Want To Love You
Pukul 9 pagi, gadis yang bekerja sebagai pekerja lepas itu baru saja bisa keluar meninggalkan kantor karena kemarin dia mendapat jadwal kerja malam. Sulitnya mencari pekerjaan membuat Raine Lister—— gadis tersebut rela mengerjakan apapun yang dapat memberinya upah untuk bertahan hidup termasuk sebagai security.
Tiba di halte, Raine duduk di kursi kosong—— menunggu bus yang melintasi rumahnya tiba sambil memukul-mukul bagian bahunya yang pegal. Semalam dia harus dengan berat hati menemani Jesse—— salah satu karyawan tetap yang bekerja di perusahaan tersebut dan meninggalkan pos jaga nya. Dia bilang dia mendengar suara wanita sedang bernyanyi padahal ketika ruangan sebelah dicek, tidak ada siapa pun di sana. Begitu juga dengan ruangan Jesse yang hanya diisi olehnya karena rekan-rekan yang lain telah pulang lebih dulu.
"Dasar sialan, mana ada hantu di dunia ini" gerutu nya.
3 menit berlalu, bus tiba dan Raine segera naik. Ia berdiri di sebelah pria yang berpakaian formal. Suasana di dalam bus tampak penuh dan sesak karena hampir tidak ada ruang untuk bergerak, tapi pria yang berdiri di sebelahnya itu tampak santai dan nyaman dengan situasi ini.
"Ya Tuhan, ingin sekali aku menghajarnya" geram Raine.
Raine mengerjapkan netra nya kala tangan seseorang meremas bokong nya, napasnya tidak beraturan. Susah payah dia menahan emosi sampai menggigit bibir bawahnya tapi tiba-tiba——
"Maaf, aku tidak sengaja"
Seorang pria datang menabraknya entah karena kehilangan keseimbangan atau apa, Raine sendiri pun tidak tahu. Yang jelas dia menabrak pria di sebelahnya cukup kencang hingga membuat kehebohan di dalam bus dan beberapa penumpang di belakangnya nyaris terjatuh akibat ulahnya.
Dia lantas menanggalkan jas nya di tubuh Raine, tubuhnya yang mungil tenggelam dibuatnya karena jas itu mampu menutupi seluruh tubuh Raine hingga paha bahkan nyaris sampai lutut.
"Sudah aku bilang jangan sampai terpisah, kamu membuatku panik saja" tuturnya lembut seraya merapikan surai Raine yang berantakan.
Dia merangkul Raine dengan erat seolah takut gadis di sebelahnya menghilang, sementara gadis yang dirangkulnya hanya bisa diam, mencoba mencerna situasi apa yang sedang dihadapinya saat ini.
Netra nya berkali-kali melirik pria yang sejak tadi merangkul nya, dia tampak tenang dan Raine dapat merasakan aura positif yang dia pancarkan. Senyum dan ekspresi wajahnya yang teduh benar-benar mampu membuat Raine merasa aman berada di sisinya.
"Saya akan turun di sini" ucap Raine pelan agar tidak terdengar oleh pria yang tadi mengusik nya.
"Ayo!"
Alih-alih mengambil jas nya, pria itu justru malah menuntunnya turun dari bus saat Raine hendak melepas jas dan mengembalikannya. Alhasil, dia hanya bisa mengikuti alur drama yang sedang dia mainkan saja. Dia akan berterima kasih nanti ketika keduanya tiba di rumah.
"Apa Anda ingin mampir dan minum teh?" Tawar Raine begitu tiba di depan gedung apartemen.
"Tidak perlu, aku masih ada urusan"
"Terima kasih telah membantu saya" tuturnya seraya melepas dan menyerahkan jas pada pemiliknya.
"Dengan senang hati, Nona. Kalau begitu aku pergi, ya"
Ternyata masih ada orang baik di dunia ini, Raine dibuat kagum oleh sikap gentleman nya. Dia bahkan tidak meminta imbalan apapun atas bantuan yang dia berikan.
Sementara pria tersebut langsung melanjutkan perjalanannya menuju salah satu kampus usai mengantar Raine pulang. Kai Crawford—— senyum pria tampan itu merekah begitu melihat seorang pemuda yang dikenalnya terlihat sedang duduk menikmati makanannya di kantin bersama teman-temannya, tapi bukan itu yang membuat senyum manisnya mengembang.
"Kau terlambat 10 menit, Tuan Crawford" sembur seorang pemuda dilengkapi ekspresi kesal.
"Maaf teman-teman, tadi aku ada urusan"
"Dan apa-apaan senyuman mu yang menjijikan itu?" Tukas Devon.
Devon Belmore—— teman Kai sejak kecil itu menangkap ada sesuatu yang aneh dari ekspresi yang ditunjukkan oleh teman baiknya, wajahnya tampak berseri-seri dan bersinar terang tidak seperti biasanya.
"Apa? Memangnya aku kenapa?"
