NovelToon NovelToon

Perjodohan Membawa Cinta

Episode 1

Liana Permadani seorang gadis mandiri dan mempunyai sebuah usaha kecil sendiri. Walaupun Liana adalah anak dari seseorang yang memiliki perusahaan besar alias orang kaya tetapi ia sangat sederhana dan tidak pernah menyombongkan sesuatu yang ia miliki karena liana tahu bahwa itu semua milik kedua orang tuanya. Liana tengah menempuh Pendidikan sarjana di salah satu Universitas di Jakarta dan kini ia telah menyelesaikan skripsinya hanya tinggal mengajukan sidang dan menunggu wisudanya.

Pagi yang cerah seperti biasa Liana bangun lebih awal tepat pukul 7:00 Liana menuruni anak tangga untuk sarapan dimana disana sudah ada papa, mama serta kakaknya.

“pagi semuanyaaa” sapa Liana

“Li, hari ini pulang lebih awal ya” ucap papanya

“Liana ga bisa pa, hari ini mau ngajuin sidang skripsi sekalian mau cari-cari kain kebaya buat wisuda” jawabnya

“hari ini mau ada makan malem sama temen papa dan keluarganya, masa iya kamu ga ikut Li” sahut mamanya

“Liana usahain deh”

Hari ini liana berangkat ke kampus sendiri menggunakan motor maticnya, ia lebih sering memilih naik motor daripada mobil yang menurutnya lebih cepat dan menghindari kemacetan di Jakarta.

Sesampaiinya di kampus Liana langsung menuju ruangan untuk mendaftarkan diri guna mengikuti sidang skripsi, ia mendaftarkan lebih cepat dibanding dengan waktu yang telah diberikan. Ia melakukan ini agar urusannya cepat selesai dan ia bisa melakukan urusannya yang lain.

“Liiii” teriak temannya,

Tika Namanya. Tika adalah sahabat Liana dari mulai masuk universitas hingga sekarang.

“hust jangan teriak-teriak gitu lah kebiasaan”

“gimana? Di acc ga?”

“alhamdulillah di acc, jadi gue bisa sidang minggu depan”

“bagus deh, besok gue juga mau daftarn sidang biar bisa bareng sama lo wkwk”

“temeni gue cari kain kebaya yok” ajak Liana

“kuyyy”

Tika memang sahabat yang selalu ada untuk Liana. Bahkan Liana sudah menganggap tika sebagai saudaranya sendiri. Tika hidup sendiri di Jakarta, orangtuanya jauh berada di kampung maka tak jarang Liana mengajak Tika untuk menginap di rumahnya.

Sepanjang perjalanan liana dan tika mengobrolkan sesuatu yang sangat random setiap hal yang di lalui dapat mereka jadikan bahan pembicaraan. Banyak Gedung-gedung yang menjulang tinggi dan terlihat sangat megah.

“Li, gue pengen deh suatu saat nanti punya Gedung sendiri kek gini kek bokap lo”

“ya gue doain tik apa yang lo imppikan tercapai, gue juga pengen kerja di luar negeri” sahut Liana

“gue doain juga li”

Berbeda dengan Tika yang ingin memiliki Gedung seperti milik ayah liana, liana justru memimpikan bisa bekerja di luar negeri di salah satu perusahaan terbesar di sana.

Sesampainya di butik Liana memilih beberapa warna kain yang ia sesuaikan dengan kulitnya agar terlihat cerah.

“Tik, sini deh”

“Kenapa? Mau minta saran ya”

Bukannya menjawab pertanyaan Tika, Liana justru menarik tangan Tika untuk disesuaikan dengan warna kain agar mereka bisa memakai warna yang sama. Betul saja Liana tidak hanya membeli kain untuk diriya sendiri, ia juga membeli untuk Tika.

“lo kan tadi bilangnya suruh nemenin Li, kenapa jadi lo beliin gue”

“biar kita samaan lah Tik, emang gamau apa samaan kebaya sama gue”

“ya mau Li, tapi ini terlalu mahal buat gue”

“ga ada yang mahal Tik”

“gue jadi ga enak sama lo, setiap lo beli lo selalu beliin gue juga, kapan-kapan kalo udah ada uangya gue balikin ya Li”

“tenang aja Tik gausah di pikirin gue Ikhlas gue emang beli buat berdua”

Seketika suasana menjadi haru, Tika memang bukan dari kalangan atas ia hidup sederhana bahkan beberapa kali uang kuliahnya terlambat.

Telfon berdering yang ternyata itu adalah milik Liana, pada layer bertuliskan mama.

“hallo ma”

“Li udah pulang belum, ga lupa kan hari ini mau makan malem” suara di balik telfon

“iya ma liana udah selesai kok, tapi liana anter Tika pulag dulu ya ma”

“yasudah di tunggu li hati hati aja”

“balik yok Tik gue ada makan malem lupa gue” ajak Liana

“Gue balik sendiri aja Li, lo juga udah di tungguin kan”

“masak gue ninggalin lo sih Tik,” jawab liana

“gapapa deh nanti gue naik ojek aja”

“beneran gapapa nih”

“gapapa lahh Li, makasih ya lo beliin gue kain buat kebaya”

“iya sama sama santai aja, yaudah deh gue balik duluan ya Tik”

Sampai dirumah ternyata keluarganya sudah menunggu dan Liana buru-buru masuk kamar untuk Bersiap.

“LIIII CEPETAN DONGGG” Teriak kakaknya,

“sabar kenapa sih orang lagi siap-siap juga”

Liana dan kakaknya Intan Prameswari, memang terlihat tidak akur sama sekali ttapi bukan berarti tidak ada kasih sayang diantara keduanya. Kakaknya telah memiliki keluarga namun suaminya kini tengah bekerja di luar negeri untuk mengurus usaha yang sedang tidak membaik.

Perjalanan menuju tempat makan cukup lama sekitar 25 menit mereka baru sampai di resto tersebut. Mereka diantar pelayan menuju ke meja yang sudah direservasi. Ternyata di meja tersebut sudah ada dua orang yang telah duduk dan menunggu kedatangan mereka.

“ADIJAYAAA”

“Hartonooo, apa kabar”

Mereka berpelukan melepas rasa sudah lama tidak bertemu begitu pula dengan Yunia dan Rosa istri Adijaya. Tak ikut lupa Intan dan Liana juga menyalami keduanya.

“wah anak anak mu sudah besar-besar, mana yang baru saja menikah itu”

“ini Intan, tapi suaminya sedang bekerja dia luar negeri”

“wah LDR ini dengan suaminya”

“iya om sementara online dulu” jawab Intan yang membuat mereka semua tertawa.

“kalo gitu ini pasti Liana kan” tanya Adijaya

“iya om saya Liana”

“kamu masih inget ga sama saya, dulu kamu sering minta gendong sama om”

“ah iya kah om saya udah lupaa hehe” jawab Liana

"ya sudah gapaapa, udah lama juga. Ayo kita makan"

Mereka lanjut mengobrol dengan menyantap makanan mereka. Di tengah tengah makan Hartono menyadari bahwa ada yang kurang dari mereka.

"tunggu dari tadi kita Panjang lebar berbicara tapi aku ga lihat anakmu disini"

“iya dia terlambat, tadi bilangnya sedang ada meeting yang ga bisa di tinggal” jawab Rosa

Tidak lama setelah itu muncul sorang lelaki muda tinggi dan tampan, semua mata seolah tertuju pada lelaki ini, iya dia adalah Brian Alexander seseorang yang mereka tunggu kehadirannya.

“malam semuanya, maaf saya terlambat” ucap Brian

“ah tidak apa-apa ayo duduk” ajak Hartono

Selama makan berlangsung beberapa kali Liana dan Brian berkontak mata tapi tidak ada satupun dari mereka yang merasa aneh dengan itu. Panjang pembicaraan mereka hingga tidak sadar bahwa jam telah menunjukkan pukul 10 malam.

“kalo udah ngobrol gini suka lupa waktu” ucap Adijaya

“ya beginilah lama gak ketemu, lain kali kita harus ketemu lagi”

“ya memang harus kita harus bahas soal perjodohan yang dulu kita janjikan” ucap Adijaya diikuti tawa oleh orang tua mereka yang membuat Liana, Intan da Brian menoleh secara bersamaan

Sampai di rumah Intan yang masih penasaran mencoba bertanya pada papnya soal ucapan Adijaya tadi”

“pah, maksudnya om adi tadi apa sih? Perjodohan apa”

“besok saja ya sudah larut malam” jaawab papanya

“udah tidur dulu besok dibicaraiin” ucap mamanya

Sebenarnya Liana juga penasaran dan ingin bertanya siapa emang yang mau di jodohkan, Liana merasa ada firasat yang tidak baik tidak mungkin bahwa kakaknya yang akan dijodohkan karena sudah memiliki keluarga tetapi Liana tidak mau memikirkan itu terlalu jauh mana tahu perjodohan keluarga lain bukan keluarganya.

Episode 2

Tok tok tok, Yunia mengetuk pintu kamar Liana karena jam sudah menunjukkan pukul 9 dan Liana belum bangun juga.

“Li bangun udah siang Li”

Hari ini memang Liana tidak mempunyai jadwal ke kampus hanya tinggal menunggu kapan sidangnya dapat dilakukan tapi hari ini ia akan mengunjungi kedai miliknya untuk melihat perkembangan kedainya.

Tanpa menunggu jawaban dari Liana, Yunia mamanya langsung membuka kamar, menghampiri Liana yang masih berbalut selimut dan mengoyang-goyangkan badan Liana untuk membangunkannya.

“Liii, hari ini mau keluar ga Li”

“emmm” jawaban Liana karna masih mengantuk dan belum membuka matanya.

“kalo mau kluar sekalian ya pulangya mampir ke rumah tante Ratih, mama kemarin pesen kue buat di ambil hari ini ya Li”

Liana yang mendengarnya membuka mata dengan perlahan.

“Mau ada acara apa ma? Pesen kue segala”

“ada tamu yang mau dating nanti malem, kan ga enak kalo ga disuguhi apa apa”

“siapa ma?”

“ada temennya papa sama keluarganya”

Mendengar hal itu Liana kembali terpikirkan hal kemarin soal perjodohan.

“ma kemarin bahas perjodohan, siapa yang mau dijodohin?”

“kan tadi malem papa udah bilang besok di certain papa, nunggu papa aja ya”

“masak kak Intan mau dijodohin dia kan udah ada suami”

Tanpa menjawab pertanyaan Liana, Yunia lantas menyuruh putrinya untuk mandi. Liana yang masih terus-terusan terpikir soal perjodohan membuat hatinya tidak tenang.

“jangan sampe gue yang dijodohin” batin Liana

Kali ini Liana ke kedai mengendarai mobinya, andai saja tidak disuruh mamanya untuk megambil kue Liana pasti lebih memilh mengendarai motorya.

Dan benar saja hal yang tidak Liana sukai ia terjebak macet saat menuju ke kedainya, butuh waktu sekitar 30 menit utuknya keluar dari kemacetan itu.

Sesampainya di kedai Liana menyapa setiap rekan kerja nya di sana, belum banyak hanya sekitar 4 pegawai dan terbagi menjadi 2 shift.

“halo Sin, Ras” sapa Liana

Sindi dan Laras sudah lama bekerja dengan Liana sudah terhitug sejak Liana membuka kedainya.

“eh mba, Kirain gajadi kesini” ucap sindi

Liana memang sudah memberi tahu sindi dan laras bahwa ia akan ke kedai hari ini, di karenakan Liana yang kesiangan dating hingga mereka mengira bahwa Liana tidak jadi dating.

“Gimana kedai 1 minggu ini” tanya Liana

“alhamdulillah mba setiap hari pemasukan bertambah orderan yang masuk juga meningkat walaupn ga signifikan si mba”

Liana mendengar itu merasa senang karena setiap harinya pemasukan bertambah, ia memang memantau kedainya seminggu sekali.

“alhamdulillah ya, mungkin nanti marketingnya ditambah juga, ntar aku pikiri dulu biar usaha kita terus berkembang”

“mba sebenernya aku ada pemikiran, gimana kalo kita tambah menu baru yang unik tapi tetap mengutamakan rasanya jadi nanti waktu kita poromosi banyak yang tertarik”

“bagus juga itu, aku coba cari cari inovasi baru dulu nanti, oh ya sin aku minta rekapan minggu ini ya”

“iya mba, oh ya mba uang minggu ini masih aku bawa nanti sekalian mba Liana bawa ya mba”

“oke deh, bentar lagi gajian nih ya kalian” ucap Liana

“hehe iya mba” ucap 2 pegawainya yang malu malu

Cukup lama Liana berada di kedai, beberapa kali ia juga melayani sendiri pembelinya walaupun ia ownernya tapi ia tidak gengsi untuk turun tangan melayani dan mengantar makanan. Karena sudah sore dan mendapat pesan dari mamanya Liana memutuskan untuk pulang.

“Sin, Ras aku pulang dulu ya sekalian ini mau amil pesenan mama”

“oh iya mba, mau ada acara mba?”

“katanya mau ada tamu, nanti kalo udah ga ada pembeli tutup aja gapapa itung itung sesekali kalian pulang lebih awal"

“hehe siap mba”

Sebelum pulang Liana, mengambil pesanan kue terlebih dahulu di rumah tante Ratih.

“tanteee” ucap Liana sembari masuk ke dalam rumah

Ratih adalah teman yunia sedari kecil sehingga Liana sudah sangat akrab dengan Ratih.

“mau ambil kue kan”

“iya tan, mama pesen berapa sih tan”

“lumayan nih ada 30, mau ada acara apa sih Li tumben pesennya banyak biasanya juga cuma 10 aja”

“Liana juga gatau tan, kata mama temen papa mau kerumah ga enak kalo ga disuguhi”

“ohh gituu”

“tumben sepi tan, Niko kemana tan”

“pergi tadi sama sekar gatau kemana”

Niko sudah seperti sahabat bagi Liana, meskipun setiap bertemu hanya bertengkar dan adu argument tidak ada yang mengalah tapi setiap satu ga kelihatan satunya nyariin.

“sekar siapa tan? Pacarnya?”

“tante juga gatau hubungannya apa, baru hari ini di bawa pulang emang ga cerita cerita sama kamu”

“ Ga cerita cerita deket sama cewek tapi emang beberapa hari ga ketemu Niko juga sihh, terakhir Cuma telfon waktu itu pas dia lupa bawa dompet tan lucu banget sih ituu”

“kenapa emang”

“ya kali tan dia itu jalan sama cewek tapi dompetnya ketinggalan trus telfon Liana buat nganterin uangg” ucap liana ssambil tertawa mengingat kelakuan Niko.

“ada ada ajaaa”

Karena terlalu asyik berbicara dengan Ratin, Liana lupa bahwa ia harus segera pulang beberapa kali sudah ditelfom mama dan kakaknya.

