Semenjak berkenalan dengan ibu - ibu yang nongkrong di rumah Tole, Reya sering datang untuk mengobrol dengan mereka saat sedang tidak ada kerjaan di rumah atau pun saat Tole dkk. tidak bermain ke rumahnya.
Kemarin saat sedang bermain di rumah Reya, Agus memiliki ide untuk memancing belut di sore hari. Saat Reya mendengar ide Agus, Reya langsung ingin ikut dengan mereka karena dia belum pernah menciba memancing belut.
Sekarang Reya sedang menunggu kedatangan anak - anak untuk menjemputnya, dia membawa beberapa kukis dan air mineral yang dapat mereka konsumsi nanti.
"Mbak Reya kami datang" ucap Indah melambaikan tangannya, Reya langsung melambaikan tangannya untuk membalasnya.
"Ayo Mbak kita langsung ke sawah, aku juga sudah membawa senar pancing buat Mbak Reya" ucap Doni sambil melambai - lambaikan senar yang ada di tangannya.
"Wah makasih Don, ini Mbak juga bawa kukis dan air buat kita nanti" Reya menunjukkan tas kain yang ada di tangannya.
Mereka semua kemudian berjalan menuju sawah. Jarak antara rumah Reya dan sawah terbilang cukup jauh, sekitar 500 meter. Sesampainya mereka di sawah, mereka langsung mencari lubang kecil yang ada di pematang sawah.
"Di sini ada dua lubang" Indah melabaikan tangannya ke arah teman - temannya, semua orang segera datang menghampiri Indah.
"Ayo Mbak, sini aku ajari dulu. Nanti Mbak lihat ya cara aku nangkepnya. Pokoknya ini di kasih cacing dulu terus di masukkan ke lubang, nanti Mbak puter - puter deh senarnya. Nah nanti pas kerasa agak berat tsrik deh" Tole memberikan penjelasan kepada Reya terlebih dahulu.
Kemudian Tole mulai memperagakan caranya ke Reya, Reya dengan serius melihat bagaimana Tole memancing belut. Tidak lama setelang memasukkan kail pancingnya, Tole langsung menarik senar dan terlihat ada seekor belut berukuran sedang.
"Nah gimana Mbak, Sudah bisakan?" tanya Tole, Reya mengganguk mendengar pertanyaan Tole.
"Ayo Mbak coba ke lubah di sebelahnya" lanjut Tole sambil menunjuk ke lubang yang ada di samping lubang yang sudah dipancingnya tadi.
Reya kemudian mulai mempraktikan pelajaran yang baru dia dapat, dia mulai mengaitkan cacing ke kail. Kemudian dia memasukkan kail ke dalam lubang dan memutar senarnya. Tidak lama Reya merasakan ada sesuatu yang menarik senarnya, dia buru - buru menarik senarnya.
Saat ditarik ada seekor belut berukuran besar yang terjerat kailnya, Reya agak terkejut dengan ukurannya. Reya refles melempatkan senarnya karena dia pikir telah memancing seekor ular.
"Ah ular" teriak Reya sambil melempar senarnya. Anak - anak kaget dan agar menjauh dari luabang, beberapa saat kemudian Doni mendekat lagi ke lubah dan memperhatikan belut yang di lempat Reya.
"Hahaha, itu bukan ular Mbak. Itu belut besar, bikin kaget aja Mbak Reya ini" ucap Doni sambil tertawa karena kebodohan Reya membuat semua orang kaget.
Mereka semua kemudian tertawa saat tau itu hanay belut yang berukuran besar, "Maaf, Mbak gak tau" ujar Reya dengan malu karena ke bodohannya.
"ayo kita berpencar saja biar lebih cepat mencari belutnya, tapi nanti Mbak Reya jangan teriak ular lagi ya pas dapet belut" saran Doni sambil mengejek Reya.
Semua tertawa dengan ejekan Doni termasuk Reya yang tertawa malu, "Oke, ayo mencar" ucap Agus.
Mereka semua kemudian berpencar ke bebagai posisi. Berdasarkan pengalamannya tadi, Reya tidak ingin melakukan kesalahan lagi. Saat sudah merasakan tarikan dari kailnya, Reya akan pelan - pelan menarik senarnya agar dapat melihat dengan jelas apakan belut atau ular yang dia pancing.
Mereka memancing hampir dua jam, kemudian Reya meminta semua anak - anak instirahat dulu untuk memakan camilan di bawah pohon belimbing.
"Ayo makan dulu kukisnya" Reya membuka kotak bekalnya dan meletakkannya di tengah - tengah mereka. Satu per satu dengan semangat mereka semua mengambil kukis yang ada di kotak, Reya memilih untuk minun air terlebih dahulu karena ke sudah haus.
"Kukis buatan Mbak Reya enak banget" puji Indah saat sedang mengunyah kukisnya.
"Jelaslah, Mbak Reya kan pinter buat roti - rotian" lanjut Doni memuji Reya. Reya yang di puji tertawa dengan gembira.