"Jangan bermain-main, bung. Kau menyimpan rahasia dari kami?" Sambar Jesse.
Tiga pria yang tadi sedang bersantai sambil menikmati makanan masing-masing itu kini mendekatkan wajahnya dan menyerang Kai dengan tatapan tajam secara bersamaan. Meski Kai dikenal sebagai pria yang menyenangkan dan mudah berbaur, itu tidak berarti membuatnya menjadi orang yang terbuka. Contohnya saja tentang masalah dua minggu yang lalu, di mana Brooks mengirim Casey—— putri keempatnya dari suami ketiganya ke kediaman Crawford. Kai hanya diam dan sibuk melakukan pekerjaannya seolah tidak ada yang terjadi.
"Baiklah, baiklah. Bisakah kalian memberiku ruang?"
Jesse, Devon, dan juga Ryder merubah cara pandang mereka kemudian memundurkan wajah mereka yang berdekatan—— memberi ruang sesuai dengan apa yang diinginkan Kai.
"Sebenarnya aku mendaftar menjadi dokter relawan" ungkapnya dengan tampang tenang dan datar, tanpa dosa.
"Kau bercanda?"
"Di keadaan seperti ini? Kau tidak mencoba untuk melarikan diri, kan?"
Ryder menatap netra biru milik Kai tajam, masalah keluarga saat ini sedang sangat runyam karena Brooks Grason—— ibu dari Kai memutuskan untuk berpisah dengan suaminya yang telah dia nikahi 2 tahun lalu. Pemuda berambut ikal yang usianya 6 tahun lebih muda dari Kai ini juga merupakan korban pertengkaran kedua orang tuanya, kegagalan orang tuanya dalam membina rumah tangga menjadi mimpi buruk yang sangat menakutkan baginya hingga dia enggan menjalin hubungan dengan siapa pun apa lagi sampai memberi kepercayaan dan menaruh harapan terhadap seseorang.
"Aku butuh waktu dan ruang untuk berpikir" jawab Kai setelah terdiam cukup lama.
"Dengan pergi ke tempat yang sedang dilanda musibah? Kau gila, Kai. Dasar tidak waras!"
"Biarkan kakak mu menenangkan diri, Ryder. Dia bukan anak kecil lagi" lerai Devon.
Ryder menyimpan kedua tangannya di dada, dia memang kerap bersikap bossy dan posesif terhadap Kai.
"Kau juga harus memikirkan acara makan malam nanti. Brooks pasti sudah merencanakan sesuatu makanya dia memintamu untuk hadir"
"Dia juga ibumu, Ryder Torres!" Tegas Kai.
"Aku tidak peduli"
Pandangan Ryder turun, bukan hal mudah melupakan sesuatu yang telah menggoreskan luka di dalam hati kita apa lagi yang melakukannya merupakan orang terdekat dan sangat kita sayangi.
Ryder merasa dibuang kala ayahnya yang telah berpisah dengan Brooks meninggal dan Brooks memutuskan untuk menikah lagi dengan salah satu kolega ayahnya, pemuda ini malah dititipkan pada Hayden Crawford—— ayah dari Kai menjelang hari pernikahannya saat dirinya masih berusia 6 tahun, tapi sampai saat ini wanita itu tidak pernah menjemputnya pulang. Mungkin dia tidak ingat telah melahirkan nya, pikir Ryder.
"Kau juga harus datang nanti malam"
Kai mengambil ponselnya yang tadi sempat ia letakkan di atas meja kemudian mengulurkan tangan seraya meminta sesuatu pada salah satu temannya, setelah dia mendapatkan kunci mobil yang kemarin dibawa kabur oleh Devon dia pergi meninggalkan sang adik dan dua temannya. Situasi akan bertambah runyam jika dia tidak segera pergi, Ryder pasti akan memarahinya sepanjang waktu bak ibu tiri.
Maka dari itu, sebelum hal buruk itu terjadi Kai memilih untuk pergi dan meninggalkan kampus, tapi——
BRUK!
Seseorang yang memakai helm tidak sengaja menabraknya di tempat parkir, ponselnya pun sampai lepas dari genggaman nya.
"Maaf, saya tidak sengaja" suara wanita terdengar, dia sedikit membungkuk meminta maaf.
"Tidak apa-apa, lain kali hati-hati. Apa kau terluka?"
Dia tidak menjawab, hanya menggeleng singkat kemudian meninggalkan Kai. Tampaknya dia sedang terburu-buru karena Kai dapat melihatnya berlari-lari kecil menuju motornya yang terparkir rapi bersama kendaraan lainnya.
"Sudah aku peringatkan untuk berhati-hati" gumam Kai yang melihatnya hampir jatuh terpeleset.
~*~
Pengendara motor itu melepas helm nya begitu tiba di tempat parkir bawah tanah, kakinya yang sudah lelah berjalan itu lekas mendekati elevator dan menekan tombol bergambar panah di sebelah pintu elevator.
Raine keluar dari elevator usai tiba di lantai yang dituju. Kakinya yang berjalan cukup cepat itu tiba-tiba terhenti setelah suara tangisan yang coba dia abaikan sedari tadi terdengar semakin kencang, semakin kakinya melangkah menuju tempat tinggalnya, semakin jelas pula suara tangisan tersebut.
"Apa itu?" Gumam nya.
Sebuah kardus berukuran cukup besar membuat Raine memikirkan banyak hal, tidak terkecuali tentang organ manusia yang dikirim oleh seseorang mengingat maraknya penculik yang mengincar anak-anak saat ini untuk mendapatkan ginjal, jantung, hati atau organ lainnya yang menurut mereka berharga dan bisa ditukarkan dengan uang.
Ditendang nya kardus itu pelan dengan rasa takut yang melilit dirinya hingga dia terlompat, namun suara tangisan bayi justru terdengar semakin kencang.
"Apa tangisan itu berasal dari sana?"
Tiba-tiba rasa panik dan takut menggerogoti diri Raine. Netra nya menjelajah ke area sekitar. Sungguh, Raine tidak berani membuka kardus tersebut.
Tapi, kebetulan ada salah satu penjaga keamanan di sini yang melintas ketika netra nya menatap ke arah ujung lorong. Segera saja ia melambaikan tangan dan memanggilnya.
"Tuan Wright!" Serunya.
Pria itu segera menghampiri Raine begitu mendengar namanya dipanggil, dia sedikit berlari agar bisa lebih cepat tiba di hadapan Raine.
"Ada apa, Raine?" Tanyanya begitu tiba.
"Bisakah Anda membantu saya?"
"Apa ada masalah?"
"Seseorang meletakkan kardus besar itu di depan pintu rumah saya. Terlihat mencurigakan dan menakutkan" jelasnya sambil menunjuk ke arah kardus besar.
Gadis malang itu menggigit jarinya. Dia benar-benar panik saat ini, berbagai pikiran buruk melintas di kepalanya. Tidak ada hal baik atau pun hal positif yang terlintas, pada dasarnya Raine memang dikenal sebagai gadis yang ceroboh dan mudah paranoia.
"Tadi saya mendengar suara bayi. Apa itu berasal dari dalam sana?" Ucapnya lagi dengan tubuh yang gemetar.
"Aku akan mengeceknya"
Petugas keamanan tersebut maju, perlahan tangannya membuka kardus misterius tersebut dan matanya terbelalak begitu melihat isinya.
"Raine?" Panggil nya pelan.
"Ya?"
Dia berdiri usai mengambil secarik kertas yang berisi sebuah pesan——
Untuk Raine Lister,
Sebelumnya aku minta maaf karena menghilang tanpa kabar selama beberapa bulan terakhir ini, apa kau khawatir padaku? Aku baik-baik saja di sini, Raine. Jangan khawatir. Tapi bisakah kau membantuku? Tolong rawat bayiku, aku sedang menghadapi masalah darurat dan aku takut dia akan berada dalam bahaya jika aku membawanya bersamaku. Aku juga belum memberinya nama. Tolong beri dia nama yang bagus:)
Salam, Taylor Lister.
"Raine?"
Petugas keamanan itu berbalik menatap Raine yang sejak tadi tidak bereaksi. Tatapan nya berubah menjadi kosong usai mendengar isi catatan yang dibacakan oleh Wright, dia seperti sedang cosplay menjadi patung saat ini. Diam ditempat dan tidak bergerak sama sekali.
"Kau baik-baik saja?"
"Tidak" jawabnya lemah sambil menggelengkan kepala.
Kini ekspresinya berganti menjadi sedih bercampur marah, takut, juga cemas. Kepalanya beberapa kali menggeleng.
"Jadi dia adalah... keponakan saya?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan nada lemah.
"Ya. Taylor itu kakak mu, kan?"
"Brengsek! Apa dia meminta saya untuk merawatnya?"
"Ya. Begitulah pesan yang tertulis di sini?"
Dia kehilangan kata. Tidak tahu harus sedih atau bahagia atas berita mengejutkan yang satu ini. Lama tidak mendengar kabarnya, ternyata sang kakak telah melahirkan seorang bayi sekaligus keponakan untuknya.
Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain menghela napas dan menangis. Raine berjongkok, dia menutup wajahnya dan mulai meratapi jalan hidupnya yang sepertinya akan berjalan tambah rumit.
"Raine?"
"Bagaimana ini, Tuan Wright? Saya tidak tahu bagaimana cara merawat bayi" rengek nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ais Twin
Semangat kak🤗💪
2023-09-12
2
Meyginia
Halo kak, aku mampir ya...
Raine semangat ya, namanya hidup pasti banyak cobaan. kalau banyak cucian ya laundry. 🙏
2023-09-10
2
Ran Ea
sabar raine ujian hidup,,,
2023-08-24
0