Hari ini Liana mendapat kabar bahwa sidangnya bisa di lakukan 3 hari lagi, rencananya ia akan menyiapkan bahan untuk presentasinya dan akan mempelajari kembali skripsinya.
Sebenarnya hari ini Liana malas untuk turun apalagi bertemu papanya, Liana masih tidak menyangka akan keputusan papanya kemarin.
“sarapan dulu Li” ucap mamanya yang melihat Liana menuruni anak tangga
“tumben sepi pada kemana”
“kakakmu tadi pagi pergi beli tiket pesawat mau nyusul kak Marcel”
“kok mendadak banget ma”
“iya tadi pagi dapet telfon kalo kak Marcel sakit masuk rumah sakit, jadi kakakmu mau nyusul kasian kan dia disana sendiri juga”
Pagi tadi saat semua orang belum terbangun Intan mendapat telfon dari asisten suaminya bahwa suaminya masuk rumah sakit, dan ia memutuskan untuk segera berangkat membeli tiket dan mencari penerbangan yang paling awal sehingga ia berangkat pagi pagi sekali.
“kasian juga kak Marcel pasti capek juga ngurusin bisnis sendirian"
“iya mau gimana lagi kalo ga diurusin nanti gulung tikar, kakak mu juga ga paham masalah bisnis”
“lagian kak intan itu ga di aplikasikan hasil kuliahnya dulu, malah langsung nikah ya walaupun dapet orang tajir sih”
“lebih cepat kan lebih baik daripada terjadi hal-hal yang ga diinginkan Li”
“ya balik lagi ke orangnya masing-masing ma”
Saat mereka sedang mengobrol tiba tiba papanya menghampiri mereka yang tengah duduk di meja makan.
Seketika Liana mendadak diam dan tidak berbicara apapun, papaya tau bahwa Liana masih marah padanya masalah perjodohan itu.
“Lii, kamu masih marah sama papa?” tanyanya
“papa piker sendiri aja, siapa yag ga marah tiba tiba dijodohin tanpa bilang apapun sama anaknya” ucap Liana tanpa melihat ke arah papanya
“Li, Brian itu anak yang baik, tampan dia juga mapan udah terjamin juga kalo kamu menikah sama dia”
“Liana ga peduli sama itu semua pah, masih banyak mimpi Liana yang mau Liana lakuin, apa papa mikir sampai sana? Gimana sama semua cita-cita Liana? Terus kenapa harus Liana? Kenapa dulu kak Intan ga dijodohin juga, itu semua ga adil pa”
“semua itu kan bisa kamu jalani setelah kamu menikah sama Brian, ingat ya Li ga mungkin papa batalin semua ini”
“pah..” ucap mamanya
Liana memilih pergi dari meja makan meninggalkan dua orang disana.
“pah kok ngomongnya gitu” ucap istrinya
“ga mungkin aku Batalin mah, ga enak sama Adijaya sama Rosa, dulu dia udah bantu kita banyak hal”
Yunia hanya menghela nafas, satu sisi kasihan pada putrinya yang pasti merasa kecewa akan hal ini tapi disisi lain apa yang diucapkan suaminya ada benarnya, keluarga Adijaya sudah banyak membantu keluargaya terutama dalam bidang bisnis.
Disisi lain Brian yang hendak pergi ke kantor mendapat telfon dari mamanya, sebenarnya Brian tahu apa yang akan dikataka oleh mamanya namun dia tidak bisa menghindari mamanya karena Brian begitu sayang pada mamanya.
“hallo ma”
“dimana nak?”
“di apart ma, ini mau ke kantor”
“nanti pulang kerumah ya ada yang mau mama bicarakan sama kamu”
“kalo untuk masalah yang kemarin Brian udah bilang kalo masih banyak yang mau Brian lakuin ma”
“kamu pulang dulu aja ya Bri”
“yaudah nanti Brian pulang ma”
“yasudah hati hati berangkatnya nak”
“iya ma, brian tutup telfonnya ya ma”
Seperti biasa sebelum Brian berangkat ia selalu membeli sarapan di café dekat apartemennya, sebenarnya Brian bisa memasak tapi untuk pagi hari ia lebih memilih membeli daripada waktunya habis tersita untuk memasak.
“mba, biasa ya” ucap Brian pada pelayan,
Pelaya disana sampai hafal dengan menu yang biasa di pesan Brian. Sambil menunggu makananya tiba ia bermain handphone dan membuka sosmed disana ia melihat ada kedai dengan menu yang belum pernah ia dapati di resto manapun.
“belum pernah nemu menu kaya gini di resto, harus coba sih ini”
Sesaat kemudian pesanannya tiba, ia menyantap dengan menikmatinya. Setelah ia usai makan, Brian pergi menuju ke kantor.
Hari ini tidak ada meeting dengan klien tapi ia tetap berangkat ke kantor bagaimanapun ia adalah panutan pegawai-pegawainya.
“pagi pak” sapa para pegawai saat Brian sudah sampai di kantor
“pagi, tolong panggilin Adit suruh keruangan saya ya”
“baik pak”
Adit adalah asisten kepercayaan Brian, ia selalu mempercayai pekerjaannya kepada Adit saat dia tidak bisa datang ke kantor, Brian juga sudah menganggap Adit seperti keluarganya sendiri.
Dulu saat pertama kali Adit bekerja ia bertemu dengan Brian tapi tidak tahu bahwa Brian adaah bosnya, meskipun begitu dia memperlakuka semua orang dengan baik. Hal itu yag membuat Brian memberi penilaian berbeda pada Adit, ia melihat ketulusan dalam diri Adit.
Tok tok pintu terketuk
“masukkk”
“ada apa bos manggil saya”
“gue minta tolong ya dit, cariin menu ini di kedai ini buat makan siang beli dua yang satu buat lo”
“lumayan jauh juga ya bos dari sini”
“mau gakkk”
“ya mau lah bos, ada bousnya juga, nanti saya cariin bos”
Disisi lain Liana sudah ada di kedainya ia sudah mulai mempromosikan menu barunya atas usul sindi. Benar saja baru satu jam ia melakukan promosi sudah banyak orang yang memesan menu barunya itu.
Bahkan belum ada setengah hari ia sudah kehabisan stok dan terpaksa tutup lebih awal, baru saja ia akan menutup kedainya ada seorang pelanggan menghampiri.
“maaf kak kita sudah mau tutup” ucap Liana
“yah udah habis aja nih?”
“iya kak, mohon maaf”
“buat 2 orang aja ga bisa nih?”
“mohon maaf kak, tapi stok kita sudah habis, kakak bisa kembali lagi besok”
“aduhh tapi bos saya mau nya hari ini, nanti saya di marahin kalo same ga bawa apa-apa tolong bantuannya kak plissssss”
“tapi bener bener ga bisa kak, kakak bilang aja ke bosnya kalo udah habis dan ada lagi besok”
Akhirnya Adit mencoba menelfon bosnya dan memberi tahu bahwa stoknya sudah habis.
“hallo bos, ini stok makanannya udah habis bisanya besok”
“gue maunya sekarang, bukan besok”
“tapi ownernya bilang gabisa bos”
“coba sini biar gue yang bicara”
“e maaf bos saya mau bicara, bisa ga” ucap Adit pada Liana
Liana menghela napas dan tidak menyangka ad abos yang seperti ini padahal sudah diberi tahu bahwa stoknya habis.
“yaudah sini kak” ucap Liana
“hallo kak”
Mendengar ucapan itu Brian merasa tidak asing dengan suara itu seperti pernah mendengarnya. Disini Brian maupun Liana tidak saling mengetahui.
“mohon maaf kak untuk stok menu baru kita sudah habis, mungkin kakak bisa kembali besok hari”
“tapi saya maunya hari ini apa ga bisa diusahakan dulu gitu” ucap Brian
“mohon maaf sekali kak tetap ga bisa”
“yasudah, besok pada saat makan siang sediakan untuk saya 10 pcs, antarkan ke alamat yang di berikan sama asisten saya nanti”
“baik kak, kami usahakan”
Kemudian telefon terputus, Liana pun meminta alamat kantor pada Adit.
“ini alamatnya, jangan sampai lupa, saya permisi” pamit adit
“ada ya orang yang kek gitu maksa harus ada, dan meminta seenakknya” ucap Liana
“hehe sabar mba, customer kan macem macem” ucap Sindi
“besok kamu siapin 10 pcs ya, nanti biar saya yang anter”
“oke mba”
Setelah menutup kedai ya, Liana pergi kerumah tante Ratih karna rasanya ia malas untuk pulang kerumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments