NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Juragan Tampan

Rumah Baru

Di sebuah pemakaman umum, terdapat seorang gadis yang sedang duduk di antara dua makam. Tubuh mungil gadis itu itu gemetar menahan tangis, nama gadis itu adalah Reya Tavisha.

"Aku akan pergi meninggalkan kalian, aku sudah tidak bisa lagi menghadapi mereka. Aku lelah Ma, Pa. Aku ingin memulai hidup baru di tempat yang tidak ada orang mengenalku" ujar Reya sambil mengusap air matanya.

"Restui apa yang akan aku lakukan, selamat tinggal Ma, Pa" Reya mencium kedua batu nisan orang tuanya dan mengusapnya.

Reya berjalan meninggalkan makam itu menuju mobilnya yang ada di parkiran. Dia melajukan mobilnya menuju rumah barunya, meski menempuh waktu yang lama dia memilih berkendara sendiri karena tidak ingin ditemukan oleh mereka. Bahkan mobil yang dipakai Reya adalah mobil baru yang belum pernah dia pakai.

Di tengah perjalanan Reya menelfon sahabatnya, "Halo Anggel" ucap Reya saat sudah panggjlan sudah tersambung.

"Halo Rey, kamu dimana? Aku tadi ke rumahmu tapi orang lain yang membukanya, kamu jual rumahmya?" cecar Anggel saat mendengar suara Reya.

"Tenang dulu Gel, aku memang sudah menjual rumahku. Sekarang aku sedang perjalanan ke rumah baruku, aku menelfonmu untuk mengabari ini" Rehya dengan tenang menjawab pertanyaan Anggel.

"Kamu pindah kemana Rey, apa harus segitunya kamu pergi menghindari mereka?" tanya Anggel dengan ironis.

"Mau bagaimana lagi Gel, aku tidak ingin hidupku terganggu oleh mereka. Jika seperti itu terus, aku tidak akan bisa menemukan kedamaian" Reya tersenyum kecut saat mengatakannya, dia merasa sangat sedih kenapa susah sekali menemukan ketenangan.

"Aku pindah ke Jawa Timur, di sekitar kaki gunung Lawu. Nanti aku kasih kamu alamatnya, kalau kamu ada waktu bisa sesekali datang menemuiku" lanjut Reya.

"Kenapa jauh sekali Rey, kamu pergi kesana sendirian?" tanya Anggel dengan kawatir akan keselamatan Reya.

"Iya, aku berkendara sendiri. Jika aku memakai kendaraan umum mereka pasti akan bisa menemukan keberadaanku" terdengar suara tangis dari sebrang telefon.

"Kenapa kamu harus mengalami ini semua Rey, rasanya aku ingin membagi kesusahanmu denganku tapi tidak bisa" kata Anggel sambil terisak.

"Sudah jangan menangis, aku saja tidak menangis. Sudah dulu ya, aku harus berkonsentrasi menyetir" ucap Reya.

"Perhatikan keselamatan, jika mengantuk atau lelah kamu harus istirahat dulu" ujar Anggel menasehati Reya.

"Iya tuan putri, sempai jumpa lagi" ucap Reya sambil tersenyum walau pun dia tahu Anggel tidak bisa melihat senyumnya.

"Sampai jumpa"

Setelah menutup sambungan telefon, Reya memfokuskan pikirannya untuk mengemudi. Sesekali dia berhenti di rest area untuk istirahat dan melaksanakan sholat. Sekitar 10 jam kemudian Reya telah sampai di kota tujuannya, dia tidak lanjut ke desa yang dia tuju karena hari sudah malam.

Dia memilih untuk menginap sebentar di hotel sebab dia pikir rumahnya yang baru pasti terdapat debu karena tidak ada yang membersihkan, tidak mungkin dia membersihkan di malam hari seperti ini.

Ke esokan harinya sekitar jam 8 pagi, Reya berangkat menuju desa tempat tinggal barunya. Sebelum memasuki desa Reya sudah disuguhi pemandangan yang indah, sepanjang perjalana ke desa dia melihat banyak sekali pohin rindang di pinggir jalan.

Hamparan sawah yang luas nan indah, udara yang masih sejuk dan segar membuat Reya membuka kaca mobilnya untuk menikmati kesejukannya. Sebelum memasuki desa terdapat plang nama di gerbangnya, Desa Padi itulah nama desanya.

Reya melajukan mobilnya untuk mencari alamat rumahnya yang di berikan oleh pemilik rumah sebelumnya, tapi karena dia belum pernah datang ke desa itu dia mengalami kesulitan untuk menemukan alamatnya. Reya membelinya melalui perantara makelar tanah dan hanya pernah melihat rumah itu melalui foto yang diberikan kepadanya.

Reya menghentika mobilnya di dekat seorang ibu - ibu yang sedang istirahat di dekat saung, dia berjalan menghampiri ibu itu.

"Perimsi bu, saya mau numpang tanya" ucap Reya sambil tersenyum ramah.

"Iya Mbak, mau tanya apa?" jawab ibu itu dengan ramah.

"Saya mau tanya alamat ini bu" Reya mengeluarkan kertas dari saku celananya dan memberikannya ke Ibu itu.

"oh ini tau aku Mbak, sebentar tak panggilkan anakku biar di anter sama dia" jawab Ibu itu dengan logat jawanya yang kental.

"Tole, reneo diluk" teriak ibu itu, dari kejauhan terlihat segerombolan anak kecil yang sedang bermain di pematang sawah. Salah satu dari mereka berdiri dan berlari menghampiri Reya dan Ibu itu.

"Ana apa buk? Aku lagi enak main malah dipanggil" ucap anak itu dengan kesal saat sudah sampai di depan ibunya.

"kamu itu di panggil mesti ada sebabnya, ini kamu anter Mbaknya ke rumah kosong di dekat rumahnya juragan Nalendra" ujar Ibu itu sambil memukul kepala anaknya pelan, anak itu mengusap kepalanya sebentar sebelum menjawab perkataan Ibunya.

"Iya, iya. Ayo Mbak cantik ikut aku" ucap anak itu sambil tersenyum manis ke arah Reya.

"Ayo dek, mari bu" Reya menganggukkan kepalanya ke ibu itu.

Reya berjalan mengikuti anak itu, baru beberapa langkah berjalan dia mendengar ibu itu berbicara.

"Wo bocah celulek an, enek wong wedok ayu ae langsung gelem di kongkon"

Reya tidak bergitu mengerti apa yang sedang ibu itu katakan, tapi setelah mendengar perkataan ibu itu sang anak malah tertawa cekikikan. Reya mengajak anak itu untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Wah, mobilnya bagus ya Mbak" ujar anak itu dengan kagum melihat interoir mobil

"Terima kasih pujiannya. Oh ya, nama kamu siapa?" tanya Reya melirik ke arah anak itu.

"Panggil aja aku Tole Mbak, rumahku gak jauh dari rumah yang Mbak cari. Mbak mau tinggal di rumah itu ya?" tanya Tole dengan penasaran.

"Iya Le, aku mau pindah kesana. Kalau Tole sama teman - temanmu ada waktu bisa main ke rumah, nanti aku bikinkan kue buat kalian" ucap Reya.

"Pasti Mbak, aku akan sering datang. Apa lagi kalau di kasih kue, pasti lebih rajin datang" ujar Tole sambil tertawa, Reya juga ikut tertawa mendengar perkataan Tole.

Reya melajukan mobilnya dengan lambat, selang tiga menit kemudian Tole meminta Reya untuk berhenti, "Berhenti Mbak, itu di sebelah kiri rumah yang Mbak cari" tunjuk Tole ke arah sebuah rumah yang terlihat tidak terawat.

Reya menghentikan mobilnya di halaman depan rumah itu, dia melihat rumah itu sangat tidak terawat. Dia tidak menduga keadaan rumah barunya akan separah ini.

Banyak daun kering yang berserakan, rumput liar yang tumbuh subur, dan ada beberapa dahan pohon yang patah. Reya hanya menghela nafas melihat keadaan rumah barunya itu, padahal Reya sudah memberi uang ke makelar untuk merapikan rumahnya tapi apa yang di dapati Reya malah seperti ini.

"Mbak mau aku bantu bersihkan?" tanya Tole yang kasihan melihat raut muka Reya yang terlihat syok.

"Tole mau bantu?" tanya Reya untuk memastikan.

"Tentu, aku panggilkan teman - temanku dulu Mbak biar tambah banyak yaang bantu" ucap Tole dengan semagat.

"Wah makasih ya, nanti setelah bersih - bersih akan Mbak buatkan kue dan belikan kalian es krim" ujar Reya dengan bahagia karena mendapat bantuan.

"Asik makan es krim dan kue" teriak Tole dengan kegirangan.

"Aku panggil temanku dulu Mbak" ucap Tole sambil berlari menginggalkan Reya.

"Padahal bisa aku jemput temannya dengan mobil, malah dia jemput sendiri" ujar Reya sambil menggelengkan kepalanya.

Reya kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah rumahnya, dia menyingsingkan bajunya dan mengambil sapu dari dalam mobil. Reya sudah membawa beberapa peralatan kebersihan, peralatan masak, dan peralatan makan. Reya mulai menyapu halaman terlebih dahulu, dia berencana memberskan bagian luar baru bagian dalam.

Bersih - bersih

"Mbak, kami datang" dari kejauhan Tole berteriak ke arah Reya di ikuti teman - temannya yang melambaikan tangannya. Mereka datang membawa peralatan berkebun, ada yang membawa arit, sapu, dan ikrak.

Reya balas melambai ke arah mereka, "Kalian bawa semua ini dari mana?" tanya Reya saat mereka saat sudah sampai di depannya.

"Kami mengambilnya dari rumah Mbak" jawab Tole dengan santainya.

"Kalian sudah izin ke orang tua kalian?" lanjut Reya bertanya. Mereka semua diam dan saling lirik, kemudian mereka mengangguk secara bersamaan.

"Bagus kalau begitu. Oh ya, nama kalian siapa? Kalau namaku Reya" ucap Reya memperkenalkan dirinya.

"Aku Agus" ucap salah satu anak yang paling tinggi di antara anak yang lain sambil mengangkat tangannya.

"kalau aku Indah Mbak" ucap satu - satunya anak perempuan yang ada di sana.

"Aku Doni Mbak, anak paling tampan sedesa" ucap anak yang rambutnya berpotingan cepak dengan bangga. Ucapan Doni di sambut sorakan temannya yang lain dan dia balas dengan senyum cerahnya.

"Ayo Mbak, kita mulai bersih - bersihnya" ajak Tole sambil mengangkat arit di tangannya.

"Kalau begitu kita bagi tugas, Tole kamu cabut rumputnya tapi jangan pakai arit nanti bahaya kalau kena tanganmu. Lalu Indah kamu juga cabut rumput sama Tole, Agus dan Doni sapu daun kering yang berserakan itu. Nanti Mbak yang akan mengurus rumput yang tinggi dan dahan pohon yang patah. Tole, Mbak pinjam arit kamu ya!" jelas Reya ke semuanya.

Anak - anak mengangguk dan mulai mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh Reya, mereka semua dengan semangat membersihkan halaman. Daun - daun kering yang di sapu oleh Agus dan Doni di kumpulkan di satu titik yang nantinya akan Reya bakar, sedangkan untuk rumput yang masih basah Reya tumpuk dulu untuk menunggu kering.

Reya mengalami kesukitan saat menyeret sebingkah potongan batang pohon mangga, "Ada yang bisa bantu Mbak buat angkat kayu ini?" tanya Reya ke arah anak - anak yang sedang melihat daun yang Reya bakar tadi.

"Aku bantu Mbak" ujar Agus yang langsung berlari ke arah Reya. Mereka berdua menyeret batang pohon itu ke arah daun yang terbakar, kemudian Reya mendorongnya masuk ke dalam tumpukan daun yang terbakar.

"Akhirnya selesai juga kita membersihkannya, ayo kita makan dulu. Mbak ada roti di mobil" ucap Reya mengajak mereka ke arah mobil yang terparkir di bawah pohon mangga, semuanya dengan semangat mengikuti Reya.

Setelah membagikan roti, mereka semua duduk di samping mobil dengan alas tikar yang Reya bawa. Mereka menghabiskan waktu sekitar tiga jam untuk membersihkan halaman rumah, setelah selesai makan roti Reya meminta anak - anak untuk pulang dulu.

"Setelah selesai makan roti kalian pulang dulu ya, nanti di cariin ibu kalian. Ini sudah siang, waktunya makan siang. Mbak gak punya sayuran yang bisa di masak untuk kalian" ucap Reya.

"Tapi bagian dalam rumah Mbak yang belum di bersihkan?" tanya Indah dengan perhatian.

"Nanti Mbak bersihkan sendiri, setelah selesai makan nanti kalian datang ke sini lagi ya. Sesuai janji Mbak nanti akan Mbak belikan es krim sama di buatkan kue" jelas Reya.

"oke kalau gitu Mbak" jawab Indah dengan semangat, anak - anak yang lain juga mengangguk ke arah Reya.

Setelah selesai makan roti, semua anak pamit pulang meninggalkan Reya sendirian. Reya kemudian berjalan ke depan pintu rumah dan membuka kunci pintu.

Saat pintu sudah di buka, Reya melihat ruangan yang kosong tanpa ada furnitur. Reya langsung syok dan berjalan ke arah semua ruangan yang ada di rumah, dia mendapati kalau tidak ada furnitur sama sekali di seluruh rumah bahkan satu buah kursi juga tidak ada.

Reya mengelus pangkal hidungnya untuk menekan amarah, "Makelar sialan, dia nipu aku. Katanya sudah ada furnitur, ini malah gak ada satu pun furnitur. Bagaimana aku tidur nanti malam" ucap Reya sambil mengela nafas kesal.

"Udah gak bersihin rumahnya, furniturnya pun gak ada. Makan uang haram dia" lanjut Reya dengan kesal.

Reya menenangkan amarahnya sebentar, setelah sedikit tenang dia mulai memberaihkan debu dan sarang laba - laba yang ada di dalam rumah. Pertama - tama dia membersihkan sarang laba - laba dengan sapu, kemudian mulai menyapu lantai. Setelah selesai menyapu Reya mengepel seluruh lantai, untungnya dia membawa pel - pelan putar yang ada embernya.

Selesai membersihkan semuanya, Reya merebahkan tubuhnya di lantai. Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan bagian dalam rumah karena tidak ada furnitur yang mengganggu proses bersih - bersih dan tidak perlu mengelap debu di furnitur atau menjemur kasur, Reya hanya mebutuhkan waktu sekitar 1,5 jam saja.

Reya mengusap perutnya yang dari tadi sudah berbunyi, roti yang dia makan tadi sudah habis di cerna dan sekarang dia mulai lapar. Ingin pergi ke warung tapi dia tidak tau dimana warungnya, dia hanya bisa mengela nafas lelah. Saat sedang meratapi nasibnya, dia mendengar suara Tole dari depan rumah.

"Mbak Reya" teriak Role dari depan rumah, Reya segera bangun dan berjalan ke depan rumah. Saat dia sampai di depan, Reya melihat Tole yang sedang berdiri membawa sebuah kotak makan.

"Ada apa Tole? Sudah selesai makan?" tanya Reya.

"Sudah Mbak, ini ibuku ngasih makanan buat Mbak Reya. Katanya kasian Mbak baru pindah pasti gak punya apa - apa buat di masak" ucap Tole sambil menyerahkan kotak makan ke Reya.

"Makasih Tole, tau aja Mbak lagi lapar" kata Reya sambil mengambil kotak makan yang di sodorkan oleh Tole.

"Ayo masuk dulu, setelah Mbak selesai makan kita beli es krim dan bahan untuk kue" lanjut Reya membersilahkan Tole masuk ke dalam.

Reya kemudian duduk di tengah - tengah ruangan dan mulai memakan makanan yang Tole berikan. Selagi Reya makan, Tole melihat ke sekeliling ruangan.

"Mbak ini gak ada kursi sama sekali?" tanya Tole dengan heran.

"Belum ada Le, nanti kamu bantu Mbak tunjukin toko furnitur ya. Sekalian beli nanti" jawab Reya setelah menelan makanan yanga da di mulutnya.

"Woke Mbak" ucap Tole sambil mengacungkan jempolnya. Tole kemudian duduk di depan Reya menunggu Reya selesai makan.

Setelah selesai Reya dan Tole bersiap untuk pergi belanja kebutuhan, "teman - temanmu belum datang?" tanya Reya saat anak - anak lainnya yang tidak kunjung datang.

Sebelum Tole menjawab pertanyaan Reya, terdengar suara anak - anak yang memanggil nama Reya dan Tole.

"Mbak Reya, Tole. Tunggu kami" teriak semua anak - anak sambil melambaikan tangan dari kejauhan, mereka berteriak karena melihat Reya dan Tole yang akan masuk ke dalam mobil.

"Ayo cepat, nanti kami tinggal lo" teriak Tole menakut - nakuti semuanya, mendengar teriakan Tole semua anak langsung berlari ke arah Reya. Sesampainya di depan Reya, semua anak terengah - engah kehabisan nafas.

"Gak usah lari, gak akan Mbak tinggal kok. Ayo semuanya masuk ke dalam mobil" ucap Reya sambil membuka pintu mobil.

Mereka semua segera masuk ke dalam mobil, Tole duduk di kursi depan. Sedangkan Agus, Doni dan Indah duduk di kursi tengah. Sepanjang perjalanan mereka bercanda ria.

Tiba - tiba saat mobil Reya akan keluar dari gerbang desa, ada seekor anak sapi yang menyebrang jalan. Sontak Reya menghentikan mobilnya dengan cepat, hal itu menyebabkan tubuh semua orang tersentak ke depan.

Anak Sapi

Setelah Reya menghentikan mobilnya, dia langsung memeriksa keadaan anak - anak yang ada di dalam mobil.

"Kalian baik - baik saja?" tanya Reya melihat ke semua anak, mereka menganggukkan kepala ke arah Reya.

"Kami baik - baik saja Mbak" jawab Agus dan Indah berbarengan, Reya menghela nafas lega melihat tidak ada yang terluka.

Dia kemudian turun dari mobil dan memeriksa keadaan anak sapi tadi. Reya melihat anak sapi itu terduduk di pinggir jalan, dia berusaha membuat anak sapi itu berdiri. Saat berhasil berdiri, Reya menyadari kalau ada luka di kaki belakang anak sapi itu.

Ternyata sapi itu sempat terserempet bodi mobil Reya yang menyebabkan anak sapi itu pincang, Reya merasa kebingungan bagaimana mengatasi masalah ini. Tidak ada orang di sekitarnya yang bisa di tanya tentang pemilik sapinya.

Melihat Reya yang kebingungan, Tole dan Doni turun dari mobil. Mereka berjalan menghampiri Reya yang jongkok di samping anak sapi itu.

"Mbak sapinya terluka?" tanya Doni saat sampai di samping Reya.

"Kakinya luka, kalian tau ini sapi siapa?" tanya Reya. Doni dan Tole saling pandang seakan bertanya melalui tatapan mata, apa salah satu dari mereka mengenal pemilik anak sapi itu.

Sayangnya Doni dan Tole tidak tau pemiliknya karena di desa mereka banyak orang yang mempunya sapi, "Kami tidak tau Mbak" jawab Doni.

"Bagaimana kalau kita ke Lek Toyo saja, dia kepala desa kita Mbak" saran Tole.

"Ide bagus itu Le, tapi sapinya ini terluka. Lebih baik kita bawa ke dokter hewan dulu baru ke rumah kepala desa" ucap Reya.

Mereka bertiga kemudian mengangkat anak sapi itu untuk di masukkan ke dalam mobil, anak sapi itu di taruh di bagasi belakang mobil.

"Mbak, kok anak sapinya di masukkan?" tanya Indah saat mereka bertiga sudah kembali duduk di dalam mobil.

"Kakinya terluka, kita antar anak sapinya ke dokter hewan dulu ya" jawab Reya melihat ke belakang kursinya.

