Happy Reading...
Sarapan keluarga Lawson sudah selesai beberapa menit yang lalu. Langit sudah semakin terang menandakan sudah waktunya melakukan aktivitas masing-masing. Abram yang siap dengan setelan kantornya, maka Rihanna dan Calya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Karena hari ini adalah hari Calya pindah sekolah ke tempatnya Rihanna, maka Abram akan menemani. Rela menunda jam rapat pagi ini. Padahal Calya tidak apa-apa sendirian tapi Abram tetap kekeh pada kemauannya untuk menemani. Membuat Rihanna menatap sinis diam-diam pada Calya. Begitu juga dengan Rose dan Nyonya tua.
Sekarang disinilah mereka berada. Di sekolah impian semua anak muda yang baru lulus menengah pertama, dan para orang tua yang menjadikan itu kebanggaan ketika melihat anak-anak mereka bisa bersekolah disana. Meski harus memperjuangkan banyak hal sekalipun, tapi jika sudah bisa masuk maka semua akan terbayar.
Namanya, National School.
Sekolah terbesar dan favorit yang ada di negara itu. Tidak hanya memamerkan tampilan luar yang terlihat luas dan bagus. Tapi fasilitas yang disediakan juga sangat lengkap. Para pengajarnya juga sudah terseleksi dari yang terbaik. Membuat sekolah itu digadang-gadang sebagai masa depan yang cerah. Bisa dijadikan tiket masuk ke universitas yang unggul. Tapi hanya untuk orang-orang yang betul belajar saja.
"Baiklah papa antarkan sampai sini. Anna temani kakakmu ke ruang kepala sekolah. Papa harus segera ke kantor!" Ujar Abram setelah mereka turun dari mobil.
"Baik pa!" Meski enggan tapi Rihanna tidak berani berkata tidak.
Abram tersenyum memandang kedua putrinya, "Kalian akurlah jadi saudara. Papa tidak ingin ada pertengakaran. Belajar yang rajin, oke?"
Calya dan Rihanna mengangguk patuh. Tapi ada senyum dipaksakan pada Rihanna seakan menolak keras untuk akur.
"Papa pergi dulu!" Abram berkilat puas setelah itu berbalik untuk masuk ke dalam mobil lagi.
Tak lama kemudian mobil itu melaju meninggalkan area sekolah. Menyisakan keduanya yaang masih memandang kepergian papa mereka.
"Ayo!" Rihanna beralih saat mendengar nada datar dari Calya. Ia tanpa takut memperlihatkan ekspresi masamnya.
"Kenapa diam? Ayo jangan buang waktuku!" Semakin datar Calya berucap saat Rihanna belum juga beranjak.
"Iya iya sabar. Siapa juga yang mau buang waktu untuk dirimu!" Jawab Rihanna sinis. Sepertinya ketakutannya sudah hilang. Buktinya Ia berani memperlihatkan ketidaksukaannya. Ini sekolah jadi tidak mungkin berani berbuat sesuatu padanya, pikirannya menenangkan.
Calya memberikan tatapan dingin. Nyali Rihanna langsung menciut. Maka dengan segera Rihanna berjalan dengan wajah merengut. Calya pun mengikuti dari belakang.
"Wah Anna siapa yang dibelakang mu itu? Cantik sekali. Apa ia murid baru?" Seorang siswa yang mengenal Rihanna bertanya. Menghentikan langkah keduanya sejenak dan menatap dua cowok yang menatap Calya antusias.
"Bukan urusanmu!" sahut Rihanna ketus. lalu berjalan kembali. Kedua cowok itu hanya mendesah kecewa.
Selama diperjalan bukan dua siswa tadi aja yang bertanya. Namun di sepanjang, ada saja yang menanyakan siapa Calya. Dan Rihanna hanya memberikan jawaban yang sama dengan nada ketus. Tidak terima Calya mendapat pujian dari para cowok. Sedangkan Calya hanya diam masih dengan mimik temboknya. Tidak peduli dengan rasa penasaran siswa-siswa itu pada dirinya.
Sampai mereka berdua tiba di sebuah pintu yang bertuliskan ruang kepala sekolah.
"Lihat aku sudah mengantarmu! Sekarang kau bisa kan masuk sendiri? Atau aku perlu ketukkan pintu untuk mu juga? Siapa tau kau tidak tau caranya bersopan santun!" Kata Rihanna kesal setengah mengejek.
