Perjodohan Membawa Cinta

Perjodohan Membawa Cinta

Episode 1

Liana Permadani seorang gadis mandiri dan mempunyai sebuah usaha kecil sendiri. Walaupun Liana adalah anak dari seseorang yang memiliki perusahaan besar alias orang kaya tetapi ia sangat sederhana dan tidak pernah menyombongkan sesuatu yang ia miliki karena liana tahu bahwa itu semua milik kedua orang tuanya. Liana tengah menempuh Pendidikan sarjana di salah satu Universitas di Jakarta dan kini ia telah menyelesaikan skripsinya hanya tinggal mengajukan sidang dan menunggu wisudanya.

Pagi yang cerah seperti biasa Liana bangun lebih awal tepat pukul 7:00 Liana menuruni anak tangga untuk sarapan dimana disana sudah ada papa, mama serta kakaknya.

“pagi semuanyaaa” sapa Liana

“Li, hari ini pulang lebih awal ya” ucap papanya

“Liana ga bisa pa, hari ini mau ngajuin sidang skripsi sekalian mau cari-cari kain kebaya buat wisuda” jawabnya

“hari ini mau ada makan malem sama temen papa dan keluarganya, masa iya kamu ga ikut Li” sahut mamanya

“Liana usahain deh”

Hari ini liana berangkat ke kampus sendiri menggunakan motor maticnya, ia lebih sering memilih naik motor daripada mobil yang menurutnya lebih cepat dan menghindari kemacetan di Jakarta.

Sesampaiinya di kampus Liana langsung menuju ruangan untuk mendaftarkan diri guna mengikuti sidang skripsi, ia mendaftarkan lebih cepat dibanding dengan waktu yang telah diberikan. Ia melakukan ini agar urusannya cepat selesai dan ia bisa melakukan urusannya yang lain.

“Liiii” teriak temannya,

Tika Namanya. Tika adalah sahabat Liana dari mulai masuk universitas hingga sekarang.

“hust jangan teriak-teriak gitu lah kebiasaan”

“gimana? Di acc ga?”

“alhamdulillah di acc, jadi gue bisa sidang minggu depan”

“bagus deh, besok gue juga mau daftarn sidang biar bisa bareng sama lo wkwk”

“temeni gue cari kain kebaya yok” ajak Liana

“kuyyy”

Tika memang sahabat yang selalu ada untuk Liana. Bahkan Liana sudah menganggap tika sebagai saudaranya sendiri. Tika hidup sendiri di Jakarta, orangtuanya jauh berada di kampung maka tak jarang Liana mengajak Tika untuk menginap di rumahnya.

Sepanjang perjalanan liana dan tika mengobrolkan sesuatu yang sangat random setiap hal yang di lalui dapat mereka jadikan bahan pembicaraan. Banyak Gedung-gedung yang menjulang tinggi dan terlihat sangat megah.

“Li, gue pengen deh suatu saat nanti punya Gedung sendiri kek gini kek bokap lo”

“ya gue doain tik apa yang lo imppikan tercapai, gue juga pengen kerja di luar negeri” sahut Liana

“gue doain juga li”

Berbeda dengan Tika yang ingin memiliki Gedung seperti milik ayah liana, liana justru memimpikan bisa bekerja di luar negeri di salah satu perusahaan terbesar di sana.

Sesampainya di butik Liana memilih beberapa warna kain yang ia sesuaikan dengan kulitnya agar terlihat cerah.

“Tik, sini deh”

“Kenapa? Mau minta saran ya”

Bukannya menjawab pertanyaan Tika, Liana justru menarik tangan Tika untuk disesuaikan dengan warna kain agar mereka bisa memakai warna yang sama. Betul saja Liana tidak hanya membeli kain untuk diriya sendiri, ia juga membeli untuk Tika.

“lo kan tadi bilangnya suruh nemenin Li, kenapa jadi lo beliin gue”

“biar kita samaan lah Tik, emang gamau apa samaan kebaya sama gue”

“ya mau Li, tapi ini terlalu mahal buat gue”

“ga ada yang mahal Tik”

“gue jadi ga enak sama lo, setiap lo beli lo selalu beliin gue juga, kapan-kapan kalo udah ada uangya gue balikin ya Li”

“tenang aja Tik gausah di pikirin gue Ikhlas gue emang beli buat berdua”

Seketika suasana menjadi haru, Tika memang bukan dari kalangan atas ia hidup sederhana bahkan beberapa kali uang kuliahnya terlambat.

Telfon berdering yang ternyata itu adalah milik Liana, pada layer bertuliskan mama.

“hallo ma”

“Li udah pulang belum, ga lupa kan hari ini mau makan malem” suara di balik telfon

“iya ma liana udah selesai kok, tapi liana anter Tika pulag dulu ya ma”

“yasudah di tunggu li hati hati aja”

“balik yok Tik gue ada makan malem lupa gue” ajak Liana

“Gue balik sendiri aja Li, lo juga udah di tungguin kan”

“masak gue ninggalin lo sih Tik,” jawab liana

“gapapa deh nanti gue naik ojek aja”

“beneran gapapa nih”

“gapapa lahh Li, makasih ya lo beliin gue kain buat kebaya”

“iya sama sama santai aja, yaudah deh gue balik duluan ya Tik”

Sampai dirumah ternyata keluarganya sudah menunggu dan Liana buru-buru masuk kamar untuk Bersiap.

“LIIII CEPETAN DONGGG” Teriak kakaknya,

“sabar kenapa sih orang lagi siap-siap juga”

Liana dan kakaknya Intan Prameswari, memang terlihat tidak akur sama sekali ttapi bukan berarti tidak ada kasih sayang diantara keduanya. Kakaknya telah memiliki keluarga namun suaminya kini tengah bekerja di luar negeri untuk mengurus usaha yang sedang tidak membaik.

Perjalanan menuju tempat makan cukup lama sekitar 25 menit mereka baru sampai di resto tersebut. Mereka diantar pelayan menuju ke meja yang sudah direservasi. Ternyata di meja tersebut sudah ada dua orang yang telah duduk dan menunggu kedatangan mereka.

“ADIJAYAAA”

“Hartonooo, apa kabar”

Mereka berpelukan melepas rasa sudah lama tidak bertemu begitu pula dengan Yunia dan Rosa istri Adijaya. Tak ikut lupa Intan dan Liana juga menyalami keduanya.

“wah anak anak mu sudah besar-besar, mana yang baru saja menikah itu”

“ini Intan, tapi suaminya sedang bekerja dia luar negeri”

“wah LDR ini dengan suaminya”

“iya om sementara online dulu” jawab Intan yang membuat mereka semua tertawa.

“kalo gitu ini pasti Liana kan” tanya Adijaya

“iya om saya Liana”

“kamu masih inget ga sama saya, dulu kamu sering minta gendong sama om”

“ah iya kah om saya udah lupaa hehe” jawab Liana

"ya sudah gapaapa, udah lama juga. Ayo kita makan"

Mereka lanjut mengobrol dengan menyantap makanan mereka. Di tengah tengah makan Hartono menyadari bahwa ada yang kurang dari mereka.

"tunggu dari tadi kita Panjang lebar berbicara tapi aku ga lihat anakmu disini"

“iya dia terlambat, tadi bilangnya sedang ada meeting yang ga bisa di tinggal” jawab Rosa

Tidak lama setelah itu muncul sorang lelaki muda tinggi dan tampan, semua mata seolah tertuju pada lelaki ini, iya dia adalah Brian Alexander seseorang yang mereka tunggu kehadirannya.

“malam semuanya, maaf saya terlambat” ucap Brian

“ah tidak apa-apa ayo duduk” ajak Hartono

Selama makan berlangsung beberapa kali Liana dan Brian berkontak mata tapi tidak ada satupun dari mereka yang merasa aneh dengan itu. Panjang pembicaraan mereka hingga tidak sadar bahwa jam telah menunjukkan pukul 10 malam.

“kalo udah ngobrol gini suka lupa waktu” ucap Adijaya

“ya beginilah lama gak ketemu, lain kali kita harus ketemu lagi”

“ya memang harus kita harus bahas soal perjodohan yang dulu kita janjikan” ucap Adijaya diikuti tawa oleh orang tua mereka yang membuat Liana, Intan da Brian menoleh secara bersamaan

Sampai di rumah Intan yang masih penasaran mencoba bertanya pada papnya soal ucapan Adijaya tadi”

“pah, maksudnya om adi tadi apa sih? Perjodohan apa”

“besok saja ya sudah larut malam” jaawab papanya

“udah tidur dulu besok dibicaraiin” ucap mamanya

Sebenarnya Liana juga penasaran dan ingin bertanya siapa emang yang mau di jodohkan, Liana merasa ada firasat yang tidak baik tidak mungkin bahwa kakaknya yang akan dijodohkan karena sudah memiliki keluarga tetapi Liana tidak mau memikirkan itu terlalu jauh mana tahu perjodohan keluarga lain bukan keluarganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!