CARAMIA I Love You

CARAMIA I Love You

Marcellio Ferdinand Alexander

Suara kamera sejak tadi sesekali terdengar terbawa angin pantai. Di senja itu seorang pria dewasa masih asyik bermain dengan kameranya. Pantai, adalah tempat yang indah untuk dia mengeksplorasi kemampuan memotret yang selama ini terpendam.

Sesekali bibirnya tampak tersenyum lembut saat melihat hasil gambar yang berhasil dia dapatkan. Memotret adalah hobinya, tapi sayang semua itu harus dia pendam dan hanya bisa dia lakukan di waktu tertentu. Karena sebagai pewaris perusahaan besar dia harus tahu aturan yang berlaku.

Marcellio Ferdinand Alexander, pria dewasa yang sudah berusia 31 tahun. Putra pertama dari seorang pengusaha perhiasan yang terbesar di Indonesia. Menjadi seorang anak konglomerat tidak membuat hidupnya bahagia, bahkan hanya untuk sekedar menekuni hobi pun tidak bisa dia lakukan.

Hanya disaat-saat seperti ini Ferdinand menyempatkan diri. Dan pantai, adalah tujuannya.

"Cukup menarik, ini bisa jadi tambahan koleksi," gumamnya seorang diri.

Ferdinand kembali berjalan menyusuri bibir pantai, dimana semakin senja pemandangan dipantai itu semakin indah. Dia membidik kameranya ke berbagai spot yang dia rasa menarik. Hingga tanpa sengaja, lensa kamera itu menangkap sebuah pemandangan yang cukup indah. Seorang gadis dengan pandangan yang melamun jauh ke arah lautan lepas di depan sana.

Ferdinand menurunkan kameranya sejenak dan melirik ke arah gadis itu. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiran Ferdinand disana.

Cekrek

Satu gambar langsung tertangkap kamera Ferdinand, membuat pria itu tersenyum tipis. Sangat estetik dengan background matahari senja dan lautan lepas. Apalagi dengan wajah gadis itu yang terlihat sendu.

Namun, ketika akan mengambil gambar untuk yang kedua kali. Ferdinand dibuat terkesiap karena tiba-tiba gadis itu menoleh ke arahnya.

"Hai, sendirian?" sapa Ferdinand sembari mendekat ke arah gadis itu.

Gadis cantik dengan rambut panjang yang terurai dan sedikit berantakan karena angin pantai. Dia beranjak, berdiri dan memandang Ferdinand dengan ragu.

"Aku gak sengaja lewat disini, lagi ambil foto," Ferdinand berucap sembari menunjukkan kameranya.

Gadis itu terlihat menghela nafas lega dan mengangguk. Mungkin dia berpikir jika Ferdinand adalah orang jahat atau seorang preman. Tapi melihat penampilannya dan juga kamera yang Ferdinand bawa, membuat gadis itu bisa sedikit tenang.

"Gak apa-apa, duduk aja. Aku cuma numpang ambil gambar disini," ujar Ferdinand kembali.

Gadis itu tersenyum tipis dan menggeleng pelan.

"Nggak ganggu?" tanya gadis itu. Suaranya cukup lembut, dan … Ferdinand suka.

"Nggak kok. Malah udah dapat satu gambar kamu, lihat." Ferdinand langsung menunjukkan foto yang berhasil dia tangkap tadi. Membuat gadis itu langsung tersenyum malu.

"Cantik kan, pas banget sama background nya," ucap Ferdinand.

"Hapus aja deh, malu kalau disimpan," ujar gadis itu. Namun, Ferdinand malah tertawa kecil dan menggeleng pelan.

"Janganlah, sayang tahu. Bahkan aku mau minta kamu jadi model kalau kamu mau," tawar Ferdinand.

Gadis itu menggeleng pelan, "gak bakat jadi model."

"Siapa bilang, kamu diam dan melamun aja udah terlihat cantik. Mau ya, daripada galau sendiri. Entar aku kasih uang capek kok." Ferdinand kembali menawar dan mencoba merayu. Padahal ini bukan gayanya, tapi entah kenapa gadis dibalik senja ini terlihat menarik perhatian.

"Beberapa gambar aja," ujar Ferdinand.

Gadir itu tampak terdiam sesaat, menimang-nimang permintaan Ferdinand hingga akhirnya dia mengangguk pasrah.

"Tapi jangan diketawain," pintanya.

Ferdinand tersenyum dan mengangguk. Dia langsung menjulurkan tangannya pada gadis itu, "Aku Ferdinand, kamu bisa memanggilku, Ferdi."

"Caramia," jawab gadis itu sembari menjabat tangan Ferdi.

"Nama yang cantik," pujinya.

Caramia hanya tersenyum simpul dan langsung melepaskan genggaman tangan itu. Dia memalingkan wajahnya saat Ferdinand mulai mengotak atik kembali kameranya.

"Kita mulai," ajak Ferdinand.

Caramia mengangguk, "disini aja?" Tanyanya.

"Iya, kamu agak menghadap kesana ya," ujar Ferdinand sembari mengarahkan tubuh Mia menghadap ke laut.

"Oke, angkat sedikit kepala dan pejamkan mata kamu!" Ferdinand berseru sembari mulai membidik kameranya. Dan, berhasil satu gambar dia dapatkan, dan hasilnya sangat menarik.

Bukan hanya satu, tapi beberapa foto sudah tersimpan di memori kameranya. Foto dari seorang gadis asing yang sama sekali tidak dia kenal. Hingga tidak berapa lama, ponsel Ferdinand terdengar berdering. Bukan sekali dua kali, melainkan sudah beberapa kali.

Dengan malas dia merogoh ponsel dalam sakunya, tertera nama ayahnya disana. Dan panggilan itu sudah ada sekitar lima kali.

Ferdinand menghela nafas, lagi-lagi kesenangannya di ganggu.

Caramia yang melihat itu sedikit heran, "ada apa, bang?" Tanyanya.

"Aku sudah harus pergi, terima kasih untuk waktunya, ya. Semoga kita bertemu lagi. Ini imbalan kamu." Ferdinand menyerahkan beberapa lembar uang merah pada Mia. Membuat gadis terperangah dan langsung menggeleng kuat.

"Bang, ini banyak sekali!" Mia berseru memandang Ferdinand. Namun, pria itu sudah pergi dari sana.

"Gak apa-apa, sesuai dengan hasil yang aku mau. Sampai jumpa!" Seru Ferdinand. Bahkan dia sedikit berlari meninggalkan Caramia seorang diri.

Mia mematung dengan uang yang ada di tangannya. Memandang Ferdinand yang sudah menghilang di balik tumbuhan bakau.

Beberapa saat kemudian, di rumah utama keluarga Alexander. Ferdinand berdiri di hadapan Tuan Alex yang nampak marah. Pria tua itu memandang Ferdinand dengan tatapan tajam.

"Sudah berapa kali aku bilang untuk tidak bermain-main lagi, Marcel!" Bentaknya begitu kuat. Namun Ferdinand tetap diam.

"Beberapa klien kita dan petinggi perusahaan sudah sering mengeluh dengan kinerja mu disana. Kau sudah sering mangkir dari rapat penting dan malah melimpahkan semuanya pada Michael. Sebenarnya apa maumu ha!" Tuan Alex bertanya dengan nada marah.

"Bukannya Michael memang lebih baik dariku, jadi sudah tugasnya untuk mengambil alih itu kan," sahut Ferdinand.

Tuan Alex meradang, dia langsung menampar wajah Ferdinand dengan kuat. "Kau benar-benar tidak bisa diatur. Kau itu anak pertama dikeluarga ini, tapi sama sekali tidak becus!" Bentaknya begitu menggebu.

Ferdinand mengusap wajahnya yang memanas, sepanas hatinya mendengar ucapan Tuan Alex.

"Jika kau tidak bisa mengurus perusahaan dengan baik, maka kau harus segera melanjutkan pertunangan dengan Amira bulan depan," ujar Tuan Alex.

"Aku tidak mau, papa!" sahut Ferdinand.

"Tidak ada bantahan, setidaknya kau bisa berguna untuk perusahaan. Pernikahan bisnis bisa memajukan perusahaan Jewelry." Tuan Alex berkata dengan tegas tanpa ingin dibantah.

"Tidak akan, jika papa mau papa bisa meminta Michael melakukan itu," sahut Ferdinand.

"Kau!" Tuan Alex kembali meradang, dia menarik kamera yang tergantung di leher Ferdinand dengan kuat. "Gara-gara benda sialan ini kau selalu membangkang Marcel! Sudah aku bilang aku membencinya!"

Prak

Mata Ferdinand langsung membesar saat kamera kesayangannya dibanting dengan kuat oleh tuan Alex.

"Papa!" Ferdinand berseru tidak habis pikir. Itu adalah kamera kesayangan Ferdinand, peninggalan dari almarhumah ibunya. Tapi dengan teganya Tuan Alex menghancurkannya?

"Sudah cukup!" seru Ferdinand. "Sudah cukup selama ini aku bersabar dan menuruti semua keinginan papa. Tapi sedikitpun papa tidak pernah mau menghargai apa yang aku mau. Dimata papa hanya Michael dan Michael. Maka sekarang terserah, aku sudah muak berada disini!" Ferdinand berkata dengan segenap perasaannya. Dia berlutut, memunguti kamera yang sudah pecah itu dan langsung pergi dari sana.

"Marcellio!" Teriak Tuan Alex. Namun Ferdinand tidak lagi menghiraukannya. Dia sudah kecewa dan lebih memilih untuk keluar dan pergi dari rumah itu.

Terpopuler

Comments

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

aku mampir kaka. suka kesel kalau orangtua suka membanding2kan anaknya deh. semoga aku bukan termasuk orangtua modelan kayak gitu.

2023-08-11

1

Egy Erlangga

Egy Erlangga

udah di sangka dari awal klo ferdi ank orf kaya.
memang org tua yg kyak gini yg gak patut di cntoh tamak akan harta sampek pernikahanpun harus setara. tapi bos nya kan arya selama bersama arya pasti baik2 saja.
thor baca judulnya emang kyaknya cinta ferdi hanya untuk mia gak ada yg laen

2023-08-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!