KITA BERSAMA NAMUN TAK SAMA
Kata SAH menggema di dalam rumah megah bak istana, memang tidak banyak tamu undangan yang datang karena pernikahan ini di adakan sangat mendadak.
Dadaku bergemuruh hebat, ada seorang laki laki yang sangat lantang menyebut namaku dan berjanji kepada penghulu, wali dan saksi tentunya pada Tuhan yang maha kuasa pencipta alam semesta juga.
Aku tidak tau ini awal yang baik atau sebaliknya untuk hidup aku kedepannya.
Laki laki berbadan kokoh, tampan auranya seperti bintang filem yang dulu pernah aku tonton.
Ini semua terjadi bagaikan mimpi untukku, mimpi yang sangat sangat membingungkan.
Aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal dia siapa, dia seperti apa keperibadiannya.
Dari semenjak lulus SMA hidupku hanya aku gunakan untuk bekerja dan mengajar di panti asuhan dengan suka rela.
Aku tidak tau suamiku ini siapa dan apa peran pentingnya di negara ini, mengapa keluarga ini sangat terlihat terhormat, bahkan tamu yang ada di sana menunduk hormat pada kedua mertua dan suamiku.
Beberapa kali kami berfoto, foto dengan tamu undangan dan dengan keluarga besar.
Sepertinya kedua mertuaku baik, berbeda dengan keluarga lainnya, bahkan sepertinya menatapku saja enggan.
Setelah acara selesai aku menangis di pangkuan ibuku, aku sedang merasa di antara senang dan sedih, senang akhirnya aku menikah di umur yang sudah aku targetkan dari dulu, sedih karena pernikahan kami mendadak tanpa adanya cinta juga bahkan kenalpun tidak.
"Sudah dong nangisnya malu sama suami", ucap ibuku.
"Maafkan Nadira ya Bu, maaf sampai sejauh ini Nadira belum bisa membahagiakan Ibu dan Bapak".
"Ibu dan Bapak sangat bahagia melihat anak kami satu satunya sekarang sudah menikah nak, kebahagiaan kamu itu kebahagiaan kami".
"Jadi istri yang baik ya nak, jangan melawan pada suami, keluar rumah harus ijin pada suami", nasehat bu Irma.
"Insya Allah bu, aku akan ta'at pada suami seperti ibu".
"Anak ibu sekarang sudah dewasa", memeluk anaknya.
Sebenarnya Nadira mempunyai kakak dan adik, hanya saja umur mereka tidak panjang.
Andai semua anak nya hidup pasti Nadira mempunya tiga saudara 1 kakak dan 2 adiknya.
"Bapak mohon do'akan Dira terus ya", pinta Nadira pada pak Irwan bapak kandungnya.
Pak Irwan meneteskan air mata, terharu dirinya masih bisa menyaksikan anak nya menikah.
Dengan sakit yang di deritanya pak Irwan sudah putus asa, takut tidak bisa menyaksikan hari bahagia anak gadisnya.
"Pasti nak pasti bapak akan selalu mendoakan putri kecil bapak, jadilah istri yang baik nak, ingat sekarang surgamu ada pada suamimu, jangan membantah, ingat pesan ibumu ya".
"Terimakasih pak, bapak sehat terus ya, harus semangat".
"Bapak akan selalu sehat nak", senyumnya.
Tidak mau terus menerus membebankan hidup pada Nadira, pak Irwan selalu berusaha menutupi rasa sakitnya.
"Menginap di sini semalam jangan langsung pulang, kita juga belum kenal kan", senyum ramah mama Sarah pada besannya.
"Terimakasih atas kebaikannya bu Sarah, kami titip anak kami Nadira ya, kami tidak bisa bermalam di sini di rumah ada yang harus di urus", ucap pak Irwan.
"Insya Allah saya akan menjaganya sebisa saya".
Mama Sarah memberikan isyarat pada Kevin agar mendekat, Kevin yang paham dengan kode dari amamanya langsung mendekat.
"Mertua kamu mau langsung pulang Vin, suruh Raka antarkan mereka sampai tujuan dengan selamat",
Kevin mengangguk langsung mengambil ponselnya dari saku untuk menghubungi Raka asisten pribadinya.
"Nak Kevin bapak titp anak bapak ya, tolong jangan sakiti anak bapak kalau nak Kevin tidak suka kembalikan dengan baik baik pada bapak ya", ucapnya tercekat.
"Ya saya akan menjaganya pak", Kevin mengangguk mantap.
Setelah itu kedua orang tua Nadira pamit untuk pulang di antar langsung oleh asisten Kevin.
Nadira terus menatap mobil yang kedua orang tuanya tumpangi.
Aku harus apa, aku gimana nantinya monolog Nadira, sambil berjalan masuk kedalam rumah besar itu, bingung gimana dirinya mau ngapain habis ini.
.
.
.
.
Bersambung....❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments