Setelah pulang dari rumah Tuan Alex, Ferdinand membawa Mia ke sebuah taman bunga terbesar yang ada di kota itu. Taman bunga milik Pak Arya.
Mereka berjalan santai mengitari taman bunga tulip yang cukup luas. Dan suasana ini bisa membuat hati Mia sedikit lebih baik setelah sebelumnya terasa seperti tidak bisa bernafas.
"Mia," panggil Ferdinand tiba-tiba.
Mia yang sedang memandang pemandangan disana langsung menoleh ke arah Ferdinand. Pria tampan ini terlihat tidak enak setelah mereka keluar dari rumah itu. Sepertinya dia masih memikirkan perkataan dari ayahnya.
"Maaf atas sikap ayah dan adikku, juga Amira." Ferdinand berucap sembari menghela nafas panjang.
"Amira adalah orang yang ingin dijodohkan papa untukku. Tapi aku menolak, karena kamu bisa melihat sendiri bagaimana sikap angkuhnya itu," ungkap Ferdinand.
"Mungkin dia seperti itu karena dia sakit hati Abang tolak." Sahut Mia.
"Entahlah, tapi aku benar-benar tidak menyukainya. Sejak dulu, hingga sekarang." Jawab Ferdinand.
Mata Mia mengerjap, memandang Ferdinand yang memandang jauh kedepan, namun beberapa saat kemudian, dia kembali menoleh pada Mia hingga membuat Mia merasa canggung.
"Terima kasih sudah mau membantuku, aku tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah ini jika tidak ada kamu," ucap Ferdinand.
Mia tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Mereka terus berjalan menyusuri petakan bunga tulip yang tumbuh subur di sana.
"Abang juga udah baik banget mau bantu bayar uang rumah sakit Ibu, kalau nggak ada Abang, Mia gak tahu bagaimana jadinya keadaan Ibu sekarang." Sahut Mia pula.
Ferdinand mendengus senyum, dia menoleh pada Mia dan menghentikan langkahnya, hingga membuat Mia juga ikut berhenti. "Tapi kamu pasti tahu, jika drama ini nggak akan bisa berhenti sampai disini saja," ucap Ferdinand.
Mia tertegun, dia memandang Ferdinand dengan ragu. Namun sedikit terkesiap saat pria itu meraih tangannya dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku sungguh berterima kasih karena kamu sudah membantuku, tapi aku harap kamu masih mau membantu sampai papa tidak lagi menuntut hubungan kita." Pinta Ferdinand.
"Tapi bagaimana mungkin? Tuan besar malah ingin meminta Abang untuk nikahi Mia. Dan lagi, bagaimana dengan Nona Amira? Dia terlihat sangat marah." Mia berucap dengan nada takut, walau bagaimanapun kebohongan ini pasti akan berdampak buruk jika ketahuan.
"Aku tahu ini rumit, tapi aku pasti akan mencari jalan keluarnya. Untuk sekarang, aku mohon sama kamu, bersikaplah seperti kita adalah pasangan kekasih yang sesungguhnya. Bisa kan," pinta Ferdinand. Wajah memohonnya itu membuat Mia merasa tidak enak. Apalagi dengan semua kebaikan Ferdinand. Uang sebanyak itu tidak akan bisa Mia lunasi dengan cepat, mungkin dengan menuruti keinginan pria ini, Mia bisa sedikit lebih tenang sembari memikirkan cara untuk membayar hutangnya.
"Mia!" Panggil Ferdinand.
Mia menghela nafas sejenak, dan kemudian mengangguk pasrah. "Ya, Mia akan turuti permintaan Abang," jawabnya.
Ferdinand langsung tersenyum senang mendengar itu. Bahkan tanpa sadar dia langsung memeluk Mia. "Terima kasih, terima kasih banyak," ucapnya.
Mia tertegun, lagi-lagi jantungnya berdebar kencang mendapat perlakuan dari Ferdinand seperti ini.
"Emh, iya. Tapi bolehkah lepas dulu bang, Mia malu dilihat orang," pinta Mia.
Ferdinand terkesiap, dia langsung melepaskan pelukannya dan memandang Mia dengan canggung. "Eh, maaf. Aku, aku terlalu bahagia. Aku tidak bermaksud begitu," ucap Ferdinand sembari mengusap tengkuknya sejenak.
Mia tersenyum canggung dan menggeleng pelan, "nggak apa-apa. Kita jalan lagi?" Ajak Mia, berusaha mengurai rasa canggung di antara mereka.
Ferdinand mengangguk dan kembali berjalan mengitari taman bunga itu. "Bagaimana kondisi ibu?" Tanya Ferdinand
"Sudah lebih baik, tinggal masa pemulihan aja. Ya walaupun kondisi ibu masih sangat lemah sekarang." Jawab Mia dengan sendu.
"Ibu pasti sembuh, harus banyak berdoa," ujar Ferdinand.
"Iya, Bang." Jawab Mia.
Mereka kembali berjalan santai, mencoba untuk menenangkan hati yang sama-sama sedang dilanda gundah. Mia dengan kondisi ibunya dan Ferdinand dengan permasalahan hidupnya. Tapi, semua memang harus mereka jalani. Tidak mungkin mereka terus larut dalam kesedihan seperti ini.
"Abang, sampai kapan akan jadi supir pak Arya terus?" Tanya Mia, saat ini mereka sudah duduk dibawah pohon rindang.
Ferdinand yang sedang mengotak-atik ponselnya langsung menoleh ke arah Mia. "Entahlah, mungkin tidak lama karena papa mau aku kembali ke perusahaan." Jawab Ferdinand.
"Mia masih gak nyangka kalau Abang adalah putra dari Tuan Alex," ungkap Mia.
Ferdinand langsung tertawa kecil mendengar itu. "Kamu percaya aku supir ya?" Tanya Ferdinand.
"Nggak juga sih, cuma awalnya Mia fikir Abang itu fotografer. Tapi kemarin waktu pertama kali kita ketemu di perusahaan malah lihat Abang jadi supir. Nah sekarang, malah tahu Abang anak orang kaya." Ungkap Mia begitu polosnya. Membuat Ferdinand kembali tertawa kecil.
"Padahal udah hidup enak, kenapa juga milih jadi supir dan hidup diluar?" Tanya Mia. Dia memandang Ferdinand yang nampak menghela nafas panjang.
"Ada banyak hal yang membuat aku pergi dari rumah. Salah satunya ya karena perjodohan itu." Jawab Ferdinand.
"Mungkin Tuan Alex ingin yang terbaik untuk Abang. Nona Amira juga cantik dan berkelas, bukannya kalian sama," ucap Mia kembali.
Ferdinand kembali menggeleng pelan, "menikah itu untuk seumur hidup. Dan seumur hidup itu lama. Aku gak mau menghabiskan waktuku untuk seseorang yang gak bisa sedikitpun menghargai orang lain." Jawabnya dengan yakin.
Mia tertegun mendengar itu.
"Perasaan tidak bisa dipaksa, Mia." Tambahnya lagi.
"Ya, benar juga." Jawab Mia.
"Kamu sendiri? Apa sudah memiliki seseorang yang menjadi penghuni hati?" Tanya Ferdinand.
Mia terdiam sejenak, namun sedetik kemudian dia menggeleng dan tersenyum tipis. "Nggak ada," jawabnya.
"Pembohong sekali," goda Ferdinand dengan tawa kecil.
"Gak percaya yasudah," sahut Mia.
"Aku kira karyawan Pak Arya yang bernama Rangga itu kekasih kamu," ucap Ferdinand kembali.
"Dia sahabat Mia dan Pelangi dari jaman SMA. Kami udah cukup dekat," jawab Mia.
"Pantesan aja," sahut Ferdinand.
"Pantesan apa?" Tanya Mia kembali.
Ferdinand menggeleng. Dia beranjak dari duduknya dan langsung menjulurkan tangannya pada Mia.
"Nggak ada, sekarang lebih baik kamu jadi model aku lagi," ujar Ferdinand.
Mia mendongak, memandang Ferdinand dengan bingung. "Kan nggak bawa kamera," Mia berucap sembari meraih tangan Ferdinand dan ikut beranjak juga.
"Masih ada ponsel. Aku suka gak bisa nahan kalau lihat pemandangan indah seperti ini. Apalagi pas ada modelnya juga," jawab Ferdinand.
Mia langsung mendengus senyum mendengar itu. "Mia gak bakat jadi model," ucapnya.
"Bakat kok, kamu aja gak tahu." Sahut Ferdinand. "Yuk, kita kesana. Aku pengen foto kamu di bunga-bunga putih itu." Ajak Ferdinand kembali. Bahkan tanpa ragu dia menarik tangan Mia menuju petakan tulip yang berwarna putih.
Mia memandang tangannya yang digenggam Ferdinand, seiring dengan langkah kakinya yang mengikuti lelaki itu.
Entah sejak kapan mereka bisa menjadi sedekat ini. Padahal sebelumnya mereka hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal.
"Nah, kamu berdiri disini ya. Jangan lupa senyum supaya makin manis," ujar Ferdinand seraya mengedipkan sebelah matanya.
Mia langsung tersenyum malu mendengar itu, "jangan suka godain orang," sahut Mia.
"Siapa yang godain. Aku bilang yang sejujurnya." Jawab Ferdinand sembari mundur kebelakang dan mencari tempat yang pas untuk mengambil gambar.
"Oke, siap ya!" Seru Ferdinand.
Mia mulai mengambil pose diri yang menurutnya pas, tersenyum di depan Ferdinand hingga tidak lama kemudian beberapa gambar bisa tertangkap oleh kamera ponsel itu.
Bibir Ferdinand terangkat sempurna, membentuk sebuah senyum yang begitu puas.
"Cantik," ucapnya saat mendapatkan gambar Mia yang sempurna. Dress merah yang dia kenakan dan juga rambut hitam yang terurai panjang sangat kontras berada diantara ratusan tulip putih itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Erlangga❤
lah kok cpet bnget jadi supirnya.. klo ke perusahaan bisa2 nnti ada ulet bulu thor.. dan pasti nnti ganggu hub mia dan ferdi dan ferdi pasti kmbali tertekan lagi
2023-08-13
0