MENJADI YATIM PIATU

Mobil putih itu berhenti di depan pagar rumah Firman dan Tania. si mbok berjalan mendekati mobil yang sudah berada di depan pagar, pak satpam nampak terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. dia sangat kebingungan tiba-tiba saja wajahnya menjadi pucat dengan dua bola mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ada apa pak?" tanya si mbok.

Pak satpam tidak menjawab, dari raut wajahnya dia terlihat sangat kebingungan.

"Kalian mau ke rumah siapa?" lanjut si mbok.

Sopir mobil ambulans jenazah itu mendekati si mbok yang sedang bersama dengan Kirana.

"Apakah ini keluarga tuan Firman dan nyonya Tania?" tanya sopir mobil jenazah.

"Iya." jawab si mbok. jantung si mbok terasa berdebar begitu kencang, kegelisahan yang dari tadi dia rasakan bertambah semakin besar. apalagi mobil putih itu berhenti di depan pagar rumah mereka, sebuah mobil hitam juga berhenti di depan pagar rumah Firman dan Tania. setelah itu seorang pria yang berumur sekitar 45 tahun itu berjalan mendekati Kirana.

"Paman Hasan!" seru Kirana saat dia melihat pak Hasan keluar dari mobil hitam. kacamata hitam melekat di wajah pak Hasan benda itu menutupi dua bola mata nya yang sudah sembab karena menangis.

Kirana langsung memeluk pak Hasan dan begitu erat. "Sudah lama Paman tidak ke sini, Bagaimana kabar paman?" tanya Kirana yang masih memeluk pak Hasan.

Dengan hati yang begitu kebingungan pak Hasan mencoba untuk mengeluarkan sepatah kata, namun ketika melihat wajah polos Kirana tiba-tiba air matanya meluncur kembali. "Apa yang akan terjadi pada gadis kecil ini? dia masih terlalu kecil, dia masih terlalu kecil untuk hidup sendiri." guman pak Hasan dalam hati yang memalingkan wajahnya. dia berusaha menahan air mata yang terus meluncur dari dua bola matanya. "Kenapa hidup ini begitu kejam kepada gadis kecil ini. kenapa dunia benar-benar sangat jahat." lanjutnya.

Salah satu tangan pak Hasan mengusap rambut Kirana, menatap wajah polos bocah berusia 9 tahun yang memeluknya.

"Mobil jenazahitu mau ke mana? kenapa berhenti di depan rumahku?" tanya Kirana yang masih belum tahu kalau kedua orang tuanya sudah meninggal. wajah pak Hasan yang tertutup kacamata.

Entah mengapa si mbok merasa ada berita buruk yang akan diberikan oleh pria itu, terasa kedua kaki si mbok mati rasa. dia tidak bisa berjalan ketika dia melihat pak Hasan kemudian melihat mobil jenazah.

"Pak satpam,tolong telepon tuan Firman." pintanya dengan dua tangan yang gemetar. si mbok meminta pak satpam menelpon Firman ataupun istrinya. dia ingin meyakinkan kalau firasatnya dari tadi itu tidak benar. mimpinya tadi malam itu juga tidak benar.

Pak Hasan mengangkat tangannya, pria itu memeluk Kirana kemudian memberi isyarat kepada si mbok, melihat isyarat yang diberikan oleh Pak Hasan si mbok benar-benar tidak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya. wanita yang berusia sekitar 50 tahun itu tiba-tiba menangis sembari menutup mulutnya, mimpinya tadi malam benar-benar mengisyaratkan hari ini.

"Paman, aku akan menelpon ayah. aku akan bilang sama ayah kalau paman berkunjung ke sini." ucap Kirana yang hendak melepas pelukan Pak Hasan. Pak Hasan memeluk erat Kirana pria itu melepas kacamatanya sembari mengusap air mata yang terus mengalir Kirana. "Ayah dan ibumu sudah ada di sini, mereka datang bersama paman." jawab Pak Hasan dengan suara yang sedikit gemetar. Dengan begitu susah pria itu menelan air liurnya, nafas yang sedikit terputus dengan kata-kata yang keluar.

"Di mana Paman? Kenapa ayah belum keluar? dari tadi aku menunggu ibu biasanya ibu kalau pukul tiga sore begini sudah pulang." ucapnya.

Dengan senyum yang begitu lebar Kirana berjalan mendekati mobil Pak Hasan. gadis kecil itu mencari sosok kedua orang tuanya di sana. sesaat kemudian mobil jenazah itu dipersilahkan masuk oleh si mbok. dua jenazah itu pun akhirnya dikeluarkan dari mobil jenazah, Kirana yang tersenyum begitu lebar pun dia nampak terkejut saat melihat dua sosok dikeluarkan dari mobil jenazah dan dibawa masuk ke dalam rumah mereka.

Jantung Kirana terasa terhenti saat melihat si mbok meneteskan air matanya dengan tangan yang menutup mulutnya. "Siapa mereka Paman? Kenapa mereka dibawa masuk rumahku?" tanya Kirana yang masih belum tahu.

Pak Hasan tidak menjawab, pria itu langsung menggendong Kirana dan membawa gadis kecil itu masuk ke dalam rumahnya. Pak satpam yang melihat dua majikannya itu sudah meninggal dia pun sangat terkejut. dengan langkah kaki lemas dia mengikuti orang-orang masuk ke rumah Firman dan Tania.

"Kirana, ada sebuah kecelakaan yang sudah menimpa orang tuamu, sayang." ucap lirih Pak Hasan yang masih menggendong Kirana.

Kirana adalah gadis yang pandai mendengar perkataan seperti itu seketika dia memberontak dan melepas gendongan Pak Hasan. tatapan matanya menatap dua jenazah yang tertutup kain putih itu. "Lepaskan aku Paman, lepaskan aku!" seru Kirana yang terus memukul tubuh Pak Hasan. suasana yang begitu sedih dengan pemikiran yang tidak terkatakan lagi, gadis kecil itu berlari mendekati jenazah orang tuanya. tangan mungil itu menarik perlahan kain putih yang menutupi tubuh dua orang itu. perlahan-lahan tangan mungil itu menarik kain putih, setelah itu dua bola mata Kirana melihat sosok ayahnya yang sudah terbujur kaku.

"Ayah.," ucapnya. setelah itu Kirana beralih ke jenazah yang satunya. "Ibu!" teriak Kirana dengan suara yang begitu keras. gadis kecil itu menangis dengan suara yang begitu keras. "Ayah! ibu! bangunlah! ayah ibu bangun!!" seru Kirana dengan suara yang menggelegar. tangisannya membuat siapapun yang mendengar terasa begitu menyiksa. Kirana terus menggoncang tubuh ayahnya meminta jenazah itu untuk bangun. "Kenapa kalian melakukan hal ini sama Kirana. bangun ayah bangun!!" seru Kirana.

Pak Hasan memeluk Kirana, pria itu memeluk gadis kecil itu dengan begitu erat. "Kamu harus tabah Kirana." ucapnya. dua tangan kekar itu memeluk Kirana, meminta gadis kecil itu untuk tidak bersedih.

"Paman, apa yang terjadi? kenapa ayah dan ibu meninggalkan aku, ini semua cuma candaan bukan, paman. mereka bercanda denganku kan?!" tanya Kirana dengan air mata yang terus berlinang.

Pak Hasan menggelengkan kepalanya.

"Bohong! kalian bohong, tadi pagi ayah berjanji akan memberikan aku hadiah jika aku sudah menyelesaikan tugasku!" seru Kirana.

petugas dari rumah sakit yang mengantar jenazah Firman dan Tania nampak mereka juga ikut meneteskan air matanya. suasana yang ada di rumah Firman benar-benar begitu menyedihkan, gadis kecil berusia 9 tahun itu tiba-tiba menjadi anak yatim piatu. sendiri tanpa orang tuanya, entah apa yang terjadi akan terjadi padanya.

"Kamu harus tabah, Kirana." si mbok yang kemudian memeluk Kirana.

"Mereka harus segera dimakamkan." ucap pak Hasan kepada si mbok.

Wanita tua itu hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia benar-benar begitu sedih dia sudah menganggap Firman dan Tania sebagai anaknya. bersama dengan Firman selama 10 tahun namun sekarang tiba-tiba semuanya harus seperti ini.

"Sabarlah, Kirana." ucap si mbok.

*Bersambung*

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

gak kebayang... bahkan diusia 42 thn, aku sangat terpukul saat ibu harus berpulang.... 😧😧

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!