"Jadi, Tuan Crawford ini pengasuh bersertifikat, ya? Pantas saja Anda bisa menaklukan monster kecil itu dengan mudah"
"Tentu saja. Aku pengasuh bersertifikat dan berpengalaman"
Raine menyuguhkan teh dan kue buatannya, rumahnya yang minimalis membuat Raine dan Kai bisa mengobrol meski Raine sedang sibuk di dapur membuatkan teh hangat untuk tamunya sementara tamunya sibuk mengasuh bayi mungil yang semalam ditelantarkan oleh ibunya.
"Tapi omong-omong, kenapa kau memanggilnya monster kecil? Bukankah dia sangat manis dan menggemaskan?"
"Dia terus menangis sepanjang malam dan saya tidak tahu bagaimana cara mengurus bayi. Semalaman suntuk saya dibuat stres olehnya"
"Serius? Kau tidak tahu bagaimana cara mengurus bayi?"
"Anda pikir saya punya waktu untuk itu?"
Raine sejak tadi tidak berhenti bergerak, dia mengobrol dengan Kai sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah selesai membuatkan teh untuk Kai, dia langsung cuci piring dan menyapu lantai lalu dilanjutkan dengan mengangkat pakaian yang dia jemur di balkon.
"Ke mana orang tua mu?"
"Ibu meninggal saat saya berusia 8 tahun dan saya tidak tahu di mana keberadaan ayah. Taylor bekerja di luar kota ketika saya masuk sekolah menengah"
Pria bermata biru itu terdiam mendengar cerita Raine yang terdengar pilu di telinganya, tapi dia salut karena Raine bisa menceritakannya dengan nada ceria dan santai seolah ini bukanlah hal besar, padahal hatinya saat ini pasti tengah terkoyak oleh luka yang tak kunjung mereda dan mendapat penawar nya.
"Ibu meninggal bunuh diri. Sepertinya dia tertekan karena keadaan tidak pernah berpihak padanya"
Gadis itu kini duduk di lantai menghadap meja dan Kai yang sejak tadi duduk di sofa bersama keponakannya yang sudah tertidur pulas, cerita masa lalunya yang pahit dia lanjutkan dengan senyum mengembang dan sorot mata yang dalam.
Raine terlahir dari keluarga miskin yang serba kekurangan, kehadirannya sama sekali tidak terduga karena Quinn Fenlon—— yang saat itu dinyatakan sulit hamil justru dinyatakan positif mengandung anak kedua setelah 14 tahun yang lalu berhasil melahirkan Taylor Lister, anak pertamanya.
Kabar bahagia bagi Quinn itu nyatanya dianggap petaka oleh Haven Lister, dia sama sekali tidak merasa senang dengan kabar menggembirakan itu.
Reaksi pertama yang Haven tunjukkan saat tahu Quinn kembali mengandung adalah pergi dari rumah dan pulang sebagai pemabuk, dia berubah menjadi orang yang ringan tangan dan pemarah. Benar-benar tidak seperti Haven yang Quinn kenal—— Haven yang lemah lembut dan penyayang.
Semua cerita itu telah Raine dengar dari semua anggota keluarganya yang juga tidak menyambut kelahirannya, kisah pilu tentang hidupnya yang diceritakan oleh mereka terus terngiang tanpa terkecuali saat dirinya tertidur, Raine kerap dihantui oleh rasa takut juga cemas.
Kai menatap Raine yang sekarang masih duduk di hadapannya, gadis itu masih menampilkan senyumnya padahal cerita perjalanan hidupnya sangat menyedihkan. Wajahnya juga tampak santai seolah yang sedang dia ceritakan itu merupakan salah satu dongeng putri kerajaan, bukan tentang dirinya.
"Aku——"
"Tuan Crawford, apa saya boleh minta bantuan?" Potong Raine.
"Bantuan apa?"
"Bisakah Anda tetap di sini?"
"Ha?"
"Tolong jaga monster kecil itu untuk saya. Saya belum tidur semalaman dan kebetulan kemarin saya mendapat jadwal kerja malam, saya sangat lelah dan butuh istirahat sekarang"
"Ah, baiklah"
"Terima kasih. Jika Anda lapar, ada banyak makanan di kulkas. Jika Anda bosan, ada banyak buku novel di bawah meja televisi. Anda juga bisa menonton film jika mau dan jika——"
"Raine?" Potong nya.
"Ya?"
"Tidurlah yang nyenyak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, jadi jangan khawatirkan aku"
"Hm, baiklah. Terima kasih sebelumnya"
Kai memperhatikan punggung Raine yang perlahan menjauh dan akhirnya hilang terhalang oleh pintu kamarnya. Netra nya cukup lama memperhatikan pintu kamar Raine, nada bicaranya yang terdengar gembira itu cukup menyayat hati Kai. Bagaimana bisa dia masih tersenyum menceritakan kisah hidupnya yang memilukan? Bahkan dirinya yang tidak tahu persis kebenaran dari cerita hidupnya itu ingin menangis di pelukan seseorang—— meluapkan semua emosi dan beban yang ada di pundaknya.
