Tetangga

Sudah hampir satu minggu Reya tinggal di rumah barunya, tapi dia belum sempat berkunjung ke rumah tetangga. Hanya Tole dkk. saja yang sering bermain ke rumahnya, itu pun hanya saat siang menjelang sore karena mereka harus sekolah.

Hari ini Reya memutuskan untuk membuat bolu yang nantinya akan dia bagikan ke tetangga sebagai salam perkenalan. Dia membuat sekitar lima loyang bolu yang dia masukkan ke dalam kardus kue yang dia beli kemarin.

Reya membawa salah satu bolu ke rumah yang ada di sebelah kanannya, rumah itu terlihat oaling besar dan mewah di banding dengan rumah disekitarnya. Terlihat halaman depan terawat sangat rapi dan banyak di tanami bunga dan beberapa pohon buah.

Reya mengetuk pintu rumah itu tapi setelah lima menit menunggu tidak ada jawaban dari dalam, "Permisi, apa ada orang?" teriak Reya. Sayangnya teriakannya itu tidak ada orang yang membalas.

"Apa tidak ada orang ya? Atau aku bawa pulang saja bolunya" gumam Reya yang masih berdiri di depan pintu.

"Cari siapa Mbak?" terdengar suara seorang bapak - bapak dari pinggir jalan, bapak itu berjalan menghampiri Reya.

"Ini Pak, saya mau ngasih bolu ke pemilik rumah. Bapak pemiliknya?" tanya Reya dengan senyum ramah yang terpatri di wajahnya.

"Bukan Mbak, ini rumah Juragan Nalendra. Bolunya taruh saja di pintu, biasanya sekarang ini Juragan sedang mantau kandang sapi. Nanti tak kasih tau Juragan kalo Mbak yang ngasih, nama Mbaknya siapa?" jelas bapak itu panjang lebar.

"Saya Reya pak, saya baru pindah ke rumah di samping itu beberapa hari yang lalu" ucap Reya sambil menunjuk ke arah rumahnya.

"Walah warga baru to, moga betah ya Mbak disini. Perkenalkan namaku pakdhe Totok, yo wis ya Mbak aku mau ke kandangnya Juragan dulu. Mau dinas" canda padhe Totok.

"wah iya Pakdhe, hati - hati di jalan" jawab Reya sambil tertawa kecil karena guyonan pakdhe Totok.

Setelah pakdhe Totok pergi, Reya menngaitkan kresek yang berisi bolu di gagang pintu. Setelah itu Reya belum beranjak dari sana, dia masih berdiri di depan rumah Juragan Nalendra. Reya berfikir bagaimana jika tetangga yang lainnya juga tidak ada di rumah, melainkan sibuk di kandang atau sawah.

Reya teringat kata Tole kalau sekitar jam satu siang, biasanya ada beberapa Ibu - ibu yang berkumpul di rumahnya untuk mengobrol. Reya akhirnya memutuskan untuk pulang dan pergi ke rumah Tole jam satu siang nanti.

Reya kemudian melanjutkan pekerjaannya yang tertunda kemarin, Reya merupakan seorang desain grafis lepas. Jika ada orang atau perusahaan yang ingin membeli jasanya, baru dia akan bekerja. Jika tidak ada, maka dia akan sesekali membuat karakter animasi yang dia jual di situs jual beli gambar. Dia juga masih mempunyai banyak uang di tabungannya.

Penghasilan yang di terima dari pekerjaannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari - harinya. Sebelumnya, kebutuhan pribadinya akan di penuhi oleh kedua orang tuanya. Ayahnya mempunya perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan, sehingga keluarga termasuk keluarga yang berkecukupan atau bahkan bisa dibilang lebih.

Sebenarnya desain grafis hanyalah hobi Reya, sejak kecil dia sangat suka menggambar. Orang tua Reya tau itu dan berusaha memfasilitasinya agar Reya semakin berkembang.

Semenjak di tinggal kedua orang tuanya beberapa bulan yang lalu, Reya memutuskan untuk menjual perusahaannya ke pesaing Ayahnya dan dia pindah ke desa untuk menghindari beberapa orang jahat yang menginginkan harta peninggalan orang tuanya.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam satu siang, Reya kemudian melaksanalan sholat dahulu dan makan siang sebelum ke rumah Tole. Reya membawa sisa empat bolu ke rumah Tole, dia membawanya dengan menggunakan tas kain karena dia kesulitan untuk membawanya.

Reya berjalan ke rumah Tole mengikuti perkataan Tole kemarin yang berkata bahwa rumahnya hanya berjarak dua tau tiga rumah di sebelah selatan dari rumah Reya.

Reya melihat ada tiga Ibu - ibu yang sedang duduk di dipan yang terdapat di depan sebuah rumah, dia yakin kalau itu adalah rumah Tole. Reya bergegas berjalan ke sana dan menyapa semuanya.

"Siang bu, saya Reya. Saya warga baru di sini, ini saya membuat beberapa bolu untuk Ibu - ibu" ucap Reya sambil mengangkat tas kain yang di bawanya.

"Oalah Mbak Reya kok repot - repot sih, ayo sini duduk bareng" ucap Ibunya Tole sambil mengarahkan Reya untuk duduk di sebelahnya.

"Makasih Bu" ucap Reya sambil berjalan ke samping ibunya Tole, dia kemudian meletakkan tas kainnya di tengah - tengah dan duduk di samping Ibunya Tole.

"Mbak Reya belum tau namaku kan? Aku Yayuk, panggil aja Lek Yayuk. Terus ini Lek Sri yang pakai baju kuning dan ini Mbah Nem yang pakek baju bunga - bunga" ucap ibunya Tole yang bernama Lek Yayuk sambil memperkenalkan semua orang yang ada di sana.

"Iki to Mbak Reya yang katanya pindah rumah kosong di samping rumah Juragan Nalendra, gimana betah gak sama rumah barunya?" tanya Lek Sri sambil membuka satu kotak bolu yang di bagikan ke semuanya.

"Ya Alhamdulillah Lek, sudah lumayan nyaman di sana" jawab Reya sambil tersenyum cerah ke Lek Sri.

"Giman rasanya tinggal di dekat Juragan Nalendra mbk? Ada momen - momen menegangkan gak?" tanya Mbah Nem dengan nada mengajak bergosip.

"Ah enggak ada apa - apa sih Mbah, memang ada apa kok Mbah tanya sepetri itu?" tanya Reya dengan penasaran.

"Loh kamu gak tau siapa Juragan Nalendra itu? Tole gak bilang apa - apa ke kamu?" tanya Lek Yayuk dengan kaget.

"Gak ada Lek, Tole gak ngomong apa - apa soal Juragan Nalendra" jawab Reya dengan bingung.

"Untung saja kamu belum mendapat masalah sama Juragan Nalendra Nduk.Nah Sri kamu ceritain ke Nduk Reya, senenganmu iku yak gosip ne uwong" ucap Mbah Nem sambil menyenggol bahu Lek Sri yang asik makan bolu.

"ehm, oke tak ceritain. Mbak Reya kamu haru hati - hati kalu ketemu sama Juragan Nalendra, dia itu sumbunya pendek banget. Suka marah karena masalah sepele, kemarin aja ada anak yang gak sengaja negelempar bola ke arahnya saja di buat nangis kejer sama dia" jelas Lek Sri yang mencondongkan tubuhnya ke arah Reya.

"Masak sih Lek sampai segitunya? Apa mungkin anaknya yang nakal?" tanya Reya yang agak tidak percaya dengan cerita Lek Sri.

"Yo ndak tau sih aku mbk, aku cuma denger ceritanya orang. Terus ya ada lagi yang lain, katanya ya Juragan Nalendra itu punya pesugihan. Pesugihan itulah yang membuat mati orang tua sama masnya, makanya Juragan Nalendra jadi kaya banget sekarang" lanjut Lek Sri yang semakin memelankan suaranya.

"Zaman sekarang masih ada ya pesugihan - pesugihan gitu?" tanya Reya yang sedikit skeptis dengan cerita Lek Sri. Cerita Lek Sri malah membuat Reya penasaran dengan sosok Juragan Nalendra. Reya berfikir malah skill manajemennya Juragan Nalendra itu bagus hingga dapat membuat usahanya semakin besar.

"yo ndak tau Mbak. Ngomong - ngomong bolunya enak mbk, nanti kalau ada hajatan bisa nih pesen bolu ke Mbak Reya" ucap Lek Sri yang memakan potongan bolu di tangannya.

"Wah boleh itu Lek, bisa pesen ke saya. Saya juga bisa buat kue yang lain, khusus buat Lek Sri diskon dua puluh persen" jawab Reya setengah bercanda.

"Bener ya Mbak, jangan bohong. Buat saya diskon dua puluh persen" ucap Lek Sri sambil tertawa riang. Pembicaraan tentang kue mengalihkan topik tentang Juragan Nalendra, mereka meneruskan topik tentang makanan kemudian ke gosip hangat lainnya yang ada di desa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!