Kai benar-benar banyak membantunya hari ini, berkat latihan singkatnya Raine sekarang tahu bagaimana cara menggendong dan menenangkan bayi ketika mereka menangis.
Dan sekarang dia jadi bisa sedikit bersantai mengisi waktu luangnya dengan menghitung uang tabungannya usai berhasil membuat sang keponakan lelap.
Raine harus kehilangan pekerjaan usai si keponakan datang. Dia jadi tidak punya waktu bebas untuk keluar dan sulit meninggalkan rumah, membawanya ke tempat kerja pun sangat tidak memungkinkan.
"Hei, monster kecil, doakan bibi mu ini agar punya uang yang cukup untuk menyewa toko, ya"
Raine berniat membuka toko kue di pusat kota, kebetulan dulu dia pernah belajar cara membuat kue meski belajar secara otodidak melalui internet, tapi makanan Raine bisa dibilang lezat dan setara dengan kue-kue yang berjajar rapi di dalam etalase toko kue. Masakannya tidak bisa dianggap remeh karena sudah banyak orang yang mencicipi nya.
"Huh, masih kurang" lirih nya seraya menatap layar ponsel yang menampilkan harga toko yang akan dia sewa.
Raine lantas turun dari ranjang, dia berjalan menuju jendela dan membukanya. Tangannya menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.
"Ayo berpikir, Raine!"
Tidak hanya otaknya yang seolah kehilangan fungsi, disaat seperti ini teman-temannya juga tiba-tiba ikut menghilang, mereka mendadak sibuk dan tidak punya waktu untuk membalas pesan Raine.
"Jika saja dia datang sehari lebih lambat, aku pasti masih bisa menghasilkan setidaknya 180€ lebih banyak" ucapnya seraya menatap monster kecilnya.
Namun begitulah hidup, selalu penuh kejutan dan sesuatu yang tidak terduga.
"Apa aku pinjam uang pada Flynn saja, ya?"
Raine kembali memainkan ponselnya, mencari nama 'Nona Moore si penakut' di kontaknya— Flynn dan Raine sudah berteman sejak di sekolah menengah namun karena suatu alasan Raine terpaksa harus pindah sekolah, mereka baru dipertemukan kembali di awal tahun kemarin.
"Halo, Flynn?"
"Hai, Raine!" Balas nya bersemangat.
"Mm... jadi begini..." Raine tiba-tiba ragu mengatakannya. Mungkin mereka sudah lama berteman, tapi apa Flynn juga berpikir begitu? Mereka sudah lama tidak bertemu, pasti banyak hal yang terjadi dan berubah.
"Raine? Apa kau masih di sana?"
"Ya"
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang kau butuhkan atau ada sesuatu yang terjadi?" Flynn selalu menjadi orang yang perhatian untuk Raine dan sekarang juga dia masih begitu.
"Ti-tidak, tidak ada apa-apa. Aku... aku, aku hanya ingin mengobrol denganmu"
"Katakan saja, tidak perlu sungkan. Kau tidak mungkin menelepon ku di larut malam seperti ini jika tidak ada hal mendesak, kan?"
"Mm... itu, apa... mm, apa aku boleh pinjam uang?" Ucapnya ragu.
"HAHAHA..."
Tawa Flynn seketika pecah mendengar kalimat Raine membuat teman baiknya menahan napas, gugup. Apa maksud dari tawanya itu?
"Memangnya kau butuh berapa? Kirimkan saja nomor rekening mu, aku akan transfer sekarang juga" jawabnya usai berusaha menghentikan tawanya.
"Ah, i-iya, aku akan—"
"Raine?"
"Ya?"
"Lain kali jika kau butuh sesuatu langsung hubungi aku saja, jangan ragu"
~*~
Pagi harinya Raine langsung berubah menjadi orang sibuk, sebelumnya dia juga orang yang sibuk— sibuk mencari uang dan bertahan hidup.
Namun kesibukan pagi ini berbeda dengan kesibukan sebelumnya, mulai hari ini aktivitasnya akan dimulai dengan mengurus si monster kecil, seperti sekarang contohnya— Raine sekarang sedang sibuk membuatkan nya susu.
"Sabar sebentar"
Tidak hanya suara si bayi yang berisik, suara perutnya yang masih kosong juga tidak kalah berisik. Tadi Raine bangun terlambat karena tidak bisa tidur setelah keponakannya buang air besar, dia tidak tahu bagaimana cara mengganti popok alhasil si keponakan dia biarkan tak memakai celana sepanjang malam— hanya ditutupi oleh kain.
"Ini, minumlah"
Kehadiran seseorang dalam hidupnya benar-benar telah mengubah banyak hal di hidupnya, salah satunya Raine jadi tidak kesepian lagi dan jarang melamun. Dia jadi punya teman untuk mengobrol meski orang yang diajak mengobrol tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
"Apa kau sudah kenyang? Bisakah aku menikmati makananku sekarang?"
Kecupan singkat mendarat di kepalanya yang botak, dia lantas pergi ke dapur untuk memasak sesuatu yang dapat menyelamatkan perutnya yang sudah sekarat tapi langkahnya terhenti saat lampu ruangan tiba-tiba mati.
"Astaga!" Keluhnya.
Kebetulan karena pagi ini cuacanya mendung, rumah yang Raine sewa pun jadi ikut gelap. Lampu rumah yang sepanjang malam menyala tiba-tiba saja mati membuat keponakannya yang baru saja tenang usai minum susu formula kembali menangis—— kaget mendengar suara bising ketika lampu meledak dan ketakutan melihat ruangan yang tiba-tiba berubah menjadi gelap.
Raine dengan cepat mengambil tangga darurat yang selalu ia simpan di balkon, dia lalu mengambil lampu cadangan di laci dapur dan memasangnya.
"Huh, pagi yang melelahkan" ucapnya seraya naik tangga.
Ditengah kegiatannya memasang lampu bel rumahnya berdenting, fokus Raine pecah usai suara bel terdengar dan kakinya kehilangan keseimbangan kemudian—
Bruk!
Raine terjatuh dari tangga sebelum lampunya terpasang sempurna, ia meringis kesakitan sambil mengusap tangannya yang terbentur cukup keras.
"Tunggu sebentar!" Teriaknya.
Suara tangisan bayi dan Raine yang terjatuh terdengar sangat gaduh dari luar membuat orang yang bertamu panik sekaligus penasaran, kenapa pintunya lama sekali terbuka? Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi?
"Tuan Crawford?" Kai menatap penampilan Raine yang berantakan, khas bangun tidur.
"Raine, apa yang terjadi? Kenapa di dalam sangat gaduh?"
"Ah itu, saya terjatuh saat mengganti lampu hehe..." jawabnya sambil menggaruk kepalanya, malu.
"Mengganti lampu?"
"Ya, tadi lampunya tiba-tiba mati"
"Biarkan aku membantumu"
Kai masuk tanpa ragu sebelum tuan rumah mempersilakan nya masuk tapi langkahnya terhenti saat dia melihat sepasang sepatu pria di rak.
"Kau sedang kedatangan tamu, Raine?"
Raine menatap ke arah yang dilihat Kai "ah, itu, itu milik saya, untuk berjaga-jaga... Anda tahu...? Mm... Semacam—"
"Ya, aku mengerti, Raine"
Kai tersenyum, itu adalah salah satu trik yang sering digunakan oleh kebanyakan wanita yang tinggal sendirian untuk melindungi diri, dia lantas menaruh kotak makan yang dibawanya di atas meja kemudian mengambil lampu yang masih ada di genggaman Raine.
Tangisan bayi pun berhenti kala ruangan kembali terang, Kai lekas berjalan menuju kamar dan mata bayi kecil itu berbinar menatap pria yang kemarin berhasil membuatnya banyak tertawa, seolah mengerti pria yang mendekatinya adalah orang baik, dia berteriak seraya berseru— memintanya mendekat. Kai masuk ke kamar dan——
"Raine, kenapa dia tidak pakai celana?" Ucap Kai cukup kencang agar Raine bisa mendengar suaranya.
"Semalam dia buang air besar, saya tidak tahu bagaimana cara mengganti popok"
"Bukankah di kemasan ada penjelasannya?"
"Saya tidak tahan baunya" jelas itu adalah alasan utamanya.
Masih ada kotoran sang bayi di atas ranjang, Raine hanya menjauhkan keponakannya beberapa senti dari tempatnya buang air besar.
"Kau sudah makan?"
"Belum"
"Kalau begitu makanlah, aku membawakan roti lapis untukmu. Si cantik biar aku yang mengurusnya"
"Maaf merepotkan Anda lagi, Tuan Crawford"
"Tidak masalah"
Akhirnya Raine bisa bernapas lega untuk sejenak, setidaknya kehadiran Kai membuatnya sedikit lebih tenang karena ada orang yang menjaga monster kecilnya.
Ia duduk di meja makan yang berhadapan langsung dengan ruang tamu, jadi dia bisa menyaksikan apa saja yang sedang mereka berdua lakukan di sana, percakapan keduanya pun dapat Raine dengar dengan jelas.
Kai dengan telaten mengurus bayi perempuan itu, dia membersihkannya kemudian menggantikan pakaiannya dengan yang baru dan bersih. Setiap sentuhan nya begitu lugas, tangannya benar-benar terampil dan Raine mengakui itu.
Raine menatap Kai. Jika dilihat-lihat, Kai sudah sangat cocok menjadi seorang ayah. Dia begitu mudah menaklukkan dan akrab dengan anak kecil padahal mereka baru bertemu sekali.
"Oh, ya, omong-omong Tuan Crawford, apa yang Anda lakukan di sini?"
Wajahnya yag sedang menampilkan berbagai ekspresi lucu itu pun tiba-tiba berubah datar kombinasi bingung, sejujurnya kedatangan dirinya ke sini sama sekali tidak terencana, tubuhnya seolah bergerak dan membawanya kemari agar bisa bertemu si kecil yang menggemaskan atau... agar bisa bertemu bibinya yang polos nan menawan? Entahlah, yang jelas Kai merasa nyaman berada diantara mereka. Orang asing yang berhasil memberinya senyum bahagia dari segala hal kecil yang mereka lakukan.
"Aku, aku, aku tadi tidak sengaja lewat kemari dan berpikir mungkin kau sedang kesulitan mengurusnya"
"Anda khawatir pada saya?"
"Bu-bukankah sulit bertahan hidup sendirian? Ma-maksudku, meski kakak mu masih sering pulang dan tinggal di sini, kau tetap sendirian dan tidak bisa mengeluh atau sekadar bercerita. Kau menanggung semuanya sendirian..." Kai mengoceh panjang lebar pada Raine, dia melupakan gengsi dan harga dirinya.
~*~
Siang harinya Raine pergi ke pusat kota untuk melakukan survei pada toko yang akan dia sewa bersama Kai dan monster kecilnya, awalnya dia menolak tawaran Kai tapi pria itu mengaku bosan karena sedang tidak ada jadwal.
"Ini tempatnya?"
"Ya, bagaimana? Ini cukup bagus, kan?"
Kai mengangguk, dia pikir tempatnya cukup bagus dan luas. Terdapat beberapa ruangan yang bisa digunakan sebagai gudang persediaan dan tempat istirahat juga, kamar mandinya pun sangat bersih dengan air yang berlimpah. Alih-alih Raine yang berkeliling memeriksa gedung, Kai Crawford malah menjadi orang yang paling sibuk memeriksa segala sesuatunya dengan sangat mendetail.
"Kerja bagus, Raine. Kau sudah berusaha keras" puji Kai puas dengan toko pilihan Raine sambil menepuk kepalanya.
Raine tersenyum bangga, ternyata rasanya sangat menyenangkan bisa mendapatkan pujian dari seseorang. Dia jadi merasa lebih hidup dan dihargai.
"Bisakah Anda menepuk kepala saya lagi?" Pinta Raine.
Kai sedikit membungkukkan badannya agar bisa menatap wajah Raine lebih dekat, gadis di depannya tersenyum manis dengan tatapan penuh harap. Dokter bedah itu pun mengangkat tangannya, tapi bukannya memenuhi keinginan Raine, dia justru mencubit hidung Raine yang minimalis nan bangir.
"Nanti ya jika kau bisa membuatku bangga... lagi"
"Saya mungkin bisa membuat Anda bangga lebih dari ini, tapi..." kedua jarinya bertautan, dia bingung antara ingin mengungkapkannya atau tidak.
"Tapi apa?"
"Apa saya boleh mengatakannya?"
"Katakan saja" jawabnya lembut.
"Jangan pernah mendaratkan tangan Anda di kepala wanita lain dan memberinya pujian" lirih nya.
"Kenapa?"
"Entah kenapa saya berpikir jika itu sampai terjadi pujian Anda yang selanjutnya mungkin tidak akan berarti apa-apa lagi" jawabnya pelan.
Senyumnya mengembang, entah apa maksud dari senyum itu yang jelas Raine tidak terlalu menyukainya. Ekspresi Kai tampak menyebalkan sekarang di mata Raine, bahkan sedari tadi dia terus membungkuk dan bicara tepat di depan wajahnya.
"Aku tidak akan melakukannya. Kau wanita pertama dan akan menjadi satu-satunya"
"Bohong, mana mungkin pria tampan seperti—"
"Tampan? Menurutmu aku tampan?" Potong nya cepat, senyumnya mengembang—— senang dipuji tampan olehnya.
Raine mengangguk "ya. Anda sangat tampan Tuan Crawford. Saya sangat menyukai mata Anda yang indah" ungkapnya jujur.
"Wah, kau tipe orang yang sangat jujur, ya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments