Happy Reading...
"Dasar anak sialan! Emangnya kau siapa berani mengancam ku? Kau sama tidak tau malunya seperti ibumu!" Nyonya tua sudah terbakar emosi tapi di ujung tangga Calya terus berjalan tak menghiraukan.
Ruang tamu kini hanya menyisakan tiga orang yang masih berapi-rapi. Seakan ingin menyemburkan amarah tapi pada siapa. Orang yang menjadi pemicu kemarahan tidak terlihat lagi batang hidungnya.
"Bagaimana ini Bu, anak itu sangat kurang ajar! Abram bahkan tidak mendengarkan ku lagi" Ujar Rose sama emosinya dengan ibu mertua. Masih belum terima apa yang terjadi hari ini.
"Iya nek. Pokoknya aku tidak suka dia tinggal disini. Baru datang saja sudah merebut kasih sayang papa. Bagaimana jika dia mengambil apa yang menjadi milikku?" timpal Rihanna gusar. Membiarkan anak itu tinggal sama saja menjadi boomerang bagi dirinya. Ia tak akan pernah mau mengakui anak itu sebagai kakaknya. Gara-gara dia, dirinya ditegur oleh papa untuk pertama kalinya.
"Nenek juga bingung harus mengatakan apa lagi. papamu sangat keras kepala jika sudah mengambil keputusan. Kita tak punya pilihan lain selain membiarkan anak itu tinggal disini" kecemasannya akhirnya terjadi. Abram datang membawa putrinya dari wanita kampungan itu untuk tinggal bersama kita. Ini akan menjadi aib bagi keluarga Lawson.
"Lalu nek kita harus apa. Kita tak mungkin kan membiarkan anak miskin itu tinggal disini selamanya" sahut Rihanna masam. Rose nampak menyetujui ucapan putrinya.
"Kalian tidak perlu khawatir. Mana mungkin nenek akan membiarkan anak miskin itu tinggal disini dan membuat malu keluarga" ujar nyonya tua sinis " Kita hanya perlu melakukan beberapa metode untuk membuat papamu membencinya. jika papamu membencinya bukankah akan mudah mengusirnya dari sini?" wajah yang terlihat awet muda itu tersenyum licik.
Ibu dan Anak itu juga tidak bisa menahan diri untuk ikut tersenyum. Mendengar kata metode, mereka paham apa maksud sang nyonya tua. Mereka tau metodenya memang tak bisa diragukan. Dan Rose menjadi saksi bagaimana ibu mertuanya membantunya untuk merebut Abram dari istri pertamanya. Mereka percaya jika semuanya pasti akan berjalan lancar.
***
Di lantai tiga, Pak Lan menghentikan langkahnya di sebuah pintu yang masih tertutup. Lalu berbalik untuk menatap Calya.
"Nona Pertama ini adalah kamar anda. Semua sudah siap. Anda bisa langsung istirahat" ujar Pak Lan sopan.
"Calya saja. Dan terimakasih" sahut Calya datar.
"Baik. Sama-sama nona Calya" Pak Lan sempat bingung tapi kemudian paham saat Calya menyuruhnya memanggil dengan nama.
Karena sudah tidak ada lagi Calya ingin masuk, tapi melihat pak Lan belum juga pergi dari sana, Ia pun menoleh dan menatapnya datar, "Ada lagi?" Namun Pak Lan hanya diam seperti ragu untuk berbicara. "katakanlah pak Lan! Saya akan mendengarkan!"
Pak Lan pun mulai memberanikan diri untuk bicara dengan hati-hati agar tidak menyinggung nona pertamanya.
"Nona Calya selama tinggal disini anda harus berhati-hati. Jangan sampai anda membuat mereka marah, takutnya nona tidak akan bisa tenang selama disini. Tuan juga jarang di rumah jadi anda tidak bisa meminta perlindungannya setiap saat"
Calya termangu. Tatapannya lurus pada pak Lan yang terlihat khawatir. Entah kenapa Ia sedikit tersentuh. Dua sudut bibirnya kemudian terangkat membentuk senyum tipis yang tulus. Menghilangkan jejak datar untuk sementara pada wajahnya.
"Terimakasih Pak Lan saya akan mendengarkan anda untuk berhati-hati"
Senyum lega terbit di wajah Pak Lan.
"Tapi saya butuh alasan kenapa anda mengatakan itu pak Lan" masih dengan senyum tipis tapi menuntut.
Berbeda dengan Pak Lan yang berhenti tersenyum. Tergantikan oleh wajah gelisah miliknya. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Dan Calya tau apa penyebabnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan ibu ku dulu? Apa pak Lan tau ibuku dulu diperlakukan buruk hingga pak Lan menyuruhku untuk hati-hati?" tepat sasaran. wajah pak Lan seketika menegang dan semakin gelisah. Dia hanya diam tak berani menjawab pertanyaannya.
"Pak Lan tak perlu menjawab. Anggap saya tidak pernah bertanya apapun pada anda" karena dirinya sudah tau seperti jawabannya. Hanya dengan melihat reaksinya saja dirinya sudah bisa menyimpulkan, "sekarang saya ingin istirahat dulu. Saya boleh masuk, kan?" tersenyum tipis seakan tidak ada ketegangan diantara mereka.
"Si,silahkan nona. Selamat istirahat" Calya mengangguk pelan kemudian masuk ke kamarnya dan meninggalkan Pak Lan yang masih termenung.
Tadi, dirinya terlalu impulsif. Mengira jika nona Calya tidak akan mengerti maksudnya. Tapi siapa sangka, dia paham apa yang dirinya pikirkan. Ternyata nona Calya sangat cerdas. Lambat laun dia pasti akan tau seperti apa ibunya diperlakukan saat tinggal disini. Semua orang disini telah dibungkam oleh nyonya tua termasuk dirinya. Itulah kenapa dirinya tidak berani menjawab pertanyaan nona Calya. Ketahuan sedikit saja maka resikonya sangat besar.
Lama dalam lamunan akhirnya Pak Lan beranjak dan turun ke bawah.
Sementara di dalam, Calya tidak lagi bersama senyum tipisnya. Senyum itu sudah berubah menjadi senyum dingin hingga ke pancaran matanya. Kembali pada wajah yang datar tanpa ekspresi. Auranya bahkan sudah berubah menjadi gelap. Siapa saja akan bergetar ketakutan jika melihatnya.
"hati-hati, eh?" kepingan pembicaraannya dengan Pak Lan kembali melintas. Ia tersenyum sinis mengingat bagaimana kepala pelayan itu terlalu takut untuk menjawab pertanyaannya.
"Sejauh apapun kalian menyembunyikan aku akan tetap mengetahuinya. Karena perbuatan busuk tidak akan mampu menyembunyikan baunya terlalu lama"
"Dan untuk kalian yang sudah menyakiti ibuku! Akan ku balas perlahan-lahan, membuat kalian meraung dalam penderitaan sampai kalian menyesal telah dilahirkan" berkata dengan dingin.
Inilah tujuan dirinya menerima uluran tangan ayahnya untuk membawanya datang ke tempat ini. Mencari tau apa yang telah dilalui ibunya hingga terus menderita diakhir hidupnya. Impiannya untuk membahagiakan sang ibu harus tertelan bersama kepergiannya. Dirinya bahkan tidak bisa mendampingi disaat terakhirnya, karena saat itu dirinya berada dikota lain bersama paman dan bibinya.
Di saat dirinya masih bayi, ibunya sudah bercerai dengan ayahnya, entah karena alasan apa. Ayahnya ingin mengambil hak asuh atas dirinya tapi nyonya tua itu tak memberikan. Hingga hak asuh jatuh pada ibunya.
Ibunya yang malang tidak punya apa-apa berjuang untuk menghidupinya. Dengan kondisi lemah Ia terus bekerja. Selain itu ayahnya ternyata juga memberikannya pesangon hidup tiap bulan dalam jumlah yang besar. Dan itu pun tanpa sepengetahuan nyonya tua.
Hanya beberapa tahun itu bertahan, hingga ayahnya ketahuan oleh nyonya tua. Yang menjadi sengsara adalah ibu dan dirinya. Nyonya tua melampiaskan semuanya pada kami berdua. Ia sangat murka karena mengetahui putranya masih berhubungan dengan ibunya.
Inilah yang membuat ibunya harus menyerahkan dirinya pada paman dan bibi di kota x. Ibunya tidak ingin dirinya ikut menderita atas perbuatan sang nyonya tua yang kejam itu. Hal ini pula yang membuatnya benci pada diri sendiri. Tidak bisa apa-apa untuk melindungi ibunya. Dirinya yang masih kecil berharap tumbuh besar dan jadi kuat secepatnya. Namun ketika keinginan itu terwujud, ibunya justru telah tiada.
Tak terasa air matanya menetes tanpa komando. Kesedihan atas kepergian ibunya belum ia terima sepenuhnya. Rasanya sesak mengingat ibunya tidak pernah bahagia. Dan ini semua gara-gara nyonya tua gila itu. Semua kebahagian ibunya telah direnggut olehnya. Bahkan saat ibunya sudah terlepas dari putranya sekalipun ibunya tak bisa menemukan kebahagiaannya sendiri.
"Aku bersumpah akan membuat kedatanganku adalah mimpi buruk bagi kalian!"
Suara lirih di keheningan kamar menjadi saksi bagaimana kebencian Calya yang mendarah daging.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
miyura
lanjut othor
2023-09-28
0
dewi
wahhh.. mantaaap thor...
2023-09-21
1
vall
waduh say... hukum say hukum. hihihi
2023-08-21
0