[Mimpi bisa jadi sebuah
pertanda.]
***
"Apa semuanya sudah siap Zou?" Dari kursi duduknya Arik melirik sekertarisnya yang tengah berdiri dihadapannya.
"Semuanya sudah saya persiapkan tuan. Sesuai permintaan tuan satu unit apartement terbaik yang ada di kota ini, dan yang pasti jaraknya dekat dengan perusahaan Natama. Barang-barang tuan juga sudah saya pindahkan ke sana."
Arik mengangguk merasa puas dengan jawaban yang diberikan sekertarisnya itu. Hari ini selepas pekerjaannya selesai dia memang berencana akan pindah ke apartemen, mengingat pekerjaannya di indonesia akan memakan waktu lama, hotel tidak efektif untuk tempat tinggalnya saat ini. Cukup satu minggu saja dia tinggal di sana. Selain karena boros membayar biaya sekali nginap jaraknya juga lumayan jauh dari perusahaanya. Jadi Arik berpikir lebih baik membeli satu unit apartement meski mahal tapi itu jauh lebih efektif dan tentunya dia akan jadi lebih leluasana bergerak karena berada di apartemennya sendiri.
Arik menutup berkas terakhir yang selesai di tanda tanganinya. Dia lantas bangkit berdiri dan pergi dari ruang kerjanya, Zou juga terlihat mengekor dibelakangnya.
Jam terlihat menunjukan pukul sebelah malam ketika Arik menyelesaikan pekerjaanya.
Drettt
Ponsel Arik berdering ketika dia memencet tombol Lift. Pintu Lift pun terbuka dia dan Zou lantas masuk ke dalamnya sembaring mengangkat panggilan yang berasal dari Dozy.
"Iya Zy?"
Raut wajah Arik terlihat serius saat mendengarkan perkataan Dozy disebrang sana. Tak lama kemudian ekspresinya berubah senang.
"Kau serius?"
Disebelahnya Zou menoleh. Terlihat tertarik dengan percakapan antara tuan dan temannya itu.
"Baiklah, terima kasih atas bantuannya. Untuk sisanya biar aku saja urus."
"Iya. Selamat malam."
Pip
"Apa yang terjadi tuan?" tanya Zou begitu mendapati Arik selesai bertelepon. Wajahnya terlihat begitu penasaran dengan pesan yang baru saja di terima oleh tuanya tersebut.
Arik tersenyum lebar. "Aku sudah menemukan orang yang sudah berani berkhianat pada perusahaanku itu."
"Wah, apa itu benar tuan? Setahuku orang itu benar-benar pandai menyembunyikan jati dirinya sampai orang-orang suruhan saya saja mustahil bisa mencarinya dalam waktu dekat."
"Tentu saja. Semua berkat bantuan Dozy, dia meminta salah satu kenalannya yang seorang hacker handal untuk melacak keberadaan orang itu. Dan dalam waktu beberapa jam saja dia sudah berhasil menemukannya." Arik terdiam sejenak. "Hmm, kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja aku meminta bantuan Dozy dan temannya itu. Mungkin semuanya akan jauh lebih muda dan cepat."
Zou yang bisa merasakan ada nada sindiran dari kata-kata tuannya itu menunduk merasa bersalah.
"Maafkan saya tuan, karena saya terlalu lambat menangani pekerjaan itu."
Arik terkekeh, "It's ok. Aku bisa memaklumi mu." Mereka berdua lantas bergerak keluar dari lift begitu pintu lift terbuka di lantai bascame.
"Besok kau pergi lah temui temannya Dozy. Berikan apa pun yang dia minta sebagai tanda terima kasihku padanya. Untuk alamat tujuannya, nanti Dozy akan mengirimkannya pada mu melalui e-mail."
Zou mengangguk, "Baik tuan." Tangannya bergerak dengan cepat membukakan pintu masuk mobil untuk memudahkan Arik masuk.
Setelah melihat Arik masuk. Zou pun menutup pintu mobilnya, dia bergerak mengitari mobil lantas membuka pintu depan dan duduk di jok kemudi. Mobil pun melaju pergi dari parkiran bawah tanah perusahaan Natama grup ikut bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya.
***
Sesuai harapannya. Zou rupannya benar-benar mencarikan Arik sebuah apartemen terbaik seperti yang dia inginkan.
Tidak hanya dilengkapi pasilitas terbaik. Apartemennya juga terletak di tempat yang cukup strategis, selain dekat dengan kantornya, apartemennya itu juga terletak di dekat pusat perbelanjaan juga taman hiburan yang dilengkapi pasilitas olahraga umum.
Benar-benar sempurna. Arik benar-benar sangat menyukai Apartemennya itu. Dia sangat berterima kasih pada Zou yang sudah mencarikan apartemen ini untuknya.
Sekarang ini Arik terlihat berdiri di balkon apartemennya. Manikmati pemandangan malam kota jakarta. Well meski pemandangan seperti kebisingan dari kendaraan yang masih berlalu lalang di jalanan juga kilauan lampu yang menyala dari gedung-gedung pencakar langit, toko dan perumahan itu menjadi hal yang biasa di matanya, karena Arik sering melihatnya sewaktu di New york entah kenapa ketika Arik menikmatinya di negara indonesia seperti ini, ada rasa bahagia tersendiri.
Sesuatu yang tak mampu bisa dia jabarkan hanya dengan melalui kata-kata saja.
Selain merasakan perasaan bahagia ada rasa kenyamanan yang dia rasakan seolah dirinya baru saja menemukan sebuah tempat yang membuatnya ingin selalu pulang ke rumah. Selain itu jantungnya juga sering berdebar tidak karuan. Sesuatu yang baru saja dia rasakan dan itu terjadi beberapa hari belakangan ini.
"Hah." Arik menyentuh dadanya, di mana lekat jantungnya berada dan dia bisa merasakan dengan jelas jantungnya itu kembali berdebar hebat.
Debaran aneh yang selalu membuatnya merasa prustasi.
"Tuhan... Sebenarnya apa yang terjadi padaku?"
—o0o—
Arik berhenti melangkahkan kakinya. Matanya menyipit memusatkan pandangannya pada satu objek. Seorang gadis terlihat berlarian di tepi pantai dengan latar belakang cahaya matahari yang jatuh menyorotnya.
Senyum merekah di bibir gadis itu membuat sesuatu dalam dada Arik bangkit. Ada rasa hangat yang menjalar di hatinya saat dia melihat senyum manis gadis itu sampai membuat jantungnya pun ikut berdebar hebat.
Tanpa mampu di kontrol kakinya kembali melangkah, mendekati gadis itu yang masih betah berlarian di bibir pantai sembaring memainkan air laut yang pasang surut.
Ketika gadis itu menolehkan wajahnya, Arik terpaku lalu tepukan kasar dipipinya itu membuat dia tersentak bangun dari tidurnya.
Wajah Levin berada cukup dekat dengannya menjadi penyambut Arik ketika dia membuka matanya. Spontan dia langsung mendorong Levin dari hadapannya sampai membuat pria itu jatuh tersungkur di lantai.
"Kenapa kau malah mendorongku!" rengek Levin mengusap-ngusap pantatnya yang berdenyut sakit setelah menghantam lantai keramik yang keras.
Tanpa memperdulikan Levin. Arik bangkit dari posisi tidurnya dan pergi ke kamar mandi.
Levin yang melihatnya semakin menggerutu sebal. "Sudah untung dibangunkan, tapi balasannya malah begini. Dasar homan!"
"Untung sahabat, akh..duh sakit." Susah payah Levin bangkit, dia pun pergi keluar dari kamar Arik memilih menunggunya di luar.
Sementara itu di dalam kamar mandi. Arik berdiri di bawah shower membiar air mengguyurnya. Wajahnya menengadah ke atas seolah menerawang. Satu tangannya bergerak menyentuh detak jantungnya yang kembali terasa cepat.
Dia lantas menghela nafas panjang dan cepat-cepat menyelesaikan mandinya.
***
"Tuan," sapa Zou sedikit menundukan kepalanya begitu melihat Arik keluar dari apartementnya di ekori Levin yang asik makan apel.
"Saya sudah menyiapkan segalanya tuan, jadi tuan bisa berangkat sekarang."
Arik mengangguk, "Kalau begitu aku pergi dulu. Selama aku tidak ada kau harus menghandel pekerjaan di kantor."
"Baik tuan, saya akan melaksanakan perintah anda dengan baik."
Arik naik ke mobilnya, hari ini dia yang mengendarainya mobilnya tanpa di temani supir atau sekertaris pribadinya.
"Hei, kau yakin akan menyelesaikan ini tanpa bantuan pihak berwajib," tanya Levin ikut masuk ke dalam mobil. Ya, hari ini Arik akan pergi dengan Levin menemui pelaku yang sudah berani menjual proyek rahasia perusahaanya pada perusahaan lain.
"Tentu saja, kau meragukanku."
"Bukan begitu. Masalahnya, orang ini cukup cerdik. Aku takutnya dia balas menyerang kita nantinya."
"Itu tidak akan terjadi, dia tak akan berkutit di bawahku. Kau lihat saja nanti."
Levin mendengus memakan apelnya kembali. Sementara Arik pokus menyetir sambil menatap jalanan dihadapannya.
—My Soulmate—
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mharif
Hemmm penasaran gue
2020-10-21
1
Mharif
Siapa tuh cewe yang ada di mimpi si Arik
2020-10-21
1
Mharif
Nah kenapa lo Rik
2020-10-21
1