"Cantik, kau harus tumbuh menjadi gadis yang baik dan pengertian, ya? Jangan terlalu sering menangis dan merengek, hibur bibi mu jika dia sedang sedih dan merasa kesepian"
Pria itu berceloteh sendiri sambil mengusap lembut kepala bayi tanpa rambut itu, kesan pertama pertemuan mereka sebenarnya tidak meninggalkan kesan istimewa bagi Kai pribadi. Satu-satunya yang membuat Kai terpesona adalah penampilan Raine yang polos bak anak kecil yang belum mengerti banyak hal. Sederhana, polos, tidak neko-neko. Cara bicaranya pun terdengar ramah dan ceria. Raine tidak seperti wanita cantik yang feminim dan terobsesi dengan penampilan, sweater rajut yang polos dipadu celana jeans tampak cocok untuknya seperti yang terakhir kali dia lihat saat mereka bertabrakan di area parkir. Tampak sederhana dan apa adanya.
~*~
"Tolong jaga dia untukku"
Cukup lama dokter bedah itu terpesona oleh kecantikan bayi manis nan menggemaskan ini hingga mampu membuatnya lupa mengenai jadwal operasi hari ini, beruntung teman satu profesinya itu menghubunginya dan memberitahu tugas yang sempat terlupakan itu.
Karena Raine baru tidur sekitar 15 menit dan Kai tidak tega meninggalkan bayi kecil yang dipanggil monster kecil oleh bibinya itu sendirian, maka di sinilah mereka berada sekarang. Si cantik dibawa ke rumah sakit tempat dirinya bekerja, dia meminta seorang perawat untuk menjaganya selama ia melakukan pekerjaannya.
Karena ini hanya operasi kecil, maka waktu yang dibutuhkan pun tidak akan banyak. Dia bertekad untuk melakukan yang terbaik dan secepat mungkin.
"Ah, menggemaskan sekali. Siapa dia?" Sambut seorang perawat.
"Dia anakku" jawabnya spontan.
"Ha? O-oh, siapa namanya?"
"Panggil saja cantik. Aku mohon bantuannya, ya. Aku usahakan tidak akan lama"
"Tenang lah, Dokter Crawford. Anda bisa mempercayakan nya pada saya"
"Aku mengandalkan mu"
Kai mengusap pipinya lembut kemudian mengecup keningnya, tidak terlihat seperti orang asing sama sekali. Kai begitu perhatian dan hangat padanya.
"Jadilah anak baik. Jangan rewel, ya. Aku akan segera kembali"
Kai keluar dari ruang kerjanya usai bersiap, kini hanya tersisa seorang perawat dan bayi perempuan yang menggemaskan di ruang kerjanya.
Si cantik yang diperkirakan berusia 4 bulan itu terus menebar senyum manis dan tawanya yang candu, dia tidak rewel. Orang yang diberi tugas menjaganya malah dibuat gemas dan terus tertawa oleh tingkahnya.
"Berhentilah tertawa sebelum aku melahap mu" canda sang perawat.
Candaan yang disertai mimik wajah yang lucu itu lagi-lagi berhasil membuat si bayi tertawa lepas, bayi itu tidak merengek dan berisik seperti bayi lainnya. Dia tidak merasa takut terhadap orang asing saat orang tuanya tidak berada di sisinya.
Bayi kecil ini secara tidak langsung telah menepati pesan dari Kai. Dia benar-benar menjadi anak baik dan tidak merepotkan orang lain.
Waktu demi waktu yang berlalu pun rasanya begitu menyenangkan. Perawat pria yang diperintahkan oleh Kai itu sama sekali tidak merasa kesulitan mengasuhnya, tatapan polos dan ekspresinya yang menggemaskan berhasil menghipnotis nya.
"Huh, aku jadi ingin segera menikah dan memiliki anak menggemaskan seperti mu"
"HAHAHA..."
Tawanya kembali dibuat pecah memenuhi ruangan, kedua tangannya saling bertemu seraya bertepuk tangan kala melihat wajah nelangsa sang perawat.
"Apa? Kau menertawakan aku, ya?"
Sayangnya, kebersamaan mereka harus terganggu usai seorang wanita datang memasuki ruangan setelah mengetuk pintu beberapa kali tetapi tidak ada jawaban, wanita berambut panjang dengan warna biru gelap itu lekas mendekati si bayi yang sudah merentangkan kedua tangannya seperti meminta digendong.
"Monster kecil, kau membuatku cemas saja" protesnya.
Ya, wanita yang baru saja datang itu adalah Raine Lister. Tadi dia tidak bisa tidur dengan tenang karena teringat pada monster kecilnya, tapi ketika matanya terbuka dan menjelajahi seisi rumah, dua orang yang tadi menguasai ruang tamu itu entah ke mana hilangnya. Suara berisik itu hilang digantikan oleh kesunyian.
