SURAT CINTA UNTUK OM BAYU
Tania Kirana. gadis kecil berusia sembilan tahun, dia sangat energik dan suka menolong teman-temannya. terlahir dari keluarga yang lumayan berada, ayahnya mempunyai bisnis yang lumayan berkembang. ibunya bekerja sebagai sekertaris sang ayah, kehidupan Kirana benar-benar sangat bahagia.
"Ibu, Kirana berangkat sekolah dulu ya." pamit Kirana sembari mencium tangan ibunya kemudian mencium tangan ayahnya.
"Nanti supir akan menjemput Kirana, ayah sama ibu nanti ada rapat sama paman Hasan." ayah Kirana mengecup kening putrinya.
"Assalamualaikum." salam ibu Kirana yang kemudian pergi bersama suaminya.
Orang tua Kirana pergi meninggalkan gadis berusia 8 tahun yang sudah kelas 3 sekolah dasar. Kirana adalah gadis yang pandai, dari kelas satu dia lompatsaty kelas, seharusnya Kirana masih kelas dua. karena pandai akhirnya Kirana langsung kelas 3.
Hari ini Firman ayah Kirana bersama isterinya pergi ke tempat pak Hasan, pria yang menjadi rekan bisnis ayah Kirana.
"Assalamualaikum."
Firman datang ke kantor pak Hasan, dia bersama isterinya memang selalu sopan kepada pak Hasan.
"Waalaikumsallam. masuk Hasan, Tania."
pak Hasan mempersilahkan orang tua Kirana masuk, segelas teh hangat di sajikan untuk sepasang suami isteri itu. pak Hasan selalu tahu kesukaan orang-orang yang berkerja sama dengannya.
"Bagaimana kabar paman?" tanya hangat Tania ibu Kirana.
Ayah Kirana bernama Firman ramadhan, sedangkan ibunya bernama Tania Hamida. Kirana memakai nama depan ibunya, jadi nama Kirana adalah Tania Kirana.
"Oya, bagaimana kabar putri kalian? gadis kecil yang suka tersenyum itu?" tanya pak Hasan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Oh.. Kirana ya paman?" tanya balik Tania.
"Iya, putri kalian yang lucu itu." jawab pak Hasan yang kemudian memberikan beberapa berkas untuk di tanda tangani oleh sepasang suami itu.
"Alhamdulillah, dia sangat baik." jawab Tania.
pembicaraan tiga orang itu akhirnya menjadi pembicaraan yang sedikit penuh canda gurau. Firman adalah pria yang suka dengan lelucon sedangkan istrinya wanita yang sangat serius.
"Oh ya paman, salam sama Bayu ya. katanya dia sudah masuk di universitas yang ada di Singapura?" tanya Firman sembari memakan makanan yang sudah disuguhkan sekertaris pak Hasan.
"Iya, Firman sekarang kuliah di Singapura dia mengambil jurusan arsitek desainer grafis. dia itu tipikal pria yang tidak suka diajak bercanda, kadang aku sangat kesal sama dia. lebih baik aku bercanda sama adiknya." kata pak Hasan sambil mencibirkan bibirnya dan menggerakkan tangannya. seolah dia menggambar wajah putra pertamanya.
"Hahaha.., padahal Paman ini pria yang sangat humoris. suka bercanda bahkan seorang pria yang begitu terbuka." Firman memuji sosok pria yang ada di depannya. memang pak Hasan adalah pria yang begitu humoris baik terbuka bahkan pria itu suka menolong rekan-rekan bisnisnya.
"Kadang aku bingung dengan dia. Aku suruh dia memegang perusahaan dia tidak mau, dia bilang ingin mendirikan perusahaan sendiri. dia kira mendirikan perusahaan itu tidak butuh uang banyak? dia kira uang seribu perak bisa membangun perusahaan." pak Hasan yang terus mencibir putra pertamanya.
"Baiklah kalau begitu paman, saya dan istri saya mau pamit dulu. kami harus pergi ke salah satu tempat pembangunan, paman tahu kan salah satu pembangunan perusahaan kita ada sedikit kendala. aku takut jika salah satu anak buah kita memang berusaha untuk memprovokasi para pekerja agar mogok bekerja." kata Firman yang kemudian menjabat tangan pak Hasan dan perpamitan.
"Aku percaya sama kamu Firman, oh ya jangan lupa kalau ada apa-apa kamu kabari aku. unit apartemen yang kita bangun itu adalah unit mewah, jika ada seseorang yang berusaha menghancurkannya kemungkinan besar orang itu tidak menyukaimu." jawab singkat pak Hasan yang sangat tahu betul bagaimana dunia bisnis yang sangat kejam itu.
sepasang suami istri itu pergi meninggalkan pak Hasan yang ada di perusahaannya. mereka berdua akan pergi ke salah satu tempat pembangunan yang sekarang berjalan, dengan senyum yang begitu merekah sepasang suami istri itu menuju tempat pembangunan apartemen yang sudah berjalan setengah. di setiap perjalanan entah mengapa Tania benar-benar gelisah, wanita itu merasakan kegundahan yang begitu luar biasa.
"Kenapa aku benar-benar gelisah ya mas?" tanya Tania yang terus memegang dadanya. wanita itu begitu kebingungan entah mengapa hari ini setelah mengantar Kirana Tania terus gelisah. bahkan ketika dia bertemu dengan pak Hasan wanita itu tidak tahu apa yang ada di hati dan pikirannya. ada sesuatu yang akan terjadi, ada sesuatu yang mengganjal hatinya.
"Kamu tidak perlu memikirkan sesuatu seperti itu istriku, semuanya akan baik-baik saja. pasti kamu memikirkan mengenai para pekerja yang demo itu kan?" tanya Firman. pria itu tahu kalau istrinya sedang memikirkan para pendemo yang terus berbuat anarkis, mereka bilang tidak dibayar dan ada yang bilang mereka diperlakukan kasar dan lain sebagainya. semuanya akan baik-baik saja, kamu tidak usah memikirkan hal itu terlalu dalam." lanjutnya. Firman tidak ingin istrinya terus memikirkan mengenai kerusuhan yang ada di pembangunan apartemen yang sedang dia bangun.
"Bagaimana aku tidak memikirkan hal itu mas, aku takut mereka melakukan sesuatu yang sangat anarkis. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada kamu ataupun Kirana." jawab Tania. apa mau dikata jika hati sudah kebingungan seorang wanita akan merasakan kegundahan yang luar biasa.
Tak berselang lama mobil yang dikendarai oleh Firman sudah sampai di tempat pembangunan apartemen, di sana masih tetap saja sama para pekerja membuat kerusuhan di mana-mana. mereka melempar juga merusak barang-barang yang ada di tempat itu. Firman menyuruh istrinya untuk tetap di dalam mobil, pria itu menelpon salah satu mandor yang bertanggung jawab di pembangunan itu.
"Kenapa separah ini? sebenarnya apa yang mereka inginkan?" Firman menatap orang-orang yang sedang menghancurkan beberapa barang. "Sebenarnya apa yang mereka inginkan?" lanjutnya.
"Mereka bilang mereka belum dibayar selama beberapa bulan tuan, mereka bilang bagian keuangan tidak membayar mereka sama sekali." jawab mandor bangunan yang terlihat juga ketakutan karena para pekerja terus marah.
"Coba kita bicarakan lagi, Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk pembayaran mereka. tidak benar jika kita tidak membayarnya, jangan-jangan kamu juga ikut-ikutan dalam masalah ini?" tanya Firman.
"Tidak mungkin tuan, saya tidak mungkin melakukan hal itu saya sudah bekerja sama tuan Firman sudah berapa lama. saya menjadi mandor bangunan ini selama 5 tahun. saya tidak mungkin mengkhianati tuan Firman." jawabnya.
Mandor itu terlihat sedikit kebingungan saat mengeluarkan kata-kata, kelihatannya ada sesuatu yang dia sembunyikan. kerusuhan para pekerja akibat tidak dibayar itu semakin anarkis.
"Ayo kita pergi mas." Tania mengajak suaminya pergi dari tempat pembangunan.
Zlepp.
Zlepp..
"Akh..," erang kesakitan dari Tania dan Firman.
Entah dari mana dan siapa, tiba-tiba Firman dan Tania ditusuk oleh seseorang. para pekerja yang melihat hal itu mereka langsung menghindar.
"Siapa yang melakukannya?" tanya si mandor yang ketakutan.
"Siapa yang menusuk mereka!" teriak para pekerja yang saling menatap satu sama lain.
"Panggil ambulans!" seru mandor.
Darah yang mengalir juga tubuh yang tak berdaya. Firman memegang tangan isterinya, Tania nampak kesakitan sembari memegang perutnya yang sudah di tikam seseorang.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
FUZEIN
Baca komen...macam best je cerita ni..ok thorr..starr baca ni
2023-10-15
0
susi 2020
🥰🥰😍😍
2023-09-24
1
susi 2020
😘😘
2023-09-24
0