“tan uangnya udah kan”

“udah kok Li kemarin d transfer mamamu”

“yaudah Liana pulang dulu ya tan, salam kalo Niko pulang bilangin suruh telfon Liana tan”

Ratih hanya mengacungkan jempol dan mengantar liana sampai kedepan. Dalam perjalanan Liana mengendarai dengan sangat hati-hati tapi naas tiba tiba ada kucing yang berlari membuat Liana menghentikan mobil secara mendadak hal itu membuat kendaraaan di belakang Liana menabrak bagian belakang mobil Liana.

Liana turun dan melihat apakah mobilnya rusak terlalu parah. Liana tahu betul bahwa itu kesalahannya jadi dia tidak berniat untuk meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya. Pengendara mobil yang menabrak mobil Liana juga turun unntuk melihat keadaan mobilnya.

“maaf ya saya mengerem secara mendadak, apa anda terluka” ucap Liana

Hingga Liana sadar bahwa ia tidak asing dengan orang ini, iya benar itu adalah Brian.

“lain kali bisa ga hati-hati gitu, bahayain orang tau ga” ucap Brian dengan sedikit ketus

“kalo depan lo ada kucing ya tiba tiba nyebrang trus kaget otomatis juga ngerem”

“terserah, gue minta ganti rugi buat mobil gue” ucap Brian

Awalnya Liana yang berniat tidak memina ganti rugi itu tiba-tiba berubah pikiran.

“kalo gitu gue juga minta ganti rugi” balas Liana

“kan lo yang salah kenapa ikutan minta ganti rugi”

“lo juga yang nabrak mobil gue ”

“gue gamau tau lo harus ganti rugi, sekarang gue ada urusan”

Tanpa menunggu jawaban Liana, Brian langsung masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya. Liana yang kesal karna kelakuan Brian juga turut melajukan kendaraannya untuk pulang karna pasti ia sudah ditunggu oleh mamanya.

Liana buru-buru masuk kerumah sambil membawa kue mamanya.

“lama banget sih lo” ucap kakaknya

“kenapa ga lo aja adi yang ngambil kalo lo aja dirumah”

“kan mama mintanya lo bukan gue”

Liana yang masih kesal itu tidak menghiraukan ucapan kakaknya dan memilih untuk naik kekamar. Liana masih terus memikirkan Brian yang sudah membuatnya kesal.

“kok ada sih orang kek dia” ucap Liana mengomel sendiri di dalam kamar.

Tidak lama mamanya masuk menyuruh Liana mandi setela itu memantu mamanya menyiapkan makanan di bawah. Walalupun rumah mereka besar dan memiliki banyak uang mereka tidak mengunakan banyak pembantu hanya 1 orang itu pun hanya membersihkan rumah tidak untuk memasak. Yunia lebih senang jika menyiapkan makanan dari hasil masakannya sendiri, ia tidak pernah memberikan tugas itu kepadda orang lain. Keluarganya pun menyukai setip masakan dari Yunia.

Tidak lama Liana turun dan ikut membantu mama dan kakaknya. Karena liana yang belum mahir memasak ia lebih memilih menyiapkan makanan ringannya saja.

“gimana ma dah siap” tanya sang suami

“udah kok ini tinggal bikin minuman aja”

“berapa orang sih yang mau dating, makanannya banyak banget” ucap Intan

“3 orang” jawab papanya

“3 orangggg?? Makanannya sebanyak ini?” Liana yang tercengang karena makanan begitu banyak tapi yang datang hanya 3

Belum sempat papanya menjawab, terdengar suara bel berbunyi.

“nah itu udah dateng mereka”

Episode 3

Hartono dan Yunia menghampiri pintu dan membukanya terlihat dari dapur dimaa Liana dan Intan yang berdiri di sana ternyata tamu itu adalah Adijaya dan keluarganya termasuk Brian. Melihat lambaian tangan dari mamanya, keduanya keluar sembari membawa hidangan yang sudah disiapkan.

“ayo silahkan duduk” ajak Yunia

Mereka duduk menikmati makanan ringan yang ada di meja sambil sesekali bercengkerama, teringat akan dulu masa muda mereka.

