Gadis Cantik But Kejam

Gadis Cantik But Kejam

Episode 01

Happy Reading...

Mobil Mercedes-Benz warna hitam memasuki gerbang bertuliskan 'kediaman Lawson'. Berhenti di depan rumah megah dengan perkarangan luas. Pintu terbuka, memperlihatkan dua sosok berbeda usia. Satunya seorang gadis cantik. Dan satunya lagi seorang pria yang sudah berkepala empat.

Gadis cantik itu bernama Calya Sean, sebentar lagi akan berganti menjadi Calya Lawson. Nama yang persis seperti nama kediaman yang akan dia tinggali sekarang. Dan pria yang bersamanya bernama Abram Lawson. Pemilik kediaman sekaligus ayah kandungnya.

Abram menjemput putrinya saat mendengar kabar mantan istri pertamanya telah pergi untuk selamanya. Entah bahagia atau sedih yang dia rasakan saat ini. Bahagia karena bisa bertemu putrinya. Namun juga sedih karena tidak bisa berada di saat terakhir kepergian mantan istri pertamanya. Meski sudah lama berpisah tapi wanita itu tetap berada di puncak nomor satu dihatinya. Bahkan istrinya saat ini belum bisa menggantikan posisi ibu Calya.

"Sayang selamat datang di rumah papa dan juga tempat tinggal mu yang baru. Semoga kau suka dan betah disini" Kata Abram lembut membuat Calya yang sedang menatap sekitar berhenti dan beralih menatapnya.

"Calya suka selama ada papa" sahut Calya datar. Tidak ada wajah bahagia atau senang. Hanya ada wajah tanpa ekspresi.

Walau begitu Abram tak mempermasalahkannya. Justru hatinya menghangat ketika mendengar kata putrinya. Dia senang saat putrinya menganggap keberadaannya sangat penting baginya.

"Papa janji tidak akan mengabaikan mu lagi. Papa akan menyayangimu dan tidak membiarkanmu merasa sendiri" Calya hanya membalas dengan gumaman pelan. "Ya udah ayo kita masuk" Abram merangkul bahu putrinya dan membawanya masuk ke dalam.

"Bawa semua barang nona pertama ke kamar yang telah disediakan. Suruh pelayan merapikannya" Abram memberi perintah kepada kepala pelayan yang sudah menyambut kedatangan mereka di depan pintu.

"Baik tuan"

Kepala pelayan itu bergegas keluar bersama beberapa pelayan untuk mengambil barang Calya di mobil . Sedangkan Abram dan Calya berjalan menuju ruang tamu. Tempat penghuni lainnya menunggu.

Saat tiba, keduanya langsung di sambut dari tiga pasang mata yang berbeda. Namun sorot yang di tampilkan hampir sama. Sama-sama tidak bersahabat. Abram tidak menyadari itu. Berbeda dengan Calya yang peka. Tapi bukannya takut malah tetap tenang dengan raut tanpa ekspresinya.

"Bram kau sungguh membawanya? Bukankah sudah ibu bilang tidak boleh membawa apapun bagian dari wanita itu lagi" Nyonya tua Lawson lebih dulu membuka suara. Langsung menyuarakan isi hatinya atas ketidaksukaannya pada Calya.

"Bu, Calya adalah putri kandung ku. Dia berhak tinggal disini" Abram menimpali perkataan ibunya dengan ketegasan yang tidak bisa dibantah.

Ketidaksukaan semakin timbul pada nyonya tua Lawson, "baik dia memang putrimu. Tapi apakah kau sudah membicarakannya dengan istri dan putrimu? Apakah kau tidak bertanya apakah mereka setuju atau tidak" melihat ke arah dua perempuan di dekatnya lalu beralih pada putranya.

"Kenapa aku harus meminta persetujuan mereka jika ingin membawa putriku untuk tinggal disini? Aku kepala rumah, jadi aku bebas melakukan apa yang aku mau" menjawab dengan ringan tanpa merasa terbebani atau bersalah.

Ketiga perempuan di sana jelas terkejut dan tidak percaya. Terutama sang istri yang merasa tidak dihargai.

"Apa maksud papa berbicara seperti itu? Apa papa sekarang lebih menyayangi anak itu daripada kami?" Rihanna Lawson, putri kedua Abram dari istri keduanya. Berkata dengan lantang dan penuh kebencian.

"Anna turunkan nada bicaramu!! Apa seperti ini etika yang di ajarkan padamu?" Tegur Abram marah. Rihanna pun terdiam ketakutan.

"Bram putrimu hanya bertanya padamu. kau tidak perlu memarahinya" Rose membela putrinya. Ia adalah istri kedua Abram.

"Aku tidak memarahinya. Aku hanya menegurnya untuk berbicara lebih sopan" kilah Abram.

"Oke Anna bersalah. Tapi apa yang dikatakan ibu tadi ada benarnya. Seharusnya kau bicarakan dulu perihal ini padaku. aku adalah istrimu" protes Rose. Ia tidak akan terima jika anak wanita itu tinggal disini.

Calya yang menjadi titik permasalahan hanya diam menyaksikan. Terlihat menikmati gurat ketidak berdayaan ketiga perempuan itu.

"Rose cukup jangan membuatku mengulangi perkataanku. Ini adalah rumahku. Aku bebas ingin membuat siapa saja tinggal disini. Jika kau tidak suka silahkan pulang ke rumahmu"

Lagi, perkataan Abram kembali mengejutkan ketiganya.

"Abram kau paham kan apa yang kau bicarakan?" Tanya nyonya tua Lawson memastikan. Tidak di sangka putranya akan mudah berbicara seperti itu. Memulangkan istri kerumahnya bukankah artinya menceraikannya.

"Aku sangat paham betul ibu. Jadi jika ada yang masih tidak setuju, silahkan angkat kaki dari sini" Tegas Abram datar. Sudah cukup dia mendengar ucapan ibu dan istrinya untuk melarangnya bertemu putrinya. Kali ini dia yang akan memutuskan.

Semua bungkam tak ada yang berani membuka suara. Masih cukup pintar menangkap maksud ucapan Abram. Meski tidak suka sekalipun harus tetap mematuhi. Jika menentang lagi, maka keluar dari rumah ini adalah resikonya. Dan mereka tidak mau itu terjadi. Mereka masih ingin hidup mewah.

Karena Lawson adalah salah satu keluarga terkaya di negara ini. Jika mereka keluar, tak akan ada lagi hal yang bisa dibanggakan di hadapan teman maupun publik.

Tak ada perlawanan lagi, Abram beralih menatap Calya yang daritadi hanya diam disampingnya. Ia tidak merasa enak hati membiarkan putri pertamanya melihat semua ini. Padahal nyatanya Calya mendesah kecewa dalama hati karena terlalu cepat berakhir.

"Calya kau tak perlu hiraukan perkataan mereka. Pergilah istirahat ke kamar, pelayan akan mengantarkanmu. Papa harus kembali ke kantor dulu. Dan untuk perpindahan sekolah biar papa yang mengurusnya" berkata lembut.

"Baik pa" sahut Calya dengan senyum senang. Sengaja ingin memanasi mereka bertiga. Dan itu berhasil. Mereka terlihat seperti orang yang kebakaran jenggot.

"Baiklah papa pergi dulu. Pak Lan antarkan nona pertama ke kamarnya" Kepala pelayan langsung menyahut patuh.

"Hati-hati pa" Abram mengangguk sambil tersenyum simpul pada Calya. Mengelus kepalanya sebentar lalu pergi tanpa menoleh pada ketiga perempuan itu.

Saat kepala rumah telah pergi. Ketiganya menatap Calya dengan sorot mematikan. Terutama Rihanna yang langsung berlari menerjang Calya dengan tamparan. Sangat marah melihat papanya lebih menyayangi Calya.

"Nona pertama awas!" teriak Pak Lan.

Tanpa di beritahu pun Calya tau apa yang harus dilakukan. Dengan tenang Calya menghindar hingga tangan Rihanna tidak menyentuh apapun. Justru terlalu kencang berlari, Rihanna tidak bisa menyeimbangkan tubuh dan akhirnya terjatuh ke lantai.

"Anna/nona Anna!!" Ketiga orang itu berteriak bersamaan.

Rose dan Nyonya tua Lawson bergegas menghampiri Rihanna. Membantunya untuk berdiri. Begitupun pak Lan, namun langsung di tepis oleh Rihanna.

"Apa yang kau lakukan pada cucuku!!" bentak nyonya tua. Tatapannya berkilat marah hendak membelah tubuh Calya.

"Aku bahkan tidak menyentuhnya" hanya di jawab santai oleh Calya tanpa merasa takut.

"Kau seharusnya tidak menghindar dan membuat Anna ku terjatuh" Rose ikut menimbrung dengan sinis sambil memapah putrinya.

Calya terkekeh geli, "apa kau bodoh? seseorang akan memukulku kenapa aku tidak boleh menghindar" Ejeknya.

"Ka,kau! Beraninya dirimu!" Rose merasa darahnya mendidih mendengar dirinya dikatai bodoh. Anak ini sangat berani padanya, gumamnya dalam hati.

Calya tidak menyahut. Sudah merasa bosan, ia pun berkata pada pak Lan untuk menunjukkan kamarnya.

"Hey kau mau kemana? siapa yang memberimu izin untuk pergi!!" Langkah Calya terhenti lalu berbalik kembali dan menatap nyonya tua dengan datar.

"Kurasa anda masih dapat mendengar dengan baik. Apa perlu aku mereka ulang adegan dimana papa menyuruhku untuk istirahat ke kamar?Anda tidak mau kan putramu kembali dan memarahi anda nyonya Lawson yang terhormat" menekan kata terhormat sambil memberikan pandangan meremehkan.

"Ayo pak Lan" lanjutnya kembali berjalan. Pak Lan mengikuti dengan perasaan tidak karuan. Ini pertama kalinya ada yang berani melawan ketiga perempuan itu. Berharap nona pertama tidak bertindak terlalu jauh. Takut jika tanpa sepengetahuan tuan Abram, nona pertama akan disiksa.

Bersambung~

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

Ku mampir..sepertinya menarik.. ku harap tokoh wanitanya jago bela diri...smart n g gampang ditindas..ku sdh baca sipnosisnya..kalau bisa no cinta cinta an masa masa SMA..dan teramat sgt berharap ini cerita sp end..jgn digantung kayak jemuran

2023-09-10

1

Ade Diah

Ade Diah

semangat.. di tunggu kedatangannya di "Aku seorang wanita"

2023-08-31

1

Dear_Y

Dear_Y

smangat ya... dtunggu read back nya🙏

2023-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!