dengan cara yang sama, bukan hanya pekerjaannya yang berantakan, Sarah juga sempat di usir oleh pemilik kost karena hal tersebut, sehingga saat itu hidupnya benar-benar terasa buruk.
Sarah mencoba menepis masa lalunya itu, kini ia berdiri di bawah lengkungan yang memisahkan ruang makan dengan ruang tamu, ia memegang ransel biru tua dan koper biru muda yang sama ketika dirinya keluar dari Mile Stone.
Rumah yang sama, tapi semuanya nampak berbeda. Posisi kursi makan yang dahulu berada di tengah, kini merapat ke dinding. Meja makan telah diganti dengan tempat tidur, di mana di tempat tidur tersebut di huni seorang wanita. Wanita itu menatap Sarah. "Kamu terlihat lelah," ucap wanita di tempat tidur itu. Dia berbicara dengan suara yang sama, selalu datar dan tanpa cinta, itulah suara ibundanya.
Sarah meletakkan tasnya dan melewati ambang pintu ruang makan. “Kamu mau minum? Ada di sana,” ucap Caroline sembari menunjuk ke arah bufet yang merupakan bagian dari set perabotan ruang makan yang dibeli Caroline dan Samuel ketika mereka pindah ke rumah ini, ketika Sarah hanyalah sebuah ide yang tidak mereka setujui.
Meja makan, kursi, bufet, dan lemari semuanya terbuat dari kayu jati yang diukir dengan motif selentingan yang pernah dijiplak Sarah dengan jari telunjuknya saat kecil. Ada lapisan tebal kaca plexiglass bening dan keras di atas bufet. Sebuah kendi plastik berwarna merah jambu diletakkan di atas kaca plexiglass di samping tumpukan cangkir. Sarah menuangkan sedikit air ke salah satu cangkir kecil, mengisinya sampai penuh, dan membawanya ke ibundanya.
Sarah bertanya-tanya sebentar apakah dia harus mencari gelas yang lebih besar? Karena gelas tersebut terlalu kecil dan hampir tidak bisa menampung seteguk. Tetapi kemudian Sarah menyerahkan cangkir itu dan memperhatikan bagaimana pergelangan tangan ibunya menggigil memegang bobot dari gelas itu.
Sarah membantunya mengangkat cangkir, sebagian air menetes dari sisi mulut ibundaanya, kemudian ia menggelap dengan tisu di tenggorokannya, dan mengambil kembali cangkir itu
Sarah melihat pergelangan tangan ibundanya dan melihat kenop tulang yang menonjol. Begitu banyak daging yang hilang, ia merasakan penyesalan seharusnya ia pulang lebih cepat, namun ia malah menghabiskan lebih banyak waktu dari biasanya untuk menyelesaikan urusannya, mengepak barang-barangnya, dan menatap dirinya sendiri di cermin untuk waktu yang lama. Bahkan sarah memundurkan waktu kepulangannya menjadi tiga hari.
Sarah juga berlama-lama di halaman depan, memandangi kediamannya, takut dengan apa yang ada di dalamnya. Ia tidak tahu jika kondisi ibundanya akan seburuk ini. "Kau harus membawa barang-barangmu ke kamarmu dan beres-beres," ucap ibundanya, suaranya lebih keras sekarang setelah dia minum air. "Kau pasti kelelahan setelah perjalanan panjang."
"Ya, Mom. Jakarta-Jogja cukup lumayan jauh, aku tadi sempat ketiduran di bis." Sarah berdiri di sisi tempat tidur tempat ibunya, ia tidak yakin harus meletakkan tangannya di mana. Duduk di kasur terasa sangat asing, tetapi berdiri di samping ranjang membuatnya terasa seperti menjulang. "Aku mungkin bau sekali, jadi aku harus mandi."
"Oh, Aku tidak bisa mencium bau apa pun lagi," ucap Caroline. “Tapi Aku yakin mandi akan membuatmu merasa lebih baik. Kamu bisa menggunakan kamar mandi yang ada di kamar tidur lantai atas, karena tidak ada pancuran di kamar mandi lain. Kecuali kau mau mengetuk rumah belakang dan meminta Robert untuk memasangnya di kamar mandimu." Caroline berdehem lagi, suara yang lebih kental dan basah daripada yang pertama kali. “Pergilah dan beristirahatlah. Aku baik-baik saja di sini.”
Perut Sarah melilit, ternyata benar ibundanya memiliki simpanan pria yang tinggal di bagian belakang rumahnya. Sarah mengabaikan perutnya yang melilit dan mengingat tentang gudang di belakang rumahnya. Ia menuangkan lebih banyak air ke dalam cangkir dan meletakkannya di atas meja putar di samping tempat tidur ibundanya.
"Apakah Mommy ingin meja ini lebih dekat?" tanya Sarah, ia khawatir ibundanya tak dapat menjangkau minum yang ia tuang. Caroline mengangguk, kemudian Sarah langsung menarik meja kecil itu sampai merapat tempat tidur.
Sarah menaikan selimut hingga ke dada ibundanya, ia baru menyadari jika tempat tidur yang di gunakan ibundanya adalah tempat tidur rumah sakit. "Ini hanya sewa. Setelah aku meninggal, kau bisa menelepon nomor yang di tempel di kulkas dan seseorang dari rumah sakit akan datang mengambil perabotannya kembali.
"Bagaimana Mommy mendapatkan nomor teleponku?” Sarah bertanya. Mulut ibundanya berkedut seperti sedang menggigit benang. “Itu bukan hal yang sulit. Kamu tidak pernah mengganti namamu.”
“Baiklah, aku akan pergi menyimpan barang-barangku,” jawab Sarah dengan cepat. Dia ragu-ragu di samping tempat tidur, belum ingin pergi, ia berusaha mencari kalimat lain yang biasa dikatakan oleh anak perempuan dan ibunya yang sudah belasan tahun tidak berjumpa.
"Jika kau ingin istirahat, aku pun akan istirahat. Aku banyak tidur akhir-akhir ini."
“Tentu,” ucap Sarah. “Apakah Mommy membutuhkan bantuanku untuk bangun dan turun? Seperti ... ke kamar mandi? Aku bisa datang memeriksa mommy setiap jam atau lebih...?"
Caroline tersentak ke belakang lehernya. “Tidak.”
"Apa Mommy yakin? Aku tidak keberatan, dan Mommy tidak perlu—”
“Aku bisa melakukannya sendiri” jawab Caroline datar. “Kamu tidak perlu repot-repot merawatku, kau hanya fokus pada rumah ini saja.”
Sarah masih ingin mengajukan lebih banyak pertanyaan lagi, tetapi berada di ruangan ini bersama ibundanya membuat darahnya bergetar dan mendorongnya untuk segera pergi "Baiklah. Aku akan kembali sebelum makan malam.”
“Jam enam,” jawab Caroline. “Kita semua makan bersama. Aku yakin Robert akan memiliki pertanyaan untukmu, jadi bersikaplah sopan," tambahnya tajam.
“Baik. Jam enam." Sarah berjalan kembali melintasi ruangan ke tempat tasnya berada. "Love you, Mom." Ia mengambil tas ranselnya, gemerisik suara ranselnya hampir menutupi suara lembut dari belakangnya. Sarah berbalik untuk melihat ibundanya dan menatapnya penuh harap dengan mata berkaca-kaca.
Sarah telah mengatakan sesuatu yang tidak pernah didengar Sarah, dan penting untuk mendengar apa yang dikatakan ibundanya karena seharusnya kasih sayang ibu telah mengalir tanpa diminta dan secara naluriah, atau mungkin saja, itu akan terjadi dalam ketidakhadirannya dalam waktu yang lama.
"Apa yang mommy ucapkan?" tanya Sarah.
“Aku tidak mendengarmu. Maaf.” Caroline berdeham, meneguk air dengan tangan gemetar. Dia meletakkan air dengan hati-hati sebelum menjawab. "Sudah kubilang, kau tidak perlu memanggilku seperti itu."
"Mom..."
Wanita di tempat tidur itu mengerutkan bibirnya seolah-olah dia baru saja menyesap air asin. “Kamu tidak perlu memanggilku 'Mommy' saat kamu di sini. Panggil saja aku Caroline. Segalanya tidak jauh berbeda hanya karena aku sekarat. Jadi kau tidak perlu berpura-pura.”
Rasa terbakar di tenggorokan Sarah mengeras dan membesar, ia mengepalkan tinju hingga buku-buku jarinya retak. "Oh. Oke,” Sarah berbisik pada dirinya sendiri, ia berbalik dan pergi ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀకꫝ 🎸🎻ଓε🅠🅛⒋ⷨ͢⚤
sebenarnya apa sih yang terjadi sampai pada menjauh
2023-09-09
2
⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻
kenapa sarah dan ibunya kayak orang asing ya
2023-08-23
2
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
aneh yaa ada seorang ibu yang nggak mau di panggil ibu hadeeh
2023-08-23
2