Nadira masuk lagi ke dalam rumah besar keluarga Kevin, saking bingungnya memilih mengambil sapu ikut membersihkan dan membereskan peralatan yang masih berantakan.
Semua pelayan di sana tercengang melihat Nadira yang tidak gengsi ikut membereskan peralatan bersama mereka.
"Non maaf ya, ini pekerjaan kami jadi biarkan kami yang membereskan semua ini", ucap salah satu pelayan karena tidak enak hati.
"Gak apa apa mbak saya gak lagi ngapa ngapain ini", ucap Nadira tersenyum.
Tidak tau mereka harus melarang atau membiarkan saja, jika bicara lagi takut salah, jika di biarkan takut di marahin nyonya rumah ini.
Lelah sampai jam 1 siang baru selesai semuanya.
Setelah semua selesai Nadira bingung mau kemana lagi, mau bertanya pada siapa, akhirnya memberanikan diri minta di antar pelayan untuk bisa ke tempat penginapan mereka yang ada di belakang rumah.
Nadira belum melaksanakan kewajibannya, koper yang dirinya bawa dari rumah di taruh di kamar Kevin, tidak mungkin dirinya berani naik ke kamar sana, sebab Kevin terlihat tidak suka padanya, tatapannya juga sinis.
"Mbak boleh aku ikut numpang shalat sebentar saja, waktu tinggal sebentar lagi aku belum shalat", ucapnya gusar, tidak enak hati karena merepotkan orang yang ada di sana.
Para pelayan di sana saling lirik kebingungan, bukannya nona ini istri bos muda mereka dan ini baru saja menikah.
"Ohh iya ayo non saya antar".
Dira tersenyum pada semua pelayan yang menatapnya bingung, "Sekali lagi aku minta sama semuanya jangan panggil aku non ya, panggil saja Dira", ucapnya lembut.
Gimana ini, tidak mungkin sesantai itu memanggil nona muda keluarga ini rasanya tidak sopan.
Nadira dan 2 pelayan berjalan ke belakang, butuh waktu 2 menit berjalan kaki untuk mereka sampai ke tempat penginapan para pelayan di sana.
Masya Allah kamar pembantu saja seluas dan senyaman ini, pantas saja kamar mas Kevin besar dan mewah, batinnya.
Setelah selesai shalat Dira dan kedua pelayan kembali lagi ke rumah utama.
Kevin menatap tajam pada wanita yang berkerudung hitam, dari tadi dirinya cari cari tidak ketemu, bertanya juga tidak karena gengsi.
"Sini lo", ucapnya sebal.
"Iya mas ada yang bisa Dira bantu?".
Cih lo pikir gue tukang jasa cuci ac apa, gerutu Kevin.
"Kemana saja lo dari tadi gue cari cari".
"Maaf mas, aku tadi shalat dulu ke belakang".
Degggg,,,,, hah shalat, gue lupa kapan terakhir kali shalat, maksudnya shalat di belakang di mana dia, yang Kevin tau belakang itu hanya ada kolam renang dan gajebo terus taman kecil.
Bodo amatlah itu urusannya bukan urusan gue.
"Ambil dan bawa koper lo di kamar gue sanah, ikut gue", perintahnya.
"Ikut kemana mas?", inikan rumahnya gue mau di bawa kemana, batin Dira, perasaan nya sudah was was.
"Banyak tanya banget sih lo, buruan gue paling gak suka sama manusia lelet".
"Iya maaf, Dira ijin masuk kamar mas mau ambil koper".
"Ya cepet sana", pakai ijin lagi gue juga yang suruh oon banget ni cewek.
Dira dengan susah payah membawa kopernya ke bawah menuruni tangga.
Ck koper busuk juga masih saja di pakai, umpat Kevin.
Keduanya sudah sama sama memegang koper, kebetulan Mama Sarah baru keluar dari kamarnya.
Melihat anak dan menantunya sama sama memegang koper membuatnya merasa heran sebab Kevin belum bilang apa apa padanya.
"Loh Vin mau kemana?", tanya nya.
"Mau pindah ke apartemen yang aku beli mah".
"Kevin jangan suka ngaco ya, ini rumah kurang besar apa kamu mau punya anak 10 juga masih muat, kalau perlu mama bikinkan kamar lagi sampai belakang".
"Kevin ya Tuhan kamu ini kenapa sih, terus kamu mau bawa menantu mama juga, mama baru saja kenalan belum ngobrol sama Dira Vin".
"Mah kami baru kenal dan kami ingjn hidup mandiri, biarkan dia menjadi ganggung jawabku".
"Tapi mama semakin kesepian Kevin".
"Sejak kapa mama kesepian biasanya juga sering pergi ikut papa, pergi arisan dan ke salon", kesal Kevin.
"Yaudah kalau itu maumu, mana bisa kamu di larang keras kepala, janga menantu mama, awas kalau kamu menyakitinya, kamu menyakiti Dira sama saja menyakiti mama karena mama dan Dira sama sama wanita".
Hati Dira menghangat mendengar penuturan mertuanya, sepertinya mama Sarah emang baik, Masya Allah hanya dengan kata kata saja sudah membuat Dira bahagia.
"Dira mama titip Kevin ya, dia memang bandel semoga kamu bisa merubahnya, kalau Kevin nyakitin kamu bilang sama mama ya".
"Iya mah Insya Allah, dira pamit ikut mas Kevin mah, maaf kalau Dira tidak bisa menjadi menantu yang sesuai keinginnan mama", sadar Dira hanya remahan jika di bandingkan dengan keluarga Kevin.
Di luar dugaan Dira mama Sarah memeluknya dengan erat, "Tidak apa apa Dira, hati hati jaga diri kalian, kabarin mama terus, seminggu 2 kali ke sini main ya".
"Iya mah Insya Allah".
"Kalau Kevin sibuk terus, tinggal bilang ke mama nanti sopir yang jemput ya".
"Iya mah, terimakasih", Dira tersenyum manis mengurai pelukannya dengan sang mertua.
Mama Sarah mengelus pipi menantunya, pipinya lembut dia terlihat sangat manis dan imut, batinnya.
Kevin dan Dira pamit, keluar dari rumah besar itu mendorong koper masing masing.
.
.
.
Bersambung....❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments