Rahasia Dokter Niko

Rahasia Dokter Niko

Hanya kuli bangunan

"Mas, minggu depan ada hajatan di rumah Paman. Jadi kiriman uang belanjanya di tambah ya. Aku mau beli baju, tas dan sandal baru. Aku malu dong Mas kalau harus pakai baju itu itu terus saat ada acara keluarga," cakap seorang perempuan dari seberang telpon dengan nada yang ketus kepada Niko.

"Iya Dek, nanti Mas kirim uangnya akhir pekan seperti biasa. Tapi Mas nggak janji bisa ngasih tambahan atau tidak, sebab Mas nggak dapat lemburan." jawab Niko dengan nada yang merendah, tetapi dia justru mendapat tanggapan dengan nada yang lebih tinggi dari istrinya yang bernama Mila.

"Aduh Mas, itu urusan kamu lah, bukan urusanku! Yang penting aku minta sama kamu karena kamu itu suamiku. Sebagai laki laki, harusnya kamu usaha dong bagaimana caranya bisa nurutin permintaan istri. Nyari kerjaan sampingan kek, atau jadi makelar kek atau apalah penting dapat duit yang banyak..." cerocos Mila, perempuan yang selama setahun terakhir ini menjadi istri Niko.

"Iya Dek, Mas kan udah berusaha bekerja dengan keras demi memenuhi kebutuhan keluarga kita. Kamu yang sabar ya, doain Mas agar dapat banyak rezeki dan bisa menuruti semua kemauan kamu." tukas Niko kemudian dengan tetap menjaga nada rendahnya. Dia sama sekali tidak terpancing emosi mendengar celotehan Mila, meski Mila dan keluarganya sering merendahkannya.

"Sabar, sabar terus! Sampai kapan harus sabar Mas? Kamu itu yang kreatif dong, cari kerjaan lain yang lebih berkelas biar aku nggak malu punya suami yang kerjanya cuma sebagai kuli bangunan!" cecar Mila kepada suaminya.

Sebelum dan selama menikah dengan Mila, Niko memang hanya seorang kuli bangunan yang sering bekerja dari kota ke kota demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Kehidupannya di desa membuat dia kesulitan untuk mencari pekerjaan yang pasti, sehingga satu satunya pilihan yang bisa di ambil tanpa memiliki latar pendidikan yang tinggi adalah menjadi kuli bangunan. Namun, profesi yang di geluti oleh Niko sering kali mendapat tanggapan sebelah mata dari keluarga Mila.

"Gimana Mila, kamu sudah bilang ke suamimu untuk minta duit yang lebih?" tanya mertua Niko yang bernama Sari kepada putrinya, setelah melihat mereka selesai berkomunikasi lewat telepon.

"Sudah Bu," jawab Mila dengan malas malasan.

"Terus, dia jawab apa? Nanti kiriman uang jatah belanja kamu akan di tambahin kan?" tanya Sari kemudian.

"Iya Bu, tapi tambahannya bukan uang, melainkan harus sabar!" sahut Mila, lagi lagi dengan nada yang masam.

"Apa? Sabar? Memang keterlaluan suami kamu itu! Laki laki nggak becus nyenengin keluarga! Dasar kere! Padahal Ibu kan juga mau beli baju dan tas baru untuk acara minggu depan!" geram Sari kepada Niko. Bukannya menasehati putrinya untuk bersabar ketika suaminya belum bisa memberi uang lebih, Sari justru malah mengolok olok menantunya.

"Entahlah Bu, dulu kan Ibu juga yang lebih dulu ngenalin dia sama aku. Kalau tau bakal hidup pas pasan gini, mending Mila dulu jadi TKW aja ke luar negeri dan dapat uang banyak!" ketus Mila menanggapi ocehan Ibunya. Dia protes kepada Sari, karena dulu memang Sari yang menyuruh Mila menikah dengan Niko.

"Ya mana Ibu tau kalau begini jadinya? Yang Ibu tau kan orang tuanya punya banyak tanah yang luas. Pasti kamu akan dapat banyak warisan. Eh, ternyata malah seperti ini." dalih Sari untuk membenarkan diri.

Ketika mereka sedang membicarakan Niko, tiba tiba terdengar pintu rumah mereka di ketuk. Mila bergegas berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Rupanya ada tetangga Mila yang datang memberikan oleh oleh setelah pergi berlibur.

Setelah menerima pemberian dari tetangganya, Mila menutup kembali pintu rumahnya dengan kasar. Dan dengan langkah lebar, dia berjalan ke arah Ibunya sambil berseru. "Nih lihat Bu! Mau sampai kapan kita ini hanya menerima pemberian oleh oleh dari liburan tetangga? Aku kan juga ingin pergi liburan? Tapi suamiku memang benar benar tidak bisa di andalkan!" geram Mila sembari membayangkan wajah Niko. Selama ini uang yang di berikan oleh Niko memang hanya pas untuk belanja kebutuhan sehari hari. Sementara Mila, dia selalu menuntut lebih dari Niko. Mila sering merasa iri jika ada tetangga yang bergaya hidup lebih. Niko tidak bisa menurutinya, sehingga Niko sering kali mendapat kalimat pedas dan buruk dari istri serta mertuanya.

"Kamu pikir, kamu aja yang merasa kesal? Ibu inj juga kesal. Lihat Bu Fatma tetangga sebelah, dia sering di belikan mantunya baju baru dan perhiasan baru. Lah Ibu? Boro boro suamimu mau ngasih baju baru dan perhiasan baru, uang belanja aja pas pasan. Makan tiap hari juga sama tahu, tempe dan telur!" timpal Sari. Dia memang gemar menjelekkan menantunya, bukan hanya di belakang Niko, tetapi juga di hadapannya ataupun di hadapan orang banyak.

Di lain tempat, Niko sedang melamun memikirkan ucapan istrinya yang makin hari makin kasar. Niko merasa tidak di hargai sama sekali. Jerih payahnya untuk bekerja keras menghidupi istri serta mertuanya, hanya di pandang sebelah mata. Dan ketika Niko tengah larut dalam lamunannya, dia mendengar suara seseorang.

"Dok, sepuluh menit lagi ada jadwal operasi. Semua sudah di persiapkan, dan tinggal menunggu kehadiran Dokter saja di ruang operasi." ucap seorang perawat.

Niko terkejut kala mendengar suara itu, dia kemudian membuang jauh pikiran tentang keluarganya, kemudian lebih fokus pada pekerjaannya.

Terpopuler

Comments

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Yg ini udah kontrak Mbak Say..... pasti dpt 20 bab terbaik.... duhhh pgn ih...

2023-09-11

1

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

padahal mah pake baju seadanya juga bisa ko, yg penting bisa bersyukur udah cukup.

hai ka, Zed mampir 🥰

2023-09-01

2

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

⚘🎤ƝƲƦƲԼ🎧♬

kerennya dokter jenius 😍

2023-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!