"Tak perlu. Aku tidak sebodoh dirimu!" timbal Calya setenang air. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu di depannya.
"Kau!!" geram Rihanna dengan alis menukik tajam. Kesalnya makin bertambah.
"Kau bisa pergi ke kelasmu! Kau bisa sendiri kan? jangan bilang karena bodoh kau lupa dimana kelasmu!" Ucap Calya tersenyum mengejek. Beranjak masuk ke dalam setelah ada sahutan dari kepala sekolah.
Blam.
Meninggalkan Rihanna yang sudah memerah hingga ubun-ubun. Asap kekesalan terlihat di atas kepalanya.
"Aaaa sialan! kenapa dia sangat menyebalkan sekali. Ingin rasanya ku bejeg-bejeg itu muka yang sok cantik!" Amuknya sambil memperagakan dirinya membejeg muka Calya. Jika orang lain lihat maka ia akan ditertawakan. Karena berbicara sendiri sambil tangannya meremas udara. Tapi untung sepi.
Di dalam ruangan.
Calya membungkuk memberi salam pada seorang wanita yang duduk di kursi miliknya.
"Calya Lawson?"
"Iya!" Calya menjawab singkat. Berdiri di hadapan meja dimana terdapat papan nama bertuliskan 'Mrs. Everett' sebagai kepala sekolah.
"saya baru tahu jika tuan Lawson punya putri selain Rihanna Lawson"
"Saya tinggal bersama ibu saya"
Wanita sebagai kepala sekolah itu berkilat paham sambil mengangguk pelan.
"Kemarin ketika tuan Lawson datang untuk meminta saya menerima dirimu untuk sekolah disini, saya sedikit terkejut. Karena beliau ingin kau diterima tanpa tes apapun" Memandang Calya dengan ketegasan seorang pimpinan.
"Padahal untuk bisa pindah ke sekolah ini, Siswa harus melakukan ujian tes. Dengan tujuan apakah kalian layak atau tidak, baik dari segi akademik maupun non akademik" menjeda sejenak "Namun saat tuan Lawson menyodorkan dokumen tentang prestasimu. Saya lebih terkejut lagi. Untuk itu saya memutuskan kau bisa masuk tanpa tes apapun"
"Terimakasih" Ujar Calya. Sekalipun tes toh juga Ia gapapa. Pasti akan tetap diterima. Sombongnya dalam hati.
"Selamat bergabung di sekolah National School. Kau bisa belajar mulai hari ini " Kepala sekolah menyambut ramah Calya " Sebentar, saya akan panggilkan guru yang akan menjadi wali kelasmu" Ia kemudian eraih telpon seluler dan menekan angka yang akan dihubungi.
Selang kemudian, guru pria datang membuka pintu.
"Selamat pagi bu!" sapa guru pria itu dengan membungkuk sedikit pada kepala sekolah.
"Iya, pagi juga pak Leo!" balik menyapa.
"Calya perkenalkan dia adalah Pak Leo yang akan menjadi wali kelasmu. Pak Leo dia adalah Calya Lawson, murid baru dikelasmu" Saling memperkenalkan keduanya.
"Pagi pak, Saya Calya Lawson!" Calya kembali memperkenalkan diri sendiri sambil membungkuk.
"Dari kemarin saya terus penasaran murid yang bisa pindah ke sini tanpa tes. selamat, kau sungguh hebat nak!" Ujar pak Leo ramah. Ia paling senang murid yang pintar. Apalagi dengan segudang prestasi.
"Terimakasih pak!" Hanya ucapan itu yang Calya bisa ungkapkan. Berusaha sopan meski raut tak ada perubahan. Tetap datar dan tenang.
"Ayo ikut saya ke kelas. Kebetulan hari ini adalah jadwal saya ngajar. Kalau begitu kami pamit dulu Bu!" Dan mendapat anggukan dari kepala sekolah.
Kedua orang yang telah resmi sebagai guru dan murid keluar dari ruangan tersebut untuk pergi ke kelas. Diselingi dengan beberapa pembicaraan. Dimana pak Leo terlihat antusias membahas tentang prestasi yang pernah Calya dapatkan. Hingga tanpa sadar mereka sudah berada di depan pintu kelas. Barulah obrolan dihentikan.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
咕咕咕
lanjut thor
2023-08-18
0
咕咕咕
wkwkwk
2023-08-18
0