"Mbak mau tanya nih, semenjak Mbak pindah ke sini kok karang ya melihat yang seumuran dengan Mbak?" tanya Reya yang semenjak kemarin sudah ingin menanyakan hal ini.
"Oh itu karena semua semua yang sudah lulus SMA pergi kerja keluar kota Mbak, nanti kalau aku sudah besar juga pengen kerja keluar kota" jawab Doni.
"Ada juga sih beberapa yang di desa, mereka biasanya dari keluarga yang mampu. Tapi mereka sukanya kumpul dengan kelompok mereka sendiri, kalau bahasa gaulnya apa itu namanya lupa aku. Oh ya, ngegeng" lanjut Doni menjelaskan, Reya mengangguk mendengar penjelasan Doni.
"Kalau aku nanti mau kerja jadi TKI mbk, biar bisa bangun rumah buat orang tuaku. Kasian mereka kerja panas - panasan di sawah" cetuk Indah dengan semangat.
Hati Reya merasa tereyuh mendengar perkataan Indah dan Doni, mereka masih kecil tapi sudah memikirkan ingin bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Dia merasa bersyukur karena memiliki kehidupan yang berkecukupan, Reya kemudian berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Ayo ini kukisnya di habiskan dulu" ujar Reya sambil mengambil sepotong kukis. Mereka kemudian mulai bercerita tentang kegiatan mereka tadi di sekolah.
Lima belas menit kemudian saat semua sudah puas makan kukis dan istirahat, mereka memutuskan untuk lanjut memancing belut. Mereka mulai berpencar lagi ke beberapa tempat.
Tiba - tiba saat semua sedang fokus memancing, terdengar suara teriakan Reya. Refleks semuanya melihat ke posisi Reya, ternyata Reya terpeleset saat sedang berlindah posisi.
Anak - anak kemudian menghampiri Reya yang terduduk di pematang sawah, " Mbak apanya yang sakit?" tanya Indah yang kawatir dengan kondisi Reya.
"Kaki Mbak sakit" jawab Reya sambil meringis menahan rasa sakit di kakinya.
"Mbak bisa berdiri tidak? Kalau tidak bisa kami bantu papah saja buat ke puskesmas" ucap Tole yang merasa kasihan dengan kondisi Reya.
Reya berusaha berdiri tapi tidak bisa, Agus dan Doni kemudian berusaha membuat Reya berdiri. Tapi usaha mereka gagal karena perbedaan tinggi mereka, dimana Reya memiliki postur tubuh yang lebih tinggi.
"Bagaimana ini kita tidak bisa mengangkat Mbak Reya?" tanya Agus dengan bingung.
"Kita cari bantuan saya" ucap indah memberi solusi, mereka kemudian mengalihkan pandangan ke sekitar dan melihat ada seseorang yang sedang dudu di sebuah saung.
"Itu ada orang di saung, ayo kita minta bantuannya" tunjuk Doni ke arah yang dia maksud. Mereka mengalihkan pandangan ke arah yang di tunjuk Doni, Tole tiba - tiba menarik tangan Doni yang akan berjalan ke saung.
"Tunggu, kamu yakin mau minta tolong ke orang itu?" tanya Tole dengan agak tidak yakin.
"Iyalah mau minta tolong ke siapa lagi?" jawba Doni dengan sangat yakin, Tole kemudian meneguk ludahnya dengan kasar.
"Don, itu Juragan Nalendra. Yakin nih kita ke sana?" ucap Tole dengan nada takut. Mereka terdiam mendengar peekataan Tole, mereka tiba - tiba menjadi ciut nyalinya.
Indah melihat ke arah Reya yang kesakitan, dia merasa tidak tega jika harus membuat Reya terlalu lama menunggu untuk di obati.
"Sudah ayo kita kesana, kasian itu Mbak Reya kesakitan" ucap Indah sambil menunjuk ke arah Reya yang mengerang kesakitan.
Mereka akhirnya membulatkan tekatnya dan berjalan ke arah saung dengan hati - hati. Sesampainya mereka di sana, Agus berusaha berbicara dengan Juragan Nalendra karena dialah yang paling tua diantara mereka.
"Anu, permisi Juragan" ucap Agus dengan hati - hati, Juragan Nalendra kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mereka. Melihat tatapan Juragan Nalendra, mereka menjadi ketakutan.
Agus menyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa - apa, " Itu Juragan, kami mau minta tolong. Tolong bantu kami untuk membawa Mbak Reya ke puskesmas, tadi dia jatuh" ucap Doni sambil menundukkan kepalanya di ikuti oleh yang lainnya.
Tidak ada tanggapan dari Juragan Nalendra selama beberapa saat, "Ayo kesana" ucap Juragan Nalendra tiba - tiba.
Anak - anak mendongkkan kepalanya dan langsung tersenyum bahagia. Mereka kemudian membawa Juragan Nalendra ke tempat Reya jatuh tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments