KECELAKAAN YANG MERENGGUT

"Mas..," ucapnya.

Tania menahan kesakitan di perutnya, Firman berusaha bangun untuk menenangkan isterinya.

"Tuan jangan banyak bergerak." pinta petugas ambulance.

"Ekh..,"

Firman berusaha menahan sakitnya. dia terlihat lelah, tubuhnya sudah kehilangan banyak darah.

Perjalanan ke rumah sakit memakan waktu sekitar 18 menit, saat mereka telah sampai para petugas rumah sakit langsung membawa sepasang suami istri itu ke ruang perawatan. darah yang keluar sudah terlalu banyak, kondisi firman dan Tania benar-benar sangat kritis. dokter berusaha untuk memberikan pertolongan semaksimal mungkin.

"Di mana keluarga dari mereka berdua?" tanya dokter.

"Tidak ada dokter, yang tadi ikut kemari cuma salah satu pekerjanya." jawab perawat.

"Tolong katakan sama dia kita akan melakukan operasi karena mereka kehilangan banyak darah. minta salah satu keluarganya untuk cepat kemari." pintar dokter yang kemudian meminta para perawat membawa sepasang suami istri itu ke ruang operasi.

Salah satu pekerja bangunan yang ikut dengan firman dan Tania diminta untuk menghubungi keluarga sepasang suami istri itu. "Aduh.. bagaimana ini saya tidak tahu keluarga dari tuan firman dan nyonya Tania." jawabnya. pekerja bangunan itu kemudian ingat kalau Firman bekerja sama dengan pak Hasan. dengan segera bekerja itu menelpon pak Hasan karena sebenarnya pria itu adalah mandor dari tempat pak Hasan dahulu.

"Tolong ya pak, tolong bilang sama keluarganya untuk segera kemari kedua pasien itu sekarang kritis. mereka harus segera mendapatkan tindakan." jawabnya.

perawat akhirnya masuk kembali ke ruang operasi, sedangkan pekerja itu menelpon pak Hasan untuk memberitahu mengenai kondisi Firman dan istrinya. entah siapa yang sudah mencelakai sepasang suami istri itu, di rumah Firman dan Tania terlihat Kirana sedang bermain laptop. dia mengerjakan beberapa tugas dari ayahnya mengenai beberapa pelajaran dasar untuk kelas lebih besar.

"Kamu lagi mengerjakan apa, Kirana?" seorang pembantu wanita tua mendatangi Kirana dengan membawa sepiring makanan untuk gadis kecil itu.

"Ini loh mbok aku sedang mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang diberikan oleh ayah. ayah bilang kalau aku sudah selesai ayah bakal memberikan aku hadiah." jawabnya.

Kirana memperlihatkan beberapa pekerjaan yang diberikan oleh ayahnya kepada si mbok yang sudah bekerja dengan ayahnya selama beberapa tahun itu.

Pak Hasan yang sedang berada di rumahnya dia sedang membaca beberapa email dari sekretaris.

Brett..

Brett..

Ponsel pak Hasan berbunyi, pria itu langsung mengangkat ponselnya dan meletakkan berikan yang dia pegang. "Hallo." pak Hasan menjawab panggilan telepon.

"Tuan, gawat-gawat." jawabnya.

Anak buah pak Hasan memberikan informasi mengenai Firman dan Tania yang di tikam oleh seseorang.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang." jawab pak Hasan. pria itu membuang berkas-berkas yang tadi dia baca ke sembarang tempat.

Langkah kaki terburu-buru dan kebingungan saat pak Hasan mengetahui kabar mengenai Firman dan Tania. butuh waktu sekitar 30 menit ke rumah sakit tempat keberadaan sepasang suami istri itu.

*RUMAH SAKIT*

"Tuan." panggil anak buah pak Hasan.

"Di mana mereka?" tanya pak Hasan.

"Mereka di ruang operasi tuan." jawab anak buah pak Hasan.

Salah satu perawat mendatangi pak Hasan dan meminta pria itu menandatangani surat persetujuan operasi. satu jam telah berlalu, dua jam masih belum juga ada kabar mengenai kondisi Firman dan Tania.

"Tuan." panggil dokter yang baru keluar dari ruang operasi.

"Ya, dokter." pak Hasan langsung mendekati dokter.

"Masuklah tuan, pasien pria ingin berbicara." dokter yang kemudian masuk bersama pak Hasan.

Ketika dokter dan pak Hasan masuk terlihat dia menatap Firman dalam kondisi kritis. langkah kakinya begitu berat saat melihat pria lebih muda darinya itu terbaring dengan nafas yang terputus-putus.

"Firman." panggil lirih pak Hasan.

Salah satu tangan Firman terulur, dia begitu kesakitan dengan luka yang terus mengeluarkan darah. "Pa-man..," panggil lirih Firman.

"Apa yang terjadi padamu?" pak Hasan memegang tangan Firman.

Dua pria itu nampak saling menatap satu sama lain, Firman akan mengatakan sesuatu kepada pak Hasan. dengan berlinang air mata Firman melirik isterinya yang sudah tidak bernyawa.

"Firman, tenanglah." pak Hasan mengusap kepala Firman.

"Tolong.. tolong jaga putri-ku, tolong jaga putri-ku, paman." pinta Firman.

Dengan nada terputus-putus Firman meminta tolong kepada pak Hasan untuk menjaga putrinya. dia begitu kebingungan.

"Tenanglah Firman, aku akan menjaga putrimu, Aku berjanji akan menganggapnya sebagai putriku juga." jawab pak Hasan yang berusaha menenangkan Firman yang sudah sekarat.

Dengan senyum yang begitu dipaksakan Firman menggenggam tangan pak Hasan, dia berharap dengan begitu dalam pria yang sudah dianggap sebagai pamannya mau menerima putrinya. Putri yang begitu dia cintai, istrinya sudah pergi terlebih dahulu. sekarang dia sudah tidak mampu untuk bertahan lagi perlahan-lahan Firman tersenyum, hembusan nafas itu pun perlahan-lahan mulai melemah. pak Hasan berusaha menenangkan Firman.

"Dokter! dokter!" teriak pak Hasan.

Dia melihat Firman yang sudah memejamkan matanya, detak jantungnya sudah menghilang tak ada yang bisa dilakukan dokter saat masuk ke dalam ruangan itu. mereka mencoba untuk membantu Firman namun sayangnya Tuhan berkehendak lain. Firman menghembuskan nafasnya setelah sang istri.

"Ya Allah.. apa yang terjadi, dia masih sangat muda ya Allah. kenapa engkau harus mengambilnya." pak Hasan terduduk lemas. dia tidak akan pernah mengira rekan bisnisnya itu sudah tidak bernyawa lagi, antara kebingungan pak Hasan harus berusaha untuk mencari tahu siapa yang sudah mencelakai Firman dan istrinya.

"Bagaimana tuan?" tanya anak buah pak Firman yang bernama Bowo.

"Dia.. dia sudah meninggal Bowo. Firman sudah meninggal." jawab pak Hasan dengan nada suara yang benar-benar begitu tidak percaya. "Kenapa ini harus terjadi Bowo. Bagaimana aku akan membawa jenazah ini ke rumahnya? pasti putrinya sangat sedih." lanjutnya.

pak Hasan menandatangani surat kematian Firman dan istrinya, ada rasa bersalah kebingungan dan perasaan yang bercampur aduk. setelah surat kematian firman dan istrinya selesai pihak rumah sakit akhirnya membawa jenazah sepasang suami istri itu menuju rumah Firman. bersama dengan pak Hasan dan pak Bowo para petugas rumah sakit mengantar jenazah sepasang suami istri itu.

Di tempat Firman sendiri terlihat Kirana menunggu kedatangan kedua orang tuanya,dia berdiri di depan rumahnya menengok ke kanan dan ke kiri. masih belum datang juga kedua orang tuanya, hari sudah sore. sekarang sudah pukul 3 sore seharusnya ibunya sudah pulang terlebih dahulu, nyatanya belum ada kabar sama sekali dari orang tuanya. sekitar 15 menit kemudian terdengar sirine ambulans.

"Kirana." panggil simbok.

"Iya mbok." jawab Kirana.

"Kenapa ada mobil ambulans menuju kemari? itu di depan pagar rumah mobilnya terhenti." ucap si mbok.

"Nggak tahu mbok kenapa ada mobil ambulans berhenti di depan. itu pak satpam buka pintu." jawabnya.

setelah itu Kirana berjalan menuju pos satpam untuk melihat apa yang terjadi, simbok ikut bersama Kirana wanita tua itu merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya terus berdebar.

"Ada apa mbok?" tanya Kirana ketika salah satu tangan simbok memegang tangannya dengan begitu erat.

"Nggak tahu, hati mbok begitu gelisah jantung mbok berdebar begitu kencang. ada apa ya?" jawab si mbok yang berjalan bersama dengan Kirana menuju mobil ambulans yang berhenti di depan pagar rumah.

*Bersambung*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!