Dulu sebelum Hartono mempunyai putri Liana dan Intan sembelum mereka juga pindah ke Jakarta mereka tinggal di Surabaya dan rumahnya berdekatan dengan Adijaya dan Yunia.

Hal itu yang Hartono dan Adijaya menjadi sangat dekat selal melakukan sesuatu secara Bersama.

Di tengah-tengah pembicaraan mereka Liana yang tidak snaja melihat Brian teringat akan ucapan Brian waktu kejadian sebelum pulang tadi.

“jadi ini yang kamu bilang ada urusan” ucap Liana yang membuat semua orang tercengang dengan pernyataan Liana

“Liana tadi ketemu sama Brian?” tanya Rosa

Belum sempat Liana ataupun Brian menjawab, ayah Brian sudah mendahului pembicaraan.

“wahhhh ada yang sudah diam-diam bertemu? Ini memudahkan kita untuk mengenalkan mereka”

Liana tidak mengerti apa maksud dari ucapan ayah Brian. Kedua orangtuanya mengira jika Brian dan Liana diam-diam bertemu.

“maksudnya apa?” ucap Brian dan Liana secara bersamaan

“liana tadi ga sengaja ketemu Brian di jalan” ucap Liana

“iya dia juga sengaja ngerem mendadak terus mobil Brian nabrak Mobil dia” ucap Brian dengan santainya

Mendengar ucapan itu kedua orang tuanya mengira terjadi telah sesuatu diantara keduanya.

“bukan sengaja ya tapi ga sengaja, jadi om tante tadi itu depan mobil Liana ada kucing yang tiba tiba nyebrang otomatis liana ngerem”

“alesan aja” balas Brian

Dengan raut yang kesal Liana hanya diam tidak membalas ucapan Brian.

“sudah sudah mungkin hanya kesalahpahaman aja” ucap Yunia

Karena sudah terlanjur membicarakan ini akhirnya ayah Liana menjelaskan kepada keduanya.

“jadi gini, mungkin ini terkesan mendadak untuk kalia tapi bukankah lebih cepat lebih baik, papa dan om Adi berniat untuk menjodohkan kalian”

Liana memang sudah memiliki firasat, tapi bukan berarti ini semua harus terjadi pada dirinya. Dia tidak ingin dijodohkan bahkan sidang skripsi pun belum ia lakukan masih banyak hal yang ingin Liana lakukan termasuk pergi keluar negeri.

Begitu juga dengan Brian dia tidak menyangka akan dijodohkan, karena menurutnya sekarang bukan jaman siti nurbaya lagi. Dia ingin mempunyai pasangan atas dasar pilihannya sendiri.

“pah, kenapa ga ada bilang-bilang apapun sama brian” ucap rian pada ayahnya

“kenapa sama Liana ga ada ucapan apapun juga pah, kenapa semua tiba-tiba aja, bukankah itu semua juga butuh persetujuan dari Liana?” ucap Liana

“Brian, Liana gini jadi dulu kita saling punya keinginan agar kekeluargaan kita tidak akan pernah putus begitu saja, salah satunya menjodohkan salah satu dari putri dan putra kita” jawab Adijaya

“pah ga bisa gitu, aku juga punya pilihan sendiri masih banyak yang perlu aku kejar pah ” ucap Brian

“saya rasa ini semua perlu dipertimbangkan kembali, moho maaf saya pamt karna masih ada urusan” ucap Brian dan pergi meninggalkan semua yang ada di sana.

“pah aku pikir ini semua perlu dipikirkan ulang, bukan dari sini kalian tahu bahwa aku ataupun Brian tidak meyetujuinya”

ucap Liana dan pergi mninggalkan menuju ke kamar.

“apa kita batalkan saja perjodohan ini, melihat Brian dan Liana mereka sepertinya tidak setuju” ucap Rosa

“tenang aja Ros, itu hanya reaksi mereka karna mereka terkejut akan hal yang mendadak ini” ucap Hartono

Mengetahui bahwa adiknya akan dijodohkan membuat Intan merasa kasihan pada adiknya karena tidak diberi kesempatan untuk memilih pasangannya sendiri. Intan kemudian menyusul Liana ke kamar.

“Liii, kakak masuk ya”

Mendekati Liana dan mencoba menenangkan Liana, karena pada saat itu Liana sedang menangis akan keputusan ayahnya yang tidak memberitahu apapun padanya.

“kenapa sih papa setega itu sama Liana, ga ada bilang apapun”

“yang sabar ya Li” ucap Intan sambil mengelus-eus punggng Liana

“Gue gamau dijodohin, gue masih punya banyak mimpi bahkan sidang wisuda aja belum, bantu gue kak buat ngomong sama papa”

“iya gue akan ngomong sama papa, lo tenang aja ya, sekarang ga perlu nangis lagi”

Intan meninggalkan Liana sendiri di kamar, Liana pasti butuh waktu untuk sendiri. Liana kemudian menelfon Tika, Liana ingin menceritaka semua yang terjadi pada sahabatnya itu.

“hallo Li kenapa?” jawab suara di balik telfon Liana

“gue mau cerita Tik, gue mau dijodohin”

Bukannya prihatin terhadap apa yang di alami Liana, Tika justru mmbuat hal itu menjadi bahan candaan.

“what? Lo bercanda ya Gila ya kali bukan jaman siti nurbaya lagi kalii hahaha” jawab Tika

“gue serius tik, malah ketawa gue habis nangis nih”

“jadi beneran lo diodohin? Sama siapa Li? Ganteng ga? Mapan ga?” tanyanya karena penasaran

“engga biasa aja, mana nyebelin orangnya”

“yaudah buat gue aja sini kalo lo gamau hahaha”

“ambil aja nohh”

“ga ga gue bercanda, emang kenapa lo harus dijodohin sih?”

“gue juga gatau maksudya apa tapi bokap gue bilang kalo mereka dulu punya janji gitu”

“wah gila juga sih ya, terus lo mau gimana?”

“gue juga gatau tapi yang jelas gue gamau”

“lo bilang aja sama bokap lo Li kalo lo gamau”

“lo kaya gatau aja bokap gue gimana Tik, ga akan di ubah keputusannya itu”

“ya siapa tau kan kalo lo bicara baik baik bokap lo berubah pikiran”

“ah gatau deh gue mau tidur aja”

Disisi lain Brian yang baru pergi meninggalkan rumah Liana, Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang pulang menuju ke apartemennya. Brian sudah tinggal sendiri di apartemennya sejak ia bekerja satu tahun yang lalu.

Tapi jika weekend dia akan pulang kerumah orangtuanya karena mamanya selalu menyuruhnya untuk pulang. Brian masih memiliki satu adik laki laki yang tengah menempuh Pendidikan di luar negeri hal itu membuat mamanya kesepian.

“ahh apes juga kenapa harus dijodohin” oceh Brian

Sebenarnnya pertama kali bertemu dengan Liana sewaktu makan malam di resto, Brian sedikit tertarik dengan Liana tapi dia tidak menyangka jika akan dijodohkan.

“kalo dilihat lihat sbenernya Liana itu cantik, manis tapi sayang aja gitu orangnya nyebelin” ucap Brian

Baru ia akan bersih bersih ayahnya menelfon, Brian sudah tahu pasti akan membahas soal yang tadi dan itu membuatnya malas untuk mengangkat telefon dari ayahnya.

“paling juga bahas yang tadi biarin aja dah”

Di lain tempat Adijaya dan Rosa sudah sampai di rumah

“pah kalo Brian kekeh gamau gimana?”

“kita bicarain dulu sama Brian besok, suruh dia pulang kerumah kalo mama yang nyuruh kan dia nurut”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!