"Kai!"
Pandangan dua orang dewasa yang ada di ruangan itu tertuju pada sumber suara yang berasal dari ambang pintu, seorang pemuda yang mungkin usianya tidak berbeda jauh dengan Raine sedang berdiri di sana sambil memegangi gagang pintu.
"Easton, di mana Kai?"
"Dokter Crawford sedang melakukan operasi"
Netra Ryder kemudian tertuju pada Raine yang tadi hendak menggendong keponakannya, tapi urung. Dia ragu untuk menggendong nya, jika dia salah melakukannya itu mungkin bisa menyakiti si bayi.
Tatapan nya yang tajam bak pisau belati itu berhasil membuat Raine gemetar, dia merasa terintimidasi dengan sikap Ryder.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini?"
Lidah Raine rasanya tiba-tiba kelu, dia juga tidak tahu harus jawab apa. Pemuda di depannya terus berjalan, memangkas jarak yang ada—— memaksa Raine yang gugup spontan mundur hingga tidak bisa pergi ke mana pun lagi karena dibelakangnya hanya ada dinding kokoh berwarna putih.
"Hm?" Ryder masih menagih jawaban dari Raine.
"Aku... aku... Tu-tuan Crawford, aku mencari Tuan Crawford karena dia membawa monster kecilku" jawab Raine tergagap-gagap.
"Bodoh, apa yang baru saja kau katakan, Raine?" Dalam hati dia merutuki dirinya sendiri.
"Monster kecil?"
Pemuda itu mundur, dia menatap bayi kecil yang sejak tadi duduk di pangkuan perawat bernama Easton. Dia membeku cukup lama kala menatap monster kecil yang langsung melemparkan senyum manisnya begitu pandangan mereka bertemu, tampaknya bukan hanya Easton dan Kai saja, tapi Ryder juga mungkin akan segera menjadi korban si cantik yang berikutnya.
"Siapa dia?" Tanya Ryder.
"Raine?" Panggil Kai dengan napas terengah-engah.
Ruangan kerja yang biasanya sepi dan hanya diisi oleh Kai atau Ryder yang sesekali datang mampir ke rumah sakit sekarang tampak penuh dan ramai.
Kai mengambil alih si bayi, dia menggendong kemudian mencium pipi kanan dan kirinya.
"Maaf sudah membuatmu khawatir. Aku hanya ingin kau tidur tanpa gangguan jadi aku membawanya kemari"
"I-iya, saya hanya khawatir dia akan merepotkan Anda"
Wajah Raine berkeringat deras, suaranya lebih kecil dari biasanya dan senyumnya juga tidak terlihat ceria seperti tadi.
"Kau baik-baik saja?"
"Sa-saya belum sarapan" jawabnya pelan. Dan sebenarnya bukan hanya karena sepenuhnya lapar dia berkeringat, tapi juga karena tatapan Ryder yang menusuk.
"Sarapan? Ini bahkan sudah hampir waktunya makan siang. Bagaimana bisa kau melupakan waktu makan?"
Menyaksikan interaksi Kai dan Raine membuat Ryder termenung, siapa wanita ini? Kenapa mereka tampak dekat? Sepanjang dirinya mengenal Kai, Ryder belum pernah melihat Kai begitu perhatian terhadap seseorang bahkan suaranya terdengar lembut dan merdu.
"Kai, siapa dia?"
"Namanya Raine Lister"
"Bukan itu——"
"Aku akan pergi makan siang bersamanya, apa kau ikut Ryder?" Potong Kai.
"Kai!" Jerit Ryder kesal.
"Dia belum makan dari pagi, Ryder. Kau ingin ikut makan siang bersama kami atau tidak?" Tanyanya mengabaikan kekesalan Ryder.
"Tuan Crawford, saya baik-baik saja. Jika ada urusan mendesak, pergilah!" Timpal Raine.
Netra nya kemudian beralih pada si bayi, dia sangat baik dan ceria sejak tadi. Dia juga tidak rewel saat para orang dewasa tengah berbicara di hadapannya, tangannya yang mungil terus menggenggam jari telunjuk Kai yang ramping. Sesekali dia memasukkannya ke dalam mulut, menggigit nya dengan gusi-gusi nya yang masih empuk hingga rasa geli bisa Kai rasakan.
"Bagaimana, Ryder?" Tanya Kai sekali lagi.
"Aku tidak bisa pergi bersama kalian, ada sesuatu yang harus aku selesaikan" jawabnya pelan.
"Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu"
"Tapi, Kai dia—— siapa?" Ucapnya dengan nada yang perlahan menghilang.
Rasa penasaran Ryder sayangnya tidak bisa terjawab karena Kai dengan cepat membawa Raine dan keponakannya keluar dari rumah sakit.
"Kau tahu dia siapa?" Tanya Ryder pada Easton yang hanya dijawab oleh gelengan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments