[Menyingkirkan masalah yang ada.]
***
Arik menyenderkan kepalanya di kepala kursi lantas memijit pelipisnya yang terasa pusing.
"Zou. Apakah Sendral mau mengurus perusaanku untuk sementara waktu?" tanya Arik.
Sendral Awarman adalah sepupunya, dia tinggal di Prancis dan Sendral juga seorang pengusaha sukses hanya saja usaha yang di urus Sendral bergerak dibidang perhotelan, restauran dan juga bar.
Arik memang sudah menyuruh Zou untuk menghubungi Sendral— meminta bantuan pemuda berusia dua puluh tahun itu untuk mengurusi perusahaan induk Arik yang ada di New york untuk sementara waktu selama Arik menangani masalahnya di sini.
Meski masih muda dan hanya mengurus bisnis di bidang perhotelan, restauran dan juga bar. Tapi Sendral cukup mahir untuk mengelolah perusahaan yang Arik pegang karena anak itu memiliki kemampuan yang mumpungin juga cerdas, itu sebabnya Arik meminta bantuan Sendral karena dia bisa diandalkan.
"Sudah tuan. Dan tuan muda Sendral menyanggupi, beliau juga sudah berangkat menuju New york."
Arik mengangguk.
Tak butuh waktu lama taksi yang mereka tumpangi pun perlahan berhenti dan terparkir apik di depan gedung ‘Natama Group’ tak lama kemudian Zou turun dari dalam mobil lantas membukakan pintu untuk sang tuan.
Sesaat kemudian Arik menjulurkan kakinya, dengan wajah tegas penuh kewibawahan dia turun dari dalam taksi tersebut. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung perusahaannya membuat siapa pun yang melihatnya langsung terpesona dan jatuh hati hanya dengan melihat rupanya yang begitu rupawan bak disney prince yang ada dalam dongeng-dongeng pengantar tidur.
Lesung pipit muncul di kedua pipinya begitu Arik menyunggingkan senyum manis andalannya membuat para wanita yang melihatnya memekik tertahan.
Selain tampan, Arik juga terlihat manis, berkharisma dan sangat manly. Belum lagi dengan mata indahnya yang teduh menyorot lembut siapa pun yang berpapasan dengannya.
Sebelumnya Arik belum pernah datang dan menangani langsung perusahaan Natama yang ada di indonesia, Arik biasanya menyerahkan urusan perusahaan Natama yang ada di indonesia pada direktur yang ditunjuknya secara langsung. Namun kali ini berbeda. Karena perusahaan Natama group yang ada di indonesia terancam bangkrut akibat ulah direktur yang ditunjuknya sendiri, kini Arik terpaksa harus turun tangan langsung untuk menangani segala kekacauan yang sudah dibuat pegawainya sendiri. Merepotkan memang tapi ini sudah menjadi tanggung jawab Arik selaku Ceo utama Natama Group. Setidaknya, dengan pergi ke indonesia Arik jadi memiliki hal-hal baru setelah beberapa tahun hanya menghabiskan waktunya di Amerika serikat tepatnya New York.
Dan karena kedatangannya yang tiba-tiba itu membuat banyak Karyawan yang belum pernah melihatnya sama sekali, langsung terkejut. Selain terkejut bahwa bos utama mereka akhirnya menyambangi perusahaan Natama Group di indonesia. Para karyawan terutama karyawan wanita tidak pernah menyangka bahwa pemilik perusahaan Natama Group tempat mereka berkerja memiliki rupa yang hampir mendekati sempurna dan juga masih muda.
Selain tampan, kaya, masih muda Arik rupanya juga sangat ramah pada siapa pun termasuk karyawannya. Seperti contohnya saja sekarang, tanpa ragu Arik terus saja menyunggingkan senyum sepanjang jalan dan menyapa para karyawannya dengan lembut dan ramah, membuat orang-orang pun langsung segan dan menaruh perhatian padanya.
"Tuan Arik," sapa Zenas, dewan direksi yang mengawasi segala yang ada di perusahaan setelah pak Hamdan selaku direktur utama. Wanita 34 tahun itu menunduk sebentar lalu tersenyum menjabat Arik sesaat.
"Semua berkas yang saya minta sudah kamu siapkan?" tanya Arik.
Zenas mengangguk, "Sesuai perintah tuan. Saya sudah menyiapkannya dan menaruhnya di dalam ruangan pribadi tuan."
"Kalau begitu bisa kamu panggilkan pak Hamdan. Suruh dia keruanganku sekarang," pinta Arik.
Zenas mengangguk, "Baik tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Zenas pun undur diri pergi dari hadapan Arik.
"Saya juga undur diri tuan untuk mengurus hal lain," sahut Zou.
"Silahkan."
Setelah mendapat ijin dari Arik, Zou pun pergi dari sana. Sementara Arik pergi keruangannya.
***
Arik melepas kacamatanya, meletakannya di atas berkas yang sedang dibacanya. Pandangannya bergulir menatap pak Hamdan yang baru saja memasuki ruangan kerjanya.
"Saya tidak ingin bertele-tele. Mulai sekarang pak Hamdan akan saya pecat," ucap Arik to the poin.
Seketika pak Hamdan mendongak, menatap Arik dengan pandangan tidak percaya. "T... Tapi kenapa saya dipecat pak, kesalahan saya apa?"
Arik mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum kecil, "Sepertinya tanpa perlu saya jelaskan pun pak Hamdan tahu apa kesalahan yang sudah pak Hamdan buat hingga saya memutuskan untuk memecat anda."
Pak Hamdan menelan salivan gugup. Keringat dingin pun mulai bermunculan dipelipisnya.
"Bersyukurlah saya hanya memecat pak Hamdan tanpa meminta ganti rugi dari anda apa lagi sampai menjebloskan anda ke penjara," jeda sejenak, "Jadi silahkan pak Hamdan kemasi semua barang-barang anda dan pergi dari perusahaan saya," usir Arik secara halus namun penuh penekanan. Tatapannya terlihat santai ketika menatap pak Hamdan namun percayalah di balik sikaf santainya itu sejujurnya Arik benar-benar marah dan kecewa pada pak Hamdan selaku orang yang sudah dia percayai selama ini.
Pak Hamdan menunduk— menyesal sudah membuat kesalahan yang patal, "Saya minta maaf pak Arik— saya berjanji tidak akan mengulangi ini lagi, tapi tolong jangan pecat saya— "
"Saya memang sudah memaafkan pak Hamdan dengan segala perbuatan anda yang sudah merugikan perusahaan. Tapi maaf saya tidak bisa menerima pak Hamdan di sini lagi. Anda pasti tahu bukan bahwa saya orangnya optimis terhadap sesuatu, dan bagi saya orang yang sudah mengecewakan saya tidak memiliki kesempatan kedua. Karena jika dia diberi kesempatan kedua lalu mengulangi hal yang sama lagi untuk apa?"
"Tapi pak Arik— "
"Saya tidak ingin mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya. Jadi silahkan pak Hamdan keluar dari sini dengan baik-baik sebelum saya memanggil satpam untuk mengusir anda."
Kedua bahu pak Hamdan merosot lemah karena dirinya sudah tidak ada harapan lagi untuk diterima di perusahaan Natama.
"Baiklah. Kalau begitu saya permisi."
Arik mengangguk, memerhatikan kepergian pak Hamdan hingga pintu dihadapannya kembali tertutup rapat— meninggalkan Arik sendirian diruangan itu. Dia menghembuskan nafas panjang, memutar kursi kerjanya— menghadap jendela besar yang memperlihatkan ibu kota jakarta.
Hembusan nafas panjang kembali terdengar darinya. Rasa lelah dan pening di kepalanya membuat Arik ingin sekali pergi dari kantornya tapi pekerjaan yang menumpuk membuat dia tidak bisa pergi begitu saja sebelum dia menyelesaikan segala permasalahan di perusahaanya hingga sahamnya yang sempat anjlok pun kembali stabil.
Tok tok
"Masuk!" Perintah Arik, memutar kursi kerjanya lagi.
Senyum lebar seketika merekah dibibirnya saat Arik melihat siapa yang datang. Itu adalah sahabat lamanya yang datang menyambangi kantornya— dia adalah Dozy Manueldo Fanhar.
"Sibuk mulu bosqu, kapan kau akan memiliki waktu untukku?" Dozy, tersenyum lebar.
Arik bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Dozy dan memeluk pria itu ala-ala lelaki gentelmen— menyalurkan rasa rindunya yang membuncang pada sang sahabat yang sudah enam tahun lamanya tidak dia jumpai akibat sibuk dengan pekerjaan masing-masing, paling sesekali mereka hanya bisa berbicara lewat vidcall, bertelepon dan juga bertukar pesan itu pun cukup jarang.
"Kenapa kau tidak mengabariku jika kau datang kemari?" tanya Dozy setelah selesai berpelukan.
"Maaf. Bukannya aku tidak ingin mengabarimu, hanya saja aku tidak memiliki waktu yang tepat. Kedatanganku kemari pun tidak berencana karena semuanya serba mendadak."
"Iya deh tahu yang Ceo, sibuk mulu," cibir Dozy tapi tak lama kemudian mereka tertawa bersama.
"Jadi kau tahu dari mana jika aku ada di sini?"
"Siapa lagi kalau bukan Levin. Tadi dia sempat menemuiku ketika sedang pemotretan."
"Ah dia. Dari sejak semalam anak itu benar-benar membuatku kesal. Dia sudah merebut tempat tidurku dan tadi dia benar-benar sulit kuhubungi di saat aku benar-benar membutuhkan bantuannya. Rupanya dia malah pergi ke tempatmu."
Dozy tertawa, "Kau seolah lupa saja sifat dia seperti apa. Dari dulu sampai sekarang pun Levin kan memang seperti itu. Suka seenaknya giliran dibutuhkan pasti menghilang."
Arik mengangguk menyetujui perkataan Dozy, "Iya dan aku sangat benci dengan sifat menyebalkannya itu. Tapi semenyebal apapun Levin tetaplah Levin sahabat kita."
Dozy menepuk bahu Arik, "Sudahlah dari pada membahas Levin yang tidak ada habisnya bagaimana jika kita ngopi sebentar? Kau punya waktu kan?"
"Sebenarnya hari ini aku sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu tapi khusus untuk mu aku akan meluangkan waktu. Kebetulan aku juga butuh asupan Kafein karena stres dengan pekerjaan ini."
"Good. Kalau begitu tunggu apa lagi, aku kita keluar dari sini dan cari cafe terdekat."
***
Pagi ini tidak seperti biasanya Cafe Famera itu dipadati pengunjung sampai membeludak yang kebanyakan di isi gadis-gadis muda. Semua itu tentunya akibat kedatangan dua pria tampan yang sekarang tengah asik duduk berdua di salah satu sudut cafe.
Kedatangan mereka berdua benar-benar membawa keuntungan tersendiri bagi pemilik cafe sebab daya tarik juga pesona keduanya yang tak bisa dibantahkan itu mampu menarik minat orang-orang yang menatap mereka hanya dalam sekali lihat.
Semua orang jelas tahu salah satu dari orang yang duduk di sana itu siapa, dia adalah Dozy Manueldo Fanhar si solois terkenal yang tengah gencar-gencarnya diperbincangkan orang-orang. Namanya yang tengah melambung dengan karir bagus yang cemerlang membuat keberadaan Dozy di mana pun menjadi sorotan semua orang.
Namun untuk saat ini, semua orang yang melihatnya di cafe Falmera selain mengundang decak kagum akan pesonanya mereka juga dibuat penasaran dengan sosok pria seusianya yang duduk gagah dihadapannya. Itu adalah Ararya Arik Natama.
Arik tentu saja tahu bahwa sejak kedatangannya ke cafe tersebut bersama Dozy langsung mengundang banyak penasaran setiap pasang mata yang menatapnya. Dia juga tahu bahwa gadis-gadis yang kebanyakan masih berseragam sma itu memandangnya penuh minat. Wajah tampan dan pesona yang dia miliki memang sulit terbantahkan hingga membuatnya menjadi sorotan utama di mana pun dia berada terutama ketika dirinya berada di keramaian saat ini. Apa lagi saat ini dirinya tidak datang sendiri tapi bersama Dozy.
Dozy sang solois. Akibatnya keramaian yang ingin menonton mereka berdua pun bertambah berkali-kali lipat.
Risih? Tentu saja.
Meski merasa risih namun Arik memilih mengacuhkan sekitarnya, tersenyum seadanya hanya untuk mendapat decak kagum bercampur iri dari orang-orang sekitarnya bahkan jeritan tertahan dari gadis-gadis yang sedang dalam masa pubertas.
"Sudah kubilang bukan, sebaiknya kita pilih saja cafe yang lebih sepi atau perlu privat saja agar tidak seramai seperti ini." Dozy angkat suara.
Arik tersenyum kalem, dan ulahnya itu berhasil membuat gadis-gadis yang setia menatapnya menjerit tertahan.
"Memangnya kenapa kalau kita di sini? Aku rasa tidak masalah, cafe ini juga lumayan nyaman dan pemandangannya cukup bagus."
"Masalahnya kita berdua jadi sorotan banyak orang." Dozy berdecak. Jelas sekali bahwa dia merasa tidak nyaman berada di sana atau lebih tepatnya merasa risih.
"Orang ganteng kan memang selalu jadi perhatian di mana pun itu," balas Arik santai.
Dozy menghela nafas, "Iya sih."
"Jadi tujuan utama mu datang kemari itu untuk apa?"
"Apa lagi kalau bukan masalah pekerjaan," jawab Arik hingga cerita mengenai masalah perusahaannya pun mengalir begitu saja. Mengenai Pak Hamdan yang sudah menggelapkan dana perusahaan dan baru saja dipecat olehnya, juga tentang seseorang yang sudah berani menjual proyek rahasia perusahaanya pada perusahan lain. Semua Arik ceritakan pada Dozy secara garis besarnya saja.
"Jadi kau kemari untuk menangani saham perusahaanmu yang anjlok akibat ulah direktur mu yang sudah menggelapkan dana perusahaan juga mencari orang sudah menjual proyek rahasiamu."
Arik menganggu menyesap kopinya sesaat. Setelah dia selesai menceritakan permasalah perusahaanya pada Dozy setidaknya bercerita pada Dozy jauh lebih baik dari pada Levin yang belum tentu mau mendengarkan keluh kesahnya. Dan yah, setelah selesai menceritakan garis besar masalahnya saat ini pada Dozy membuat Arik jadi jauh sedikit baik. Beban yang dipikulnya pun sedikit ringan.
"Lalu bagaimana dengan orang yang sudah membocorkan proyek rahasia perusahaanmu, apa kau sudah menemukannya?"
"Sejauh ini belum. Zou masih coba melacak jejaknya."
Dozy mengangguk. Meraih cangkir kopinya dan sedikit meminumnya.
"Aku memang tidak ahli dalam mencari tahu orang seperti itu, tapi aku akan coba membantumu semaksimal mungkin. Kebetulan aku memiliki kenalan hacker yang bisa melacak seseorang."
Arik tersenyum haru, "Terima kasih kau memang terbaik, Zy."
Dozy terkekeh, "Santai, Rik. Sesama sahabatkan memang sudah seharusnya saling tolong menolong."
Arik mengangguk kembali meminum kopinya.
"By the way bagaimana kehidupan mu di New york?" tanya Dozy menatap sahabatnya itu dengan seksama.
"Biasa saja, tidak ada yang istimewah," jawab Arik mengedikan bahu.
"Yakin biasa saja?"
"Iya, memangnya apa yang kau harapkan dengan hidup di sana selain gaya kehidupannya yang hedonisme." Arik meletakan gelas kopinya di atas meja lantas menyenderkan punggungnya ke kursi.
"Bagaimana dengan kekasih? Bukankah di sana banyak wanita-wanita cantik sesuai dengan tipe mu."
"Iya mereka memang cantik. Dan aku juga tidak akan menampik kalau wanita-wanita itu banyak yang mendekatiku hanya saja aku tidak tertarik dengan mereka satu pun."
Kening Dozy mengerut, "Satu pun tidak ada?"
Arik tersenyum dan menggeleng.
"Kenapa tidak ada yang menarik di mata mu? Bukankah mereka itu tipe mu?"
Arik mengedikan bahu, "Meski aku menentukan tipe perempuan yang kusuka macam wanita barat bukan berarti aku sepenuhnya tertarik pada mereka."
Dozy menyipitkan matanya. "Kau tidak trauma dengan wanita barat hanya karena pacar terakhir mu Cloudy kan?"
Arik mendengus, "Dia? Yang benar saja. Tentu saja tidak."
"Kalau begitu kenapa setelah kau terakhir kali berpacaran dengan Cloudy kau masih menjomblo juga sampai sekarang? Kau tahu Cloudy bahkan sudah menikah dengan selingkuhannya itu. Lantas kapan kau akan menunjukan pada wanita kurang ajar itu bahwa kau juga bisa move on darinya."
"Oh come on Dozy. Hanya karena aku tidak memiliki kekasih bukan berarti aku tidak bisa move on dari Cloudy. Dari dulu aku sudah melupakan tentang dia semudah menghapus debu."
Dozy mencebik dan bersidekap, "Yakin bisa menyingkirkan dia semudah menghapus debu? Dulu saja saat pertama kali kau mengetahui Cloudy selingkuh dibelakangmu kau langsung merajuk selama sebulan lebih, tidak ingin makan bahkan mandi pun tidak."
Arik nyengir, "Itu kan dulu, sekarang sudah tidak. Perasaanku terhadap dia sudah sepenuhnya hilang."
—My Soulmate—
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Mharif
Semoga bisa ketemu tuh musuh
2020-10-21
2
Mharif
Wih siapa tuh musuh dalam selimutnya
2020-10-21
2
Mharif
Arik ganteng thor, gantengan mana saya sama dia?
2020-10-21
1