"Tapi Mbak, kan Mbak masih harus beli banyak barang. Apa masih sempat waktunya?" tanya Indah yang terlihat bingung.

"Kita antar anak sapinya ke dokter, lalu kita titipkan di kliniknya dulu. Terus kita bisa belanja, kalian tau klinik dokter hewan tidak?" jelas Reya, saat ditanya tentang klinik dokter hewan semua anak menggelengkan kepalanya tanda tidak ada yang tau tempatnya.

"Gak masalah kalau gak ada yang tau, kita pakai google maps saja. Nanti setelah ke klinik, kita ke toko furnitur dan toko kue dulu ya. Es krimnya kita beli di warung yang ada di desa" ucap Reya dengan memberi penjelasan ke semuanya.

"Oke Mbak" teriak semua anak dengan gembira. Reya kemudian membuka google maps dan mulai mengikuti arahnnya. Sepanjang jalan, sesekali terdengan suara anak sapi yang melenguh.

Sesampainya di klinik hewan, Reya dibantu Agus dan Tole menurunkan anak sapi itu. Saat membawa anak sapi mengambil nomor antrian, Reya di tatap oleh semua orang yang sedang mengantri. Reya merasa agak malu saat di tatap mereka.

Mungkin di fikiran orang - orang itu, Reya terlihat agak aneh karena membawa anak sapi ke klinik hewan. Reya berusaha mengabaikan tatapan semua orang, dia menunggu di ruang tunggu bersama dengan Tole saja. Anak - anak yang lain menunggu di dalam mobil karena terlalu ramai jika semua ikut turun.

Cukup lama Reya dan Tole mengantri, sekitar 45 menit baru giliran Reya. Reya dan Tole menggotong anak sapi itu untuk masuk ke ruang periksa.

"Wah tidak biasanya ada sapi di sini" canda sang dokter saat melihat Reya dan tole masuk. Reya dan Tole hanya membalas ucapan dokter itu dengan tawa saja.

Setelelah membaringkan anak sapi itu di ranjang/meja periksa, dokter itu mulai bertanya tentang keluhannya.

"Keluhannya apa ini?" tanya dokter itu.

"Tadi keserempet mobil Dok, itu kaki belakangnya kelihatannya luka" jawab Reya sambil menunjuk ke arah kaki belakang anak sapi.

Dokter itu mengangguk dan kemudian memeriksa kaki belakang anak sapi, kemudian ke bagian tubuh lainnya. Kemudian dokter itu mulai mengambil obat dan alat untuk mengobati anak sapinya.

Setelah selesai mengobati Reya bertanya apa ada masalah yang serius, "Lukanya serius gak dok?" tanya Reya dengan kawatir.

"Enggak masalah, ini cuma luka luar saja. Beberapa hari lagi juga sudah bisa berjalan normal kok" jawab dokter itu sambil membereskan semua peralatannya.

Reya menghela nafas lega setelah mendengar penjelasan dokter, dia kemudian membawa keluar anak sapi itu dengan Tole. Reya meminta Tole untuk menunggunya sebentar karena mau membayar biaya pengobatan.

"Kak, berapa total biayanya?" tanya Reya saat sudah sampai di kasir.

"Totalnya seratus ribu rupiah Kak, mau tunai apa pakai kartu?" jawab perawat dengan ramah.

"Tunai saja Kak" Reya kemudian merogoh tasnya dan mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribu rupiah.

"Ini Kak. Oh ya, boleh nitip anak sapinya sebentar gak di depan klinik?" tanya Reya saat menyerahkan uangnya.

"Boleh Mbak, tapi nanti jangan lupa di ambilnya" jawab perawat itu setengah bercanda, Reya tertawa pelan karena ucapan perawat itu.

Setelah selesai mengurus pebayaran, Reya mengajak Tole ke depan untuk mengikat anak sapi ke salah satu pohon yang ada di parkiran. Reya memastikan talinya sudah kuat baru meninggalkan sapi itu.

Reya membawa anak - anak ke toko furnitur, dia berencana membeli kasur, lemari, meja, sofa dan kompor terlebih dahulu. Untuk furnitur lainnya Reya akan membelinya nanti saja.

Anak - anak sangat senang mencoba beberapa kasur dan sofa bersama Reya. Setelah memilih semua yang dia butuhkan, Reya segera membayar dan memberikan alamat rumahnya agar segera di antar sebelum magrib.

Kemudian mereka semua ke pasar yang tidak jauh dari toko furnitur, Reya membeli bahan kue dan bahan untuk makan malam.

Saat semua kebutuhan sudah terpenuhi mereka menjemput anak sapi yang masih ada di klinik, Reya melajukan mobilnya kembali ke desa. Reya mengikuti arahan Tole untuk sampai ke rumah Lek Toyo.

Sesampainya Reya di rumah Lek Toyo, dia melihat ada beberapa Bapak - bapak yang telihat sedang mengobrol di depan rumah. Mereka terlihat sangat serius, ada raut ketakutan dan kawatir di wajah mereka. Reya yang ingin turun menjadi agak segan, dia takut menganggu pembicaraan mereka.

"Ayo Mbak turun" ajak Tole melihat Reya yang tidak kunjung turun.

"Itu di depan terlihat sedang ada perbincangan yang serius Le, apa tidak masalah kita turun sekarang?" tanya Reya mengungkapkan kekawatirannya.

"Gak masalah Mbak, itu salah satu di antara mereka ada bapakku" ucap Agus sambil menunjuk ke salah satu Bapak - bapak yang memakai baju abu - abu.

Reya akhirnya turun setelah mendengar bujukan merka, dia dan Tole menurunkan anak sapi. Sebelum Reya berjalan ke depan rumah kepala desa, Agus sudah berteriak memanggil bapaknya.

"Bapak" teriak Agus sambil berlari ke arah bapaknya, mendengar teriakan Agus sontak membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

"loh Gos, dari mana?" tanya bapak Agus saat melihat Agus turun dari mobil.

"Dari nganteri Mbak Reya belanja. Oh ya, kita juga nemu anak sapi Pak" jawab Agus. Mendengar perkataan Agus, semua orang melihat ke arah Reya yang sedang kesusahan membawa anak sapi dengan Tole.

"Syukurlah, ternyata gak hilang anak sapinya" ucap salah satu bapak - bapak yang agak berisi.

"Sore Pak, ini tadi saya gak sengaja menyerempet anak sapi. Kakinya terluka, tapi sudah saya bawa ke dokter dan sudah di obati. Kira - kira ini anak sapi siapa ya?" tanya Reya saat sudah berdiri di depan Bapak - bapak di ikuti semua anak - anak yang ada di belakangnya.

"Itu sapinya Juragan Nalendra yang sedang saya angon tadi mbk, ikatan talinya tadi lepas dari pohon. Untung ketemu Mbak, kalau tidak bisa kena masalah aku" ucap bapaknya Agus.

Reya hanya tersenyum saja karena tidak tau harus menjawab apa, dia yang menabrak kenapa malah di beri ucapan terima kasih. Itu membuat Reya bingung dan malu.

"Sekarang anak sapinya ketemu, kamu bawa sana ke kandang. Jangan sampai hilang lagi" ucap seorang Bapak - bapak yang kelihatannya itu adalah Lek Toyo.

"Mbak baru di sini ya? perkenalkan saya kepala desa disini. Nama saya Toyo, panggil saja Lek Toyo" lanjut Lek Toyo memperkenalkan dirinya.

"Saya Reya Lek, kalau begitu kami pamit dulu Lek kalau tidak ada masalah lagi" ucap Reya yang ingin segera pulang. Lek Toyo mengangguk ke arah Reya dan melambaikan tangannya untuk mempersilahkan pergi.

Reya dan anak - anak kemudian pergi ke warung untuk membeli es krim. Setelah mendapat es krim, mereka kembali ke rumah Reya. Sesampainya di rumah, Reya segera membuat kue sesuai janjinya tadi sambil menunggu kedatanga furnitur yang di belinya. Anak - anak bermain di ruangan depan sambil memakan es krim mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!