NovelToon NovelToon

KITA BERSAMA NAMUN TAK SAMA

Part. 1

Kata SAH menggema di dalam rumah megah bak istana, memang tidak banyak tamu undangan yang datang karena pernikahan ini di adakan sangat mendadak.

Dadaku bergemuruh hebat, ada seorang laki laki yang sangat lantang menyebut namaku dan berjanji kepada penghulu, wali dan saksi tentunya pada Tuhan yang maha kuasa pencipta alam semesta juga.

Aku tidak tau ini awal yang baik atau sebaliknya untuk hidup aku kedepannya.

Laki laki berbadan kokoh, tampan auranya seperti bintang filem yang dulu pernah aku tonton.

Ini semua terjadi bagaikan mimpi untukku, mimpi yang sangat sangat membingungkan.

Aku menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal dia siapa, dia seperti apa keperibadiannya.

Dari semenjak lulus SMA hidupku hanya aku gunakan untuk bekerja dan mengajar di panti asuhan dengan suka rela.

Aku tidak tau suamiku ini siapa dan apa peran pentingnya di negara ini, mengapa keluarga ini sangat terlihat terhormat, bahkan tamu yang ada di sana menunduk hormat pada kedua mertua dan suamiku.

Beberapa kali kami berfoto, foto dengan tamu undangan dan dengan keluarga besar.

Sepertinya kedua mertuaku baik, berbeda dengan keluarga lainnya, bahkan sepertinya menatapku saja enggan.

Setelah acara selesai aku menangis di pangkuan ibuku, aku sedang merasa di antara senang dan sedih, senang akhirnya aku menikah di umur yang sudah aku targetkan dari dulu, sedih karena pernikahan kami mendadak tanpa adanya cinta juga bahkan kenalpun tidak.

"Sudah dong nangisnya malu sama suami", ucap ibuku.

"Maafkan Nadira ya Bu, maaf sampai sejauh ini Nadira belum bisa membahagiakan Ibu dan Bapak".

"Ibu dan Bapak sangat bahagia melihat anak kami satu satunya sekarang sudah menikah nak, kebahagiaan kamu itu kebahagiaan kami".

"Jadi istri yang baik ya nak, jangan melawan pada suami, keluar rumah harus ijin pada suami", nasehat bu Irma.

"Insya Allah bu, aku akan ta'at pada suami seperti ibu".

"Anak ibu sekarang sudah dewasa", memeluk anaknya.

Sebenarnya Nadira mempunyai kakak dan adik, hanya saja umur mereka tidak panjang.

Andai semua anak nya hidup pasti Nadira mempunya tiga saudara 1 kakak dan 2 adiknya.

"Bapak mohon do'akan Dira terus ya", pinta Nadira pada pak Irwan bapak kandungnya.

Pak Irwan meneteskan air mata, terharu dirinya masih bisa menyaksikan anak nya menikah.

Dengan sakit yang di deritanya pak Irwan sudah putus asa, takut tidak bisa menyaksikan hari bahagia anak gadisnya.

"Pasti nak pasti bapak akan selalu mendoakan putri kecil bapak, jadilah istri yang baik nak, ingat sekarang surgamu ada pada suamimu, jangan membantah, ingat pesan ibumu ya".

"Terimakasih pak, bapak sehat terus ya, harus semangat".

"Bapak akan selalu sehat nak", senyumnya.

Tidak mau terus menerus membebankan hidup pada Nadira, pak Irwan selalu berusaha menutupi rasa sakitnya.

"Menginap di sini semalam jangan langsung pulang, kita juga belum kenal kan", senyum ramah mama Sarah pada besannya.

"Terimakasih atas kebaikannya bu Sarah, kami titip anak kami Nadira ya, kami tidak bisa bermalam di sini di rumah ada yang harus di urus", ucap pak Irwan.

"Insya Allah saya akan menjaganya sebisa saya".

Mama Sarah memberikan isyarat pada Kevin agar mendekat, Kevin yang paham dengan kode dari amamanya langsung mendekat.

"Mertua kamu mau langsung pulang Vin, suruh Raka antarkan mereka sampai tujuan dengan selamat",

Kevin mengangguk langsung mengambil ponselnya dari saku untuk menghubungi Raka asisten pribadinya.

"Nak Kevin bapak titp anak bapak ya, tolong jangan sakiti anak bapak kalau nak Kevin tidak suka kembalikan dengan baik baik pada bapak ya", ucapnya tercekat.

"Ya saya akan menjaganya pak", Kevin mengangguk mantap.

Setelah itu kedua orang tua Nadira pamit untuk pulang di antar langsung oleh asisten Kevin.

Nadira terus menatap mobil yang kedua orang tuanya tumpangi.

Aku harus apa, aku gimana nantinya monolog Nadira, sambil berjalan masuk kedalam rumah besar itu, bingung gimana dirinya mau ngapain habis ini.

.

.

.

.

Bersambung....❤❤❤

Part. 2

Nadira masuk lagi ke dalam rumah besar keluarga Kevin, saking bingungnya memilih mengambil sapu ikut membersihkan dan membereskan peralatan yang masih berantakan.

Semua pelayan di sana tercengang melihat Nadira yang tidak gengsi ikut membereskan peralatan bersama mereka.

"Non maaf ya, ini pekerjaan kami jadi biarkan kami yang membereskan semua ini", ucap salah satu pelayan karena tidak enak hati.

"Gak apa apa mbak saya gak lagi ngapa ngapain ini", ucap Nadira tersenyum.

Tidak tau mereka harus melarang atau membiarkan saja, jika bicara lagi takut salah, jika di biarkan takut di marahin nyonya rumah ini.

Lelah sampai jam 1 siang baru selesai semuanya.

Setelah semua selesai Nadira bingung mau kemana lagi, mau bertanya pada siapa, akhirnya memberanikan diri minta di antar pelayan untuk bisa ke tempat penginapan mereka yang ada di belakang rumah.

Nadira belum melaksanakan kewajibannya, koper yang dirinya bawa dari rumah di taruh di kamar Kevin, tidak mungkin dirinya berani naik ke kamar sana, sebab Kevin terlihat tidak suka padanya, tatapannya juga sinis.

"Mbak boleh aku ikut numpang shalat sebentar saja, waktu tinggal sebentar lagi aku belum shalat", ucapnya gusar, tidak enak hati karena merepotkan orang yang ada di sana.

Para pelayan di sana saling lirik kebingungan, bukannya nona ini istri bos muda mereka dan ini baru saja menikah.

"Ohh iya ayo non saya antar".

Dira tersenyum pada semua pelayan yang menatapnya bingung, "Sekali lagi aku minta sama semuanya jangan panggil aku non ya, panggil saja Dira", ucapnya lembut.

Gimana ini, tidak mungkin sesantai itu memanggil nona muda keluarga ini rasanya tidak sopan.

Nadira dan 2 pelayan berjalan ke belakang, butuh waktu 2 menit berjalan kaki untuk mereka sampai ke tempat penginapan para pelayan di sana.

Masya Allah kamar pembantu saja seluas dan senyaman ini, pantas saja kamar mas Kevin besar dan mewah, batinnya.

Setelah selesai shalat Dira dan kedua pelayan kembali lagi ke rumah utama.

Kevin menatap tajam pada wanita yang berkerudung hitam, dari tadi dirinya cari cari tidak ketemu, bertanya juga tidak karena gengsi.

"Sini lo", ucapnya sebal.

"Iya mas ada yang bisa Dira bantu?".

Cih lo pikir gue tukang jasa cuci ac apa, gerutu Kevin.

"Kemana saja lo dari tadi gue cari cari".

"Maaf mas, aku tadi shalat dulu ke belakang".

Degggg,,,,, hah shalat, gue lupa kapan terakhir kali shalat, maksudnya shalat di belakang di mana dia, yang Kevin tau belakang itu hanya ada kolam renang dan gajebo terus taman kecil.

Bodo amatlah itu urusannya bukan urusan gue.

"Ambil dan bawa koper lo di kamar gue sanah, ikut gue", perintahnya.

"Ikut kemana mas?", inikan rumahnya gue mau di bawa kemana, batin Dira, perasaan nya sudah was was.

"Banyak tanya banget sih lo, buruan gue paling gak suka sama manusia lelet".

"Iya maaf, Dira ijin masuk kamar mas mau ambil koper".

"Ya cepet sana", pakai ijin lagi gue juga yang suruh oon banget ni cewek.

Dira dengan susah payah membawa kopernya ke bawah menuruni tangga.

Ck koper busuk juga masih saja di pakai, umpat Kevin.

Keduanya sudah sama sama memegang koper, kebetulan Mama Sarah baru keluar dari kamarnya.

Melihat anak dan menantunya sama sama memegang koper membuatnya merasa heran sebab Kevin belum bilang apa apa padanya.

"Loh Vin mau kemana?", tanya nya.

"Mau pindah ke apartemen yang aku beli mah".

"Kevin jangan suka ngaco ya, ini rumah kurang besar apa kamu mau punya anak 10 juga masih muat, kalau perlu mama bikinkan kamar lagi sampai belakang".

"Kevin ya Tuhan kamu ini kenapa sih, terus kamu mau bawa menantu mama juga, mama baru saja kenalan belum ngobrol sama Dira Vin".

"Mah kami baru kenal dan kami ingjn hidup mandiri, biarkan dia menjadi ganggung jawabku".

"Tapi mama semakin kesepian Kevin".

"Sejak kapa mama kesepian biasanya juga sering pergi ikut papa, pergi arisan dan ke salon", kesal Kevin.

"Yaudah kalau itu maumu, mana bisa kamu di larang keras kepala, janga menantu mama, awas kalau kamu menyakitinya, kamu menyakiti Dira sama saja menyakiti mama karena mama dan Dira sama sama wanita".

Hati Dira menghangat mendengar penuturan mertuanya, sepertinya mama Sarah emang baik, Masya Allah hanya dengan kata kata saja sudah membuat Dira bahagia.

"Dira mama titip Kevin ya, dia memang bandel semoga kamu bisa merubahnya, kalau Kevin nyakitin kamu bilang sama mama ya".

"Iya mah Insya Allah, dira pamit ikut mas Kevin mah, maaf kalau Dira tidak bisa menjadi menantu yang sesuai keinginnan mama", sadar Dira hanya remahan jika di bandingkan dengan keluarga Kevin.

Di luar dugaan Dira mama Sarah memeluknya dengan erat, "Tidak apa apa Dira, hati hati jaga diri kalian, kabarin mama terus, seminggu 2 kali ke sini main ya".

"Iya mah Insya Allah".

"Kalau Kevin sibuk terus, tinggal bilang ke mama nanti sopir yang jemput ya".

"Iya mah, terimakasih", Dira tersenyum manis mengurai pelukannya dengan sang mertua.

Mama Sarah mengelus pipi menantunya, pipinya lembut dia terlihat sangat manis dan imut, batinnya.

Kevin dan Dira pamit, keluar dari rumah besar itu mendorong koper masing masing.

.

.

.

Bersambung....❤❤❤

Part. 3

40 menit lebih perjalannan menuju apartemen yang Kevin sengaja beli tadi, dirinya juga pertamakali datang.

Raka sahabat sekaligus asisten peribadi yang menyiapkan semuanya.

Dira terus mengikuti langkah besar Kevin dengan susah payah, mendorong koper yang rodanya sudah susah jalan membuat Dira semakin susah mengimbangi langkah Kevin.

"Lo lelet banget jadi cewek", Kevin melihat ke belakang ternyata jarak mereka hampir 5 meter.

"Kpoer aku susah jalan mas".

"Ngapain lo pake sudah kaya sampah juga".

Astagfirulloh suami aku jujur banget sih ngomongnya, batin Dira.

Masuk ke dalam apartemen Dira di buat kagum, Masya Allah dirinya kira akan sekecil apa ruangan di sini sebab dari bawah terlihat kecil gedungnya.

"Kamar lo di sana", tunjuk Kevin.

"Maksudnya mas?", yang Dira tau kalau sudah menikah tidur di dalam kamar yang sama, antara suami istri pastinya tidur sekamar.

"Jangan mimpi lo bisa tidur sama gue".

Kevin menatap jijik pada Dira, wanita kampungan pakayan menyapu lantai sudah seperti artis yang sedang konser, tapi yang wanita ini pakai entah baju buatan siapa, Dira sangatlah aneh di mata Kevin.

"Lo harus ingat pernikahan ini tidak serius".

"Tapi kita sah di mata hukum agama dan negara mas".

"Tapi tidak sah di mata gue", Kevin melangkah dua langkah menuju kamar nya.

"Gue peringatkan lagi ke elo, jangan menaruh perasaan sama gue karena gue gak akan membalas perasaan elo, gue hanya mengingatkan sebelum lo sakit hati dan menyesal nantinya".

"Kalau begini jadinya kenapa mas mau menikah dan menyetujui semuanya?", ucap Dira tercekat, sakit banget rasanya.

"Bodoh banget lo jadi manusia, yang terpenting yang harus lo ingat pernikahan ini hanya menunggu kapan waktunya tiba lo sama gue berpisah, jadi lo harus ikutin dan nurut apa kata gue".

Setelah mengucapkan kata kata itu ada yang mengganjal di hati Kevin.

Kevin langsung berjalan masuk kedalam kamarnya meninggalkan Dira yang diam nematung, mencerna kata demi kata yang Kevin ucapkan.

Baru saja Kevin mau menutup pintunya, tidak jadi Karena mendengar permintaan Dira.

"Mas ijinkan aku menjalankan peranku sebagaimana mestinya".

"Maksud lo", tatapan tajam Kevin menyorot.

"Ijinkan aku menjalankan peranku sebagai istri sampai batas waktu yang sudah kamu tentukan, maksudku membereskan rumah nyuci baju sama masak biar aku yang urus".

"Terserah lo, bukannya lo kerja jangan membebankan hidup lo sendiri gue ada duit buat sewa tukang bersih bersih".

Kevin menutup pintunya dengan keras sampai membuat Dira terjengkat kaget.

Ya Allah pernikahan macam apa ini, hamba harus gimana, Dira menangis sesegukan badannya ambruk di lantai, belum ada 12 jam tapi perkataan suaminya sudah membuat hatinya hancur.

Sampai kapan, apa yang di rencanakan Kevin.

Kuat yuk Nadira, Allah tidak mungkin memberikan cobaan di luar batas kemampuan kamu, semangatnya, menghapus air mata tersenyum.

Dira masuk kedamal kamar yang tadi Kevin tunjuk untuknya.

Ingat dengan perkataan mertuanya bahwa dirinya harus sabar dengan sikap Kevin.

"Kamar ini luas banget, lemarinya juga besar, aaa kasurnya empuk gak kaya punya aku di rumah yang belinya pas aku masih sekolah SMP, sekarang jangan sedih lagi ya tinggal tambahin tabungan buat biyaya oprasi bapak", semangatnya.

Dirinya sekarang gak harus terlalu jauh bolak balik ke tempat kerja, biasanya butuh waktu 1 jam lebih menggunakan motor tapi kali ini lebih dekat perkiraan nya.

Menyusun pakaian yang hanya sekotak lemari itu, Dira terkekeh karena bajunya sedikit lemari sangat besar.

Setelah shalat ashar keluar lagi dari kamar itu, terlihat lebih segar meskipun matanya sedikit berbeda.

Kevin sudah berada di ruang tengah, laki laki itu sedang pokus dengan laptopnya.

Dira masuk ke dapur, di sana ada beberapa peralatan masak membuat wanita itu tersenyum.

Kembali lagi ke ruang tengah, "Mas maaf menganggu".

Kevin mengalihkan kepokusannya, Ampun ni cewek di dalam rumah juga pake jubah terus apa gak gerah dia, batinnya.

"Ada apa?".

"Aku ijin keluar sebentar ya, tadi pas kita mau naik ke sini ada supermarket di bawah, mau beli bahan masakan untuk makan malam kita".

"Hemm pergilah", Kevin mengangguk.

Terserah lo mau kemana.

Dira dengan langkah ringan mau keluar dari sana.

"Heiii lo sini, siapa nama lo tadi gue lupa, lo mau main keluar aja emang tau pin nya berapa, nanti malah ngerepotin gue lagi".

"Gak tau mas", Dira menggeleng.

"Mana nomer ponsel lo, jangan geer gue hanya mau nepatin janji ke bokap lo aja kalau lo gak bakalan hilang dan kenapa napa".

Pedes banget mulut suami, nama istri aja lupa emang ada ya suami lupa sama nama istrinya sendiri, hahaa emang cuman aku doang yang nama saja di lupain sama suami.

"Tulis sekalian nama lo, awas ponsel gue kotor".

"Iya mas, aku tadi baru abis mandi dan shalat ko jadi di jamin belum ada kumannya di tangan aku".

Pakaian lo kotor, batin Kevin.

"Nih pakai ini saja belanjanya, gue gak sekejam itu sama manusia", Kevin memberikan kartu debit.

"Takut hilang mas, ada uang biasa aja gak 200 ribu sepertinya cukup".

Hahhh Kevin melongo, oon apa gimana ni cewek masa dia kasih platinum card mintanya 200 ribu, mana pernah dirinya megang uang.

"Lo pake itu gue gak ada duit biasa, jangan pura pura bego pasti senang kan di kasih itu".

"Nggak mas sumpah malah aku takut jatoh terus hilang susah nyarinya".

Astaga ni cewek bikin gue pusing aja, Kevin menggeram.

"Lo punya debit lain?".

"Ada mas, punya aku yang biasa".

"Sini gue transfer".

Dira menyebutkan deretan nomer debit card yang dirinya punya.

Lapornnya langsung masuk ke ponsel dirinya.

"Ya Allah mas banyak banget ini bisa buat makan kita 1 tahu".

"Terserah lo mau belanja apake terserah, lo bikin pusing gue tau, lo mau beli apa aja baju makannan yang lo suka juga terserah".

"Oke mas terimakasih, Masya Allah baiknya suami aku", tersenyum bahagia, gimana gak bahagia Kevin mengirimkan 50.000.000 ke rekeningnya, dirinya saja baru punya tabungan 7 juta untuk biyaya oprasi bapak nya, itu juga butuh waktu 5 bulan ngumpulinnya.

"Aku ijin keluar sebentar ya mas, Assalamualaikum".

Kevin melirik Dira yang kesenangan hanya di kasih uang segitu, Kevin kira Dira bakalan ngomong kurang, ternyata di luar dugaan malah kesenangan.

Bego apa tuh cewek ya, mama sekali kesalon aja gak cukup duit segitu, dia bilang cukup buat makan 1 tahun gue rasa dia otak nya emang udah geser.

"Nikmatin kesenangan sesaat ini Dira", monolognya sambil tersenyum lalu masuk kedalam lift.

"Gak apa apa ya bawa santai saja sampai tiba saatnya meng kismin lagi hehee, kalau kaya gini tabungan aku bisa utuh terus bisa cepat bawa bapak berobat aaa Masya Allah, semangat Dira".

.

.

.

.

Bersambung....

"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!