Mengejar Cinta Juragan Tampan
Di sebuah pemakaman umum, terdapat seorang gadis yang sedang duduk di antara dua makam. Tubuh mungil gadis itu itu gemetar menahan tangis, nama gadis itu adalah Reya Tavisha.
"Aku akan pergi meninggalkan kalian, aku sudah tidak bisa lagi menghadapi mereka. Aku lelah Ma, Pa. Aku ingin memulai hidup baru di tempat yang tidak ada orang mengenalku" ujar Reya sambil mengusap air matanya.
"Restui apa yang akan aku lakukan, selamat tinggal Ma, Pa" Reya mencium kedua batu nisan orang tuanya dan mengusapnya.
Reya berjalan meninggalkan makam itu menuju mobilnya yang ada di parkiran. Dia melajukan mobilnya menuju rumah barunya, meski menempuh waktu yang lama dia memilih berkendara sendiri karena tidak ingin ditemukan oleh mereka. Bahkan mobil yang dipakai Reya adalah mobil baru yang belum pernah dia pakai.
Di tengah perjalanan Reya menelfon sahabatnya, "Halo Anggel" ucap Reya saat sudah panggjlan sudah tersambung.
"Halo Rey, kamu dimana? Aku tadi ke rumahmu tapi orang lain yang membukanya, kamu jual rumahmya?" cecar Anggel saat mendengar suara Reya.
"Tenang dulu Gel, aku memang sudah menjual rumahku. Sekarang aku sedang perjalanan ke rumah baruku, aku menelfonmu untuk mengabari ini" Rehya dengan tenang menjawab pertanyaan Anggel.
"Kamu pindah kemana Rey, apa harus segitunya kamu pergi menghindari mereka?" tanya Anggel dengan ironis.
"Mau bagaimana lagi Gel, aku tidak ingin hidupku terganggu oleh mereka. Jika seperti itu terus, aku tidak akan bisa menemukan kedamaian" Reya tersenyum kecut saat mengatakannya, dia merasa sangat sedih kenapa susah sekali menemukan ketenangan.
"Aku pindah ke Jawa Timur, di sekitar kaki gunung Lawu. Nanti aku kasih kamu alamatnya, kalau kamu ada waktu bisa sesekali datang menemuiku" lanjut Reya.
"Kenapa jauh sekali Rey, kamu pergi kesana sendirian?" tanya Anggel dengan kawatir akan keselamatan Reya.
"Iya, aku berkendara sendiri. Jika aku memakai kendaraan umum mereka pasti akan bisa menemukan keberadaanku" terdengar suara tangis dari sebrang telefon.
"Kenapa kamu harus mengalami ini semua Rey, rasanya aku ingin membagi kesusahanmu denganku tapi tidak bisa" kata Anggel sambil terisak.
"Sudah jangan menangis, aku saja tidak menangis. Sudah dulu ya, aku harus berkonsentrasi menyetir" ucap Reya.
"Perhatikan keselamatan, jika mengantuk atau lelah kamu harus istirahat dulu" ujar Anggel menasehati Reya.
"Iya tuan putri, sempai jumpa lagi" ucap Reya sambil tersenyum walau pun dia tahu Anggel tidak bisa melihat senyumnya.
"Sampai jumpa"
Setelah menutup sambungan telefon, Reya memfokuskan pikirannya untuk mengemudi. Sesekali dia berhenti di rest area untuk istirahat dan melaksanakan sholat. Sekitar 10 jam kemudian Reya telah sampai di kota tujuannya, dia tidak lanjut ke desa yang dia tuju karena hari sudah malam.
Dia memilih untuk menginap sebentar di hotel sebab dia pikir rumahnya yang baru pasti terdapat debu karena tidak ada yang membersihkan, tidak mungkin dia membersihkan di malam hari seperti ini.
Ke esokan harinya sekitar jam 8 pagi, Reya berangkat menuju desa tempat tinggal barunya. Sebelum memasuki desa Reya sudah disuguhi pemandangan yang indah, sepanjang perjalana ke desa dia melihat banyak sekali pohin rindang di pinggir jalan.
Hamparan sawah yang luas nan indah, udara yang masih sejuk dan segar membuat Reya membuka kaca mobilnya untuk menikmati kesejukannya. Sebelum memasuki desa terdapat plang nama di gerbangnya, Desa Padi itulah nama desanya.
Reya melajukan mobilnya untuk mencari alamat rumahnya yang di berikan oleh pemilik rumah sebelumnya, tapi karena dia belum pernah datang ke desa itu dia mengalami kesulitan untuk menemukan alamatnya. Reya membelinya melalui perantara makelar tanah dan hanya pernah melihat rumah itu melalui foto yang diberikan kepadanya.
Reya menghentika mobilnya di dekat seorang ibu - ibu yang sedang istirahat di dekat saung, dia berjalan menghampiri ibu itu.
"Perimsi bu, saya mau numpang tanya" ucap Reya sambil tersenyum ramah.
"Iya Mbak, mau tanya apa?" jawab ibu itu dengan ramah.
"Saya mau tanya alamat ini bu" Reya mengeluarkan kertas dari saku celananya dan memberikannya ke Ibu itu.
"oh ini tau aku Mbak, sebentar tak panggilkan anakku biar di anter sama dia" jawab Ibu itu dengan logat jawanya yang kental.
"Tole, reneo diluk" teriak ibu itu, dari kejauhan terlihat segerombolan anak kecil yang sedang bermain di pematang sawah. Salah satu dari mereka berdiri dan berlari menghampiri Reya dan Ibu itu.
"Ana apa buk? Aku lagi enak main malah dipanggil" ucap anak itu dengan kesal saat sudah sampai di depan ibunya.
"kamu itu di panggil mesti ada sebabnya, ini kamu anter Mbaknya ke rumah kosong di dekat rumahnya juragan Nalendra" ujar Ibu itu sambil memukul kepala anaknya pelan, anak itu mengusap kepalanya sebentar sebelum menjawab perkataan Ibunya.
"Iya, iya. Ayo Mbak cantik ikut aku" ucap anak itu sambil tersenyum manis ke arah Reya.
"Ayo dek, mari bu" Reya menganggukkan kepalanya ke ibu itu.
Reya berjalan mengikuti anak itu, baru beberapa langkah berjalan dia mendengar ibu itu berbicara.
"Wo bocah celulek an, enek wong wedok ayu ae langsung gelem di kongkon"
Reya tidak bergitu mengerti apa yang sedang ibu itu katakan, tapi setelah mendengar perkataan ibu itu sang anak malah tertawa cekikikan. Reya mengajak anak itu untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Wah, mobilnya bagus ya Mbak" ujar anak itu dengan kagum melihat interoir mobil
"Terima kasih pujiannya. Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Reya melirik ke arah anak itu.
"Panggil aja aku Tole Mbak, rumahku gak jauh dari rumah yang Mbak cari. Mbak mau tinggal di rumah itu ya?" tanya Tole dengan penasaran.
"Iya Le, aku mau pindah kesana. Kalau Tole sama teman - temanmu ada waktu bisa main ke rumah, nanti aku bikinkan kue buat kalian" ucap Reya.
"Pasti Mbak, aku akan sering datang. Apa lagi kalau di kasih kue, pasti lebih rajin datang" ujar Tole sambil tertawa, Reya juga ikut tertawa mendengar perkataan Tole.
Reya melajukan mobilnya dengan lambat, selang tiga menit kemudian Tole meminta Reya untuk berhenti, "Berhenti Mbak, itu di sebelah kiri rumah yang Mbak cari" tunjuk Tole ke arah sebuah rumah yang terlihat tidak terawat.
Reya menghentikan mobilnya di halaman depan rumah itu, dia melihat rumah itu sangat tidak terawat. Dia tidak menduga keadaan rumah barunya akan separah ini.
Banyak daun kering yang berserakan, rumput liar yang tumbuh subur, dan ada beberapa dahan pohon yang patah. Reya hanya menghela nafas melihat keadaan rumah barunya itu, padahal Reya sudah memberi uang ke makelar untuk merapikan rumahnya tapi apa yang di dapati Reya malah seperti ini.
"Mbak mau aku bantu bersihkan?" tanya Tole yang kasihan melihat raut muka Reya yang terlihat syok.
"Tole mau bantu?" tanya Reya untuk memastikan.
"Tentu, aku panggilkan teman - temanku dulu Mbak biar tambah banyak yaang bantu" ucap Tole dengan semagat.
"Wah makasih ya, nanti setelah bersih - bersih akan Mbak buatkan kue dan belikan kalian es krim" ujar Reya dengan bahagia karena mendapat bantuan.
"Asik makan es krim dan kue" teriak Tole dengan kegirangan.
"Aku panggil temanku dulu Mbak" ucap Tole sambil berlari menginggalkan Reya.
"Padahal bisa aku jemput temannya dengan mobil, malah dia jemput sendiri" ujar Reya sambil menggelengkan kepalanya.
Reya kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah rumahnya, dia menyingsingkan bajunya dan mengambil sapu dari dalam mobil. Reya sudah membawa beberapa peralatan kebersihan, peralatan masak, dan peralatan makan. Reya mulai menyapu halaman terlebih dahulu, dia berencana memberskan bagian luar baru bagian dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments