"Kau tidak menyembunyikan apapun dariku, kan?"
"Mana mungkin. Aku tidak tahu apapun, Ryder"
Sepulang dari rumah sakit, Ryder tidak bisa menenangkan dirinya bahkan ketika dirinya sedang bertemu dengan teman-temannya. Dan sekarang dia terus mencecar Darla.
Ryder tahu selama ini Darla berusaha keras untuk mendapatkan tempat di hati Kai, meski hubungan keduanya belum terjalin cukup baik tapi Ryder yakin bahwa Darla mengetahui Kai jauh lebih baik darinya.
Sementara Darla sendiri sekarang sedang kebingungan, dia sama sekali tidak mengerti kenapa Ryder tiba-tiba menyerang nya dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Pemuda itu langsung menyeretnya ke kamar begitu tiba.
"Bohong! Kau kan selalu berusaha mencari perhatiannya, mana mungkin kau tidak tahu"
"Siapa wanita yang kau maksud? Apa dia wanita yang ibumu kenalkan padanya?"
"Kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya"
Wanita yang berstatus sebagai ibu sambungnya itu hanya bisa menepuk kening, kepalanya dibuat pening oleh seorang pemuda bernama Ryder Torres.
Kai, kakak satu-satunya yang dia punya—— seolah tidak pernah lepas dari pemantauannya hingga apapun yang dia lakukan—— Ryder harus tahu semuanya, namun kali ini dia lengah sampai seorang wanita cantik itu berhasil berdiri disampingnya.
"Ayolah, bukankah dia tidak pernah dekat dengan wanita? Bahkan ada seorang bayi diantara mereka" Ryder mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Biarkan saja, Ryder. Dia bukan anak kecil lagi"
"Tidak, tidak, tidak!"
Kepalanya mendidih kala mengingat sikap Kai yang berbeda di rumah sakit tadi, itu pertama kalinya Ryder melihat Kai bersikap begitu lembut dan perhatian terhadap lawan jenis. Meski Kai memang dikenal ramah dan baik pada siapapun, tapi Ryder bisa menangkap ada yang berbeda dari nada bicara dan tatapan Kai.
"Tidak mungkin kau tidak tahu siapa wanita yang ada disamping Kai. Dia bahkan ada di ruang kerjanya bersama seorang bayi"
~*~
Kai tidak langsung pulang usai makan siang bersama, sekarang dia sedang bermain dengan si kecil sementara Raine sibuk menata barang-barang kebutuhan sang keponakan yang baru saja mereka beli setelah makan siang tadi.
"Tuan Crawford, sepertinya Anda sangat menyukai anak-anak, ya" ucap Raine seraya meletakkan hidangan diatas meja kemudian duduk.
"Bukankah dia sangat menggemaskan?"
Raine menatap lekat bayi perempuan yang digendong Kai, dia sangat manis dan menggemaskan. Raine baru menyadari itu karena tadi malam dia terlalu sibuk mencari cara untuk tidur dengan tenang dan tanpa gangguan, tapi tetap tidak bisa. Si bayi terus menangis seraya memanggil dan memintanya tetap terjaga.
"Ya. Dia sangat manis dan menggemaskan"
Gadis itu lantas beranjak dari duduknya tapi tangannya ditahan oleh Kai, ia menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya, heran. Sebelum bicara Kai lebih dulu menarik tangan Raine agar dia duduk kembali di sebelahnya.
"Istirahatlah, bukankah kau lelah?"
Dia terpaku mendengarkan kalimat Kai, selama ini tidak pernah ada orang yang bertanya dan peduli terhadapnya—— kecuali Flynn. Tidak peduli seberapa banyak peluh yang keluar dan mengalir di tubuhnya, Raine hanya berpikir dunia ini terlalu kejam untuk dijadikan tempat tinggal dan berlindung bagi manusia lemah sepertinya. Dirinya seolah disuruh terus bergerak, tidak diperkenankan untuk memperlihatkan sisinya yang lain—— dirinya yang rapuh dan lemah.
"Jangan terlalu di forsir, berikan tubuhmu istirahat yang cukup. Tidurlah!"
"Tapi——"
"Aku tidak akan pergi lagi, aku akan menjaganya sampai kau bangun"
Lagi-lagi dia terdiam, hatinya menghangat setiap mendengar perkataan yang Kai katakan padanya. Baru kali ini dia merasa diperhatikan dan diperlakukan dengan baik, rasanya sangat membahagiakan. Raine sangat menyukainya.
~*~
Kai melonggarkan dasinya, dia bercermin dan menatap wajahnya sendiri yang tampak berseri-seri. Kenapa dia terlihat bahagia hari ini? Apakah ada hal baik yang terjadi? Si pemilik wajah tampan itu pun tidak tahu pasti apa yang sedang dialaminya saat ini, sangat aneh memang karena bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum seharian ini.
"Kai, boleh aku masuk?" Terdengar suara Darla dari luar sana.
"Masuklah"
Darla masuk kemudian duduk di bibir ranjang sambil menatap anak sambungnya yang sejak tadi sedang bercermin, dapat dia lihat ekspresi Kai yang tampak bahagia. Mungkin yang dikatakan Ryder tadi sore benar, Kai telah memiliki kekasih.
"Sepertinya kau sedang bahagia, Kai"
"Benarkah? Apakah aku terlihat seperti itu?" Tanyanya seraya berbalik badan menghadap Darla.
"Apakah ada hal baik yang terjadi?"
"Tadi aku bertemu dengan bayi perempuan. Dia sangat cantik dan menggemaskan" jawab Kai.
Kai melangkahkan kakinya menuju jendela kamar kemudian membukanya, langit malam yang gelap tampak begitu indah hari ini di mata Kai meski tidak ada bintang, hanya ada bulan setengah lingkaran yang bersinar.
"Apa Ryder mengatakan sesuatu?" Tanya Kai yang bisa menebak pikiran Darla.
"Ya. Dia khawatir wanita itu dikirim oleh ibu mu untuk menikah denganmu"
"Dia wanita yang baik dan tangguh, tidak seperti wanita yang akan dikirim oleh ibuku"
Senyumnya mengembang dengan mata yang menjelajah, menatap setiap sudut halaman rumahnya yang luas. Pertemuan tadi adalah yang kedua bagi mereka, tapi Kai merasa telah melihat banyak sisi lain dari Raine. Dia wanita pekerja keras, tangguh, mandiri dan entah sudah berapa banyak luka yang dia tanggung hingga mampu untuk terus menampilkan senyum manisnya yang semu itu. Kai kagum padanya.
"Omong-omong, apa kau percaya pada cinta pandangan pertama, Darla?" Tanya Kai tiba-tiba.
"Apa kau percaya jika aku bilang itu juga terjadi padaku? Mungkin hubunganku dengan Hayden baru terjalin selama 10 tahun, tapi aku sudah mengenal dan mencintainya selama 13 tahun"
Kai menatap Darla yang juga tengah menatapnya, wanita itu tersenyum hangat dan manis padanya. Tidak peduli seberapa dingin dan cuek sikap Kai padanya, Darla masih saja bersikap baik dan tidak pernah absen memperhatikan dirinya layaknya seorang ibu. Seorang ibu yang benar-benar menyayangi dan menjaganya.
"Aku jatuh cinta pada ayahmu di pertemuan pertama kita, ketika kau menangis karena dia telat menjemputmu di hari pertamamu masuk sekolah"
"Kau... masih mengingat itu?" Wajah Kai memerah, malu mengingat masa lalunya—— sangat memalukan.
"Bagaimana bisa aku melupakannya? Usiamu sudah 13 tahun saat itu, tapi kau masih saja menangis hanya——"
"Itu karena aku tidak tahu jalan pulang, jarak sekolah dari rumah sangat jauh dan uangku habis——"
"Karena kalah taruhan? Huh, aku kira kau anak yang baik" cela Darla.
"Tidak ada manusia yang sempurna. Disaat orang diciptakan pintar, bisa jadi dia memiliki rupa yang jelek atau bisa jadi seseorang memiliki rupa yang menawan tapi dia bodoh"
Darla dan Kai saling memotong ucapan, mereka saling menyerang satu sama lain dengan fakta dan sesuatu yang mereka tahu untuk membalas setiap ocehan tidak berguna itu dan tanpa mereka sadari, keduanya merasa seperti bernostalgia mengingat hal-hal lampau yang pernah mereka alami lalu berbagi tawa bahagia. Hal sederhana yang membahagiakan.
"Oh, ayolah. Hentikan, itu sangat memalukan"
"Kau yang mulai lebih dulu"
"Baiklah, baiklah, aku mengalah"
"Apa? Mengalah? Jelas-jelas kau kalah"
Kai terus mendesak Darla. Dia tidak membiarkan Darla bernapas dengan baik, setiap Darla mencoba mengatakan sesuatu tentangnya di masa lalu, Kai akan dengan cepat memotongnya lalu menyerangnya secara beruntun hingga orang yang diserang nya pun kewalahan.
"Kenapa kau tidak mau mengalah pada wanita?"
"Bukankah kau memiliki Tuan Hayden Crawford yang terhormat? Mintalah perlindungan padanya karena aku hanya akan mengalah dan melindungi wanitaku sendiri" ucapnya seraya mendekati posisi Darla.
Darla tertegun mendengarnya, ini pertama kalinya dia melihat dan mendengar suara Kai yang begitu tegas.
"Wah, wah, wah, jadi benar ya putra sulungku ini sedang jatuh cinta?"
Satu serangan Darla berhasil membuatnya sekakmat, putra sambungnya langsung terdiam dan mengerjap beberapa kali begitu menyadari kalimat yang baru saja diucapkannya. Kalimat yang keluar begitu saja dari mulutnya.
Secara perlahan dokter bedah itu melangkah mundur, menjauh dari posisi Darla.
Ada perubahan suasana yang dia rasakan—— hening dan canggung. Kai mengusap leher belakangnya sementara Darla terus melayangkan tatapan polos seraya meminta jawaban, dia mengangkat sebelah alisnya—— menanti jawaban.
"Lu-lupakan!" Tuturnya.
"Kai—"
"Aku bilang lupakan!"
Dia lantas keluar dari kamarnya, hendak turun dan mengambil minum untuk mengguyur tenggorokan nya yang kering.
"Aku dengar kau mendaftar menjadi relawan, benar?"
"Ya"
Kai meneguk minuman soda yang dia ambil dari kulkas usai menjawab pertanyaan pria paruh baya yang sedang duduk dan membaca koran di dapur, netra nya lantas terbelalak kala menyadari siapa pria yang baru saja bertanya padanya.
"Ayah?"
"Ya. Ini ayah. Apa kau sudah melupakan rupa ayahmu, nak?"
"Sedang apa kau di sini?"
"Kau tidak lihat? Membaca koran"
"Bukan itu——"
Ucapannya berhenti. Pukul berapa ini? Kai mengangkat tangan kirinya untuk melihat arloji yang melingkar di tangannya. Baru pukul 8 malam.
"Sebuah keajaiban" gumam nya.
"Keajaiban apa?" Tanya Hayden yang tidak paham.
"Ha? Ah, tidak. Bukan apa-apa"
"Apa yang kalian bicarakan tadi?"
"Ha?"
Sikap dan pertanyaan Hayden berhasil membuat Kai terlihat seperti orang bodoh. Putranya sama sekali tidak bisa memahami Hayden. Pria gila kerja ini tiba-tiba pulang lebih awal kemudian duduk bersantai di meja makan yang biasa digunakan oleh asisten rumah tangga mereka.
Wajar saja Kai bersikap seperti ini, kan? Di usia mudanya, sosok ayah yang selalu merawat dan menjaganya tiba-tiba saja berubah menjadi orang yang sibuk dan bekerja tanpa mengenal waktu. Kai jadi lebih sering menghabiskan waktu diluar dibanding di rumah. Menjalin pertemanan dengan siapapun yang ditemuinya, semuanya dia lakukan semata-mata untuk memulihkan mental sekaligus mengusir kesepian yang dia rasakan.
"Sepertinya kalian membahas banyak hal. Aku sampai diabaikan selama 2 jam di sini"
"2 jam? Ayah sudah pulang dari 2 jam yang lalu?"
****! Apa yang telah mempengaruhi seorang Hayden Crawford? Kai mengumpat di dalam hatinya. Dia punya waktu untuk pulang lebih awal sekarang tapi kenapa dulu tidak? Dia selalu meninggalkannya di rumah sendiri dan membiarkannya berkeliaran di luar dan tanpa mengkhawatirkan kegiatan apa saja yang dia lakukan bersama teman-temannya.
Raut wajah kecewa itu jelas dia tunjukkan. Seolah ada jiwa anak kecil yang memberontak di dalam dirinya, Kai menyimpan kaleng minuman tersebut dengan keras hingga Hayden tersentak dibuatnya.
"K-kai, kau membuatku terkejut"
"Jadi, Tuan Crawford yang super sibuk ini sekarang punya waktu untuk pulang cepat, ya?" Wajah Kai masih datar, tapi emosi di dalam dirinya telah menggebu.
"Karena ini akhir pekan, tidak banyak pekerjaan di kantor"
"Akhir pekan? Lalu kenapa kau tidak pernah punya waktu di akhir pekan selama 13 tahun terakhir ini? Aku selalu kesepian dan sendirian di rumah, sementara anak-anak lain sibuk menghabiskan waktu bersama keluarga, bermain bersama, atau menonton televisi bersama..." celoteh Kai meluapkan emosinya.
"Kai..." lirih nya.
"Jika ayah punya waktu untuk pulang lebih awal, tolong lebih perhatikan Ryder dan Casey. Aku tidak ingin apa yang hilang dari diriku juga hilang dari mereka" lanjutnya dengan nada yang semakin lirih.
Hayden tentu saja tertegun mendengarkan perkataan anaknya dan itu juga sekaligus menyayat hatinya karena dia sendiri sadar betul bahwa dirinya selama ini telah banyak menorehkan luka di hatinya.
"Meski mereka bukan anak ayah, mereka tetap adik-adikku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Meyginia
Semoga pak hayden bs berubah lebih memperhatikan anak'' ny
2023-09-11
1
Yani Nuraeni
wanitaku sendiri, siapa tuh?😆
2023-09-11
0
Meyginia
I like kata katamu kai 🥰
2023-09-11
0