POV SOFIE
Dinn…. Dinn….
“Ck, berisik sekali kendaraan ini!” ucapku kesal karena taksi online yang ku tumpangi ini terus membunyikan klaksonnya tanpa henti sedikitpun.
Suara bising ini membuatku susah fokus. Ya.. aku sedang mempelajari profil perusahaan yang akan menjadi tempatku mencari nafkah. Dan tentu nya mencari suami idaman.
Tok..!! Tok..!! Tok..!!
Seseorang mempersilahkan aku masuk kedalam sebuah ruangan megah dan luas, tepat didepan pintu itu bertuliskan Chief Executive officer. Setelah melakukan wawancara yang cukup panjang dengan HR dan Manager kini aku akan melakukan wawancara tahap akhir dengan seseorang yang akan menjadi atasanku kelak aku diterima. Sesaat setelah aku memasuki ruangan itu, terlihat sangat mewah dan elegan. Ruangan itu penuh dengan hiasan lukisan dan pajangan patung mahal, saat kedua bola mataku dengan cepat menjelajahi setiap sudut dinding ruangan ini aku membaca papan nama diatas meja tersebut. Zidan Arsalan Dhananjaya adalah CEO dari perusahaan ini yang bergerak dalam industri minuman kemasan dengan bahan utama susu.
“Silahkan duduk!” ucapnya tegas.
Sesaat aku merasakan debaran dalam jantung, seolah suara nya yang berat memacu getaran hati ini.
“B..Baik.” jawabku terbata-bata.
Wajah tampan nya mampu mengalihkan pikiranku. Bola mata yang besar dengan kelopak mata yang sedikit sayu, rahang yang tegas serta hidung yang mancung membuatku ingin mendetail setiap sudut wajahnya lebih dekat. ‘Ya Tuhan.. Aku menyukainya..’ batinku bersorak.
“Dengan Sofie Oktavia?” tanyanya.
“Benar pak.” jawabku singkat.
“Saya Zidan Arsalan Dhananjaya, saya tidak perlu menanyakan banyak hal. Saya rasa kamu juga sudah mendapati kesepakatan yang baik dengan HR saya. Saya hanya menanyakan 1 hal saja. Apakah sebelumnya sudah pernah bekerja dibidang ini?” ucapnya dengan jelas.
“Baik pak Zidan, saya sudah pernah bekerja dibidang ini selama 5 tahun. Saat ini saya melamar ke perusahaan ini karena visi misi perusahaan yang baik dan bagus serta kebetulan saya pindah daerah tempat tinggal.” jawabku seadanya.
Aku tidak mengerti apa yang telah kukatakan. ‘Apakah aku akan diterima olehnya?’ tanya batinku.
“Baik, kamu bisa mulai bekerja besok. Terimakasih.” jawabnya singkat.
“Terimakasih pak Zidan, saya pamit.” timpalku dengan cepat. ‘Apakah ini yang namanya keberuntungan? Aku pindah dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang kuinginkan dan memiliki atasan yang begitu tampan.’ batinku bersorak.
* * * * * *
Tok..!! Tok..!!
“Masuk!” teriaknya.
“Permisi pak..” sapaku.
“Baik Sofie, disana adalah meja kerjamu. Disitu sudah ada beberapa berkas dan jadwal yang dapat kamu kerjakan. Hari ini saya tidak ada pertemuan dengan siapapun. Dan saya akan pulang lebih awal hari ini di jam dua siang. Sebelum saya pulang tolong infokan saya untuk jadwal saya esok hari.” ucapnya menerangkan tugasku.
Ya.. aku bekerja sebagai sekretaris pak Zidan, tak kusangka ternyata meja kerjaku satu ruangan dengannya. Bahagianya hati ini setiap hari bekerja bersama, berdampingan dan terus memandangi wajah nya.
************
“Pak Zidan.. Besok bapak memiliki pertemuan dengan pak Eros di jam sebelas pagi untuk mempresentasikan pengajuan proposal kerjasama dalam peluncuran produk baru. Lalu ada rapat dengan staff pemasaran di jam 3 sore. Berikut beberapa dokumen keuangan yang perlu anda tanda tangani.” ucapku dengan jelas.
Sesaat aku menyodorkan berkas kehadapannya aku tak sengaja menjatuhkan bingkai foto tepat di berdiri disamping papan namanya. Aku terkejut penasaran dengan sosok wanita yang berdiri disampingnya didalam foto tersebut. Senyum manis yang cantik membuatku bertanya-tanya.
“Seperti pernah lihat!?” gumamku pelan.
“Kamu bilang apa Sof?” tanyanya.
“Tidak pak, maaf saya tidak sengaja menjatuhkannya.” jawabku.
“Tidak apa-apa. Baik berkas ini akan saya tanda tangan besok pagi sebelum bertemu dengan pak Eros. Sekarang kamu boleh pulang.” perintahnya.
Dengan cepat aku kembali pada meja kerjaku dan mematikan laptop yang ada diatas meja serta merapikan beberapa kertas yang sedikit berantakan.
“Sofie, kamu sudah memiliki pacar?” tanyanya. Membuatku sedikit mengerutkan dahi kebingungan.
”Belum pak.” jawabku singkat.
“Baiklah. Hati-hati dijalan.” timpalnya.
Aku melangkahkan kaki kearah lobby, melihat dari kejauhan sudah ada taksi online yang kupesan sedari tadi aku menunggu lift terbuka untuk aku keluar. Aku tidak merasakan terlalu lelah untuk pekerjaan hari ini. Ya.. dihari pertama kerja aku tidak melakukan hal yang merepotkan bahkan aku pun diperbolehkan pulang di jam segini yang masih jauh dari ketentuan jam pulang perusahaan ini. Justru sebaliknya hati dan otakku merasakan lelah karena harus berdebat dengan apa yang terjadi tadi.
“Maksudnya dia apa coba?"gumamku pelan.
* * * * * * *
Kembali pada meja kerjaku yang cukup banyak dihuni kertas, aku menyiapkan diri untuk pergi dengan pak Zidan melakukan pertemuan dengan klien besar. Sembari ku menyiapkan berkas yang akan dibawa, aku melahap sedikit roti sandwich sebagai santapan makan pagiku.
Ceklek…
“Selamat pagi pak Zidan..” sapaku terburu sambil menyeka beberapa remahan roti disudut bibirku.
Belum juga aku selesai menyeka, aku terkejut melihat pak Zidan mengambil sandwich dari kotak bekalku dan memakannya.
“Apakah perlu saya belikan yang baru pak?” tanyaku pelan.
“Tidak perlu Sof, saya suka yang ini.” jawabnya ditambah kedipan satu mata.
‘Astaga Tuhan, apa ini? Jika memang ini takdirku maka akan kusambut dengan baik.’ batinku girang. Sesaat aku terlintas dan bertekad untuk mendapatkan hatinya.
“Pak, semua berkas yang dibutuhkan sudah siap. Supir sudah menunggu di Lobby. Apakah kita dapat jalan sekarang pak?” tanyaku dengan sedikit menggoda.
“Baik kita jalan sekarang.” jawabnya sambil meraih tanganku.
“Maaf, saya bermaksud untuk mengambil berkas yang ada ditanganmu.” alibinya saat aku terdiam melihat tangannya yang begitu kekar mengenggam tanganku.
* * * * * *
Pertemuan selesai, keputusan akhir klien kami menyukai 2 konsep produk dari 2 perusahaan yang berbeda. Pak Eros meminta waktu untuk menimang produk mana yang akan memenangkan investasi yang akan diberikan olehnya. Tentunya.. Dengan menggelarkan acara besar untuk pengumumannya, sebab ini akan menjadi kerjasama yang sangat besar dan dinantikan oleh setiap perusahaan Manufaktur seperti perusahaan pak Zidan.
“Sofie, kita mampir keperempat diujung jalan sana. Saya ingin makan direstaurant steak ditepi jalan itu.” pintanya.
“Baik pak.” jawabku.
Sembari aku mengarahkan pandangan kepada supir yang mengendari kendaraan pak Zidan. Dan kami pun melaju menuju tempat tersebut.
“Kita sudah sampai Pak.” ucapku pelan. Sesekali aku meneliti setiap inci wajah pak Zidan.
“Baik, ayo kita makan bersama.” ajaknya.
Sesaat aku duduk di meja sebelah pak Zidan duduk, pak Zidan menoleh dan mengangkat kedua alisnya kebingungan.
“Kamu lagi ngapain disitu?” tanyanya.
“Saya tidak enak duduk bersama dengan pak Zidan, selaku atasan saya yang bahkan CEO perusahaan pak.” jawabku sungkan.
“Saya tidak akan selera makan jika kamu tidak duduk disamping saya, atau mungkin kamu mau saya pangku?” ucapnya menggoda.
“B..baik Pak.” jawabku terkejut.
Apa yang barusan dia lakukan? Seperti gayung bersambut. Entahlah.. yang penting aku bisa bersama nya lebih dekat.
“Sofie, untuk kedepannya temani aku makan siang! Ini perintah, jangan dibantah!” ucapnya sedikit dipertegas.
* * * * * * *
Sudah 1 tahun berlalu, kami pun semakin dekat satu sama lain. Chat yang intens sehingga dia menyatakan bahwa ia menyukaiku dan tak ingin membiarkanku lepas dari pandangannya.
Siang ini aku makan siang dengan salah satu staff pemasaran, Rino. Ya .. Rino adalah manager marketing di perusahaan kami. Aku dan Rino tidak terlalu mengenal begitu dalam. Hanya saja kami menjadi akrab semenjak hari pertama bekerja di perusahaan ini. Rino lelaki yang baik, dia membantuku menunjukkan beberapa tempat di kota yang besar ini. Dan dapat ku tebak, Rino sepertinya menyukaiku. Aku dapat memanfaatkannya untuk membuat hati Pak Zidan memanas terbakar api cemburu.
”Hari ini kamu tidak makan siang diluar Sof?” tanya Rino penasaran.
“Hari ini Pak Zidan sedang keluar kota bersama istrinya.” jawabku santai.
Ya.. setelah aku saling mengirimi teks mesra dan akrab, tepat di satu bulan aku bekerja akhirnya aku mengetahui bahwa pak Zidan memiliki istri dan istri itu bukan lain adalah teman dekatku dulu di kampung halaman kami, mbak Aruna. Akan tetapi tidak membuatku menjadi ingin mundur dalam hubungan ini, melainkan aku semakin ingin memiliki seutuhnya. Aku menyadari, bahwa dari dulu aku selalu tidak ingin mau kalah dengan apa yang dimiliki oleh Aruna. Ya.. apapun itu.
Dari kejauhan pintu lobby terlihat pak Zidan sedang bergegas turun dari mobil taksi online. Saat itu pun terlintas pada pikiranku membuat sedikit kejutan untuk dirinya.
“Haha..haha.. kamu bisa saja Rino, aku bahkan tidak tahu kalau ternyata gedung itu adalah gedung bioskop.” tawa ku yang renyah sedikit ku keraskan untuk memancing pandangan pak Zidan mengarah kepadaku.
Kulirik ia dari sudut mataku. ‘Nah pas!’ batinku senang. Lalu aku dengan sengaja membuat kakiku sedikit tersandung dan jatuh kedalam pelukan Rino. Rino dengan cepat menangkap tubuhku alih-alih memelukku dengan erat. Sontak aku melirik Pak Zidan yang mengeluarkan wajah merah dan melotot.
“Sepertinya dia sudah menerima kejutanku.” gumamku pelan.
“Kamu bilang apa Sof? Kamu baik-baik saja kan? Apakah ada yang terluka?” tanyanya seraya membantu badanku berdiri tegap.
Dengan sedikit mengenggam lengan atas nya aku menatap pria itu lebih dekat.
“Maaf ya Rino, aku sedikit pusing tadi.. Jadi tiba-tiba saja langkahku seperti tersandung.” jawabku dengan menambahkan ekpresi wajah sedikit malu. Pura-pura malu lebih tepatnya.
“Yasudah tidak apa-apa Sof, oh iya itu ada pak Zidan sudah tiba. Aku duluan keruangan ya. Bye Sof!” ucapnya seraya berlalu pergi kearah lift.
Aku pun segera menghampiri pak Zidan, dan tetap menjalankan akting ku sebagai sekretaris.
“Selamat siang pak. Apakah ada yang diperlukan pak? Mengingat pak Zidan seharus nya sampai ke kota ini malam dan langsung pulang kerumah.” tanyaku sedikit gugup.
“Ikut saya keruangan!” perintahnya dengan tegas dan wajah yang sangat marah.
Ternyata aku berhasil membuat ia cemburu. Setelah aku mengikutinya masuk kedalam ruangan kerja nya, aku terkejut ia melangkahkan kakinya ke arah pintu dan mengunci nya. Lalu bergegas berjalan kearahku dan memojokan ditepi meja kerjaku.
“A..ada a..apa Pak?” tanyaku terbata-bata.
Aku menelan air liurku dengan pelan, terdengar begitu jelas jantungku berdegup dengan cepat.
Cup!
Bibirnya mendarat dibibirku dan seakan ingin melumat lembut bibirku. Aku mendorongnya dengan sekuat tenaga dan melihat matanya dengan tajam.
“Apa yang sedang kamu lakukan mas?” tanyaku sedikit membentak.
Belum sempat menjawab mas Zidan langsung mendekatkan kembali tubuh nya serta memelukku dengan erat.
“Aku tidak suka kamu disentuh oleh lelaki manapun! Bahkan Rino sekalipun!” terdengar ucapannya yang begitu cemburu dengan nafas yang berat.
Dengan cepat Zidan mencium kembali bibir ku dan melumatnya. Dengan lihai tangannya menjelajahi tubuhku seakan sedang mendikte apakah ada yang hilang dari sana.
“M..mas.. apa yang ingin kamu lakukan? Aaarghh..” tanyaku sambil menekan gairah yang ia bangkitkan.
“Aku akan memberikan tanda bahwa kau milikku! Mmmhh…” jawabnya dengan cepat kembali kedalam pekerjaan diantara kancing kemeja ku yang sudah sepenuhnya terbuka.
Sesekali aku meliriknya melakukan sesuka hatinya yang meninggalkan tanda kepemilikannya yang terlalu banyak. ‘Sepertinya dia benar-benar marah’ batinku senang.
“Mmmhh.. Arghh.. Mas, apakah tidak akan jadi masalah kamu melakukannya disini mas?” tanyaku.
Tidak ada jawaban dari mas Zidan, ia langsung membawaku kedalam ruangan yang ada disamping meja kerjanya. Saat ia menggendongku dan masuk kedalam. Aku terkejut ketika mengetahui ada kasur yang menangkapku saat dijatuhkan oleh mas Zidan. Dengan cepat ia melepas pakaian kami dan melakukan penyelidikan dibawah sana. Kenikmatan yang mas Zidan ciptakan membuatku merasa puas dan bahagia. Sangat terasa pergerakkan yang ia lakukan.
“Aarghh.. Aku mencintaimu Sofie. Kamu milikku sekarang!” ucapnya saat ia telah berhasil membuat gairahnya mencapai titik batas kenikmatannya.
Dan ya.. aku sedikit terheran melihatnya yang dengan sigap menggunakan pengaman. "Dia seperti sudah menyiapkannya" gumamku pelan.
“Iya Sof?” tanyanya sambil memelukku dengan erat.
“Tidak ada mas.. Ini ruangan apa mas? Mengapa ada kasur didalam ruangan ini?” tanyaku penasaran.
“Ruangan ini sengaja kubangun untuk aku melakukan aktifitas se*s dengan istriku setalah kami menikah.” jawabnya santai.
“Kupikir kamu sengaja melakukan ini untuk melakukan kesemua staff sekretarismu mas..” jawabku sedikit ketus.
“Tidak Sof, baru kamu wanita kedua yang ada dalam aktifitas diruangan ini.” ucapnya meyakinkanku.
“Aku mencintaimu Sof, aku ingin kamu menjadi milikku. Aku ingin kamu selalu ada disampingku.” ucapnya seraya mengelus pucuk kepalaku.
“Bukankah kamu sudah memiliki istri mas? Kupikir kamu hanya menjadikanku selingan saja. Sebab aku tidak tahu arah tujuan mu dihubungan kita ini. Sikapmu yang begitu manis dan baik membuatku bertanya-tanya.” ketusku lagi.
“Apa kamu ingin pembuktian Sof?” tanyanya spontan. Aku mengangguk pelan.
“Aku akan menikahimu, tapi aku tidak tahu apakah kamu mau jadi yang kedua?” timpalnya bingung.
“Aku mau mas! Aku mau jadi istrimu! Aku mau jadi yang kedua, asalkan kamu tetap mencintaiku.” jawabku dengan senang.
“Tapi bagaimana dengan mbak Aruna mas? Apakah dia mau menerima keputusanmu ini?” timpalku.
“Aku akan berbicara dengan Aruna, aku berhak melakukan poligami. Agama pun tidak melarangnya. Dan juga aku dengan Aruna belum memiliki keturunan, aku menginginkan seorang anak Sof..” lirihnya.
“Mas.. aku juga mencintaimu. Aku akan memberikanmu anak lebih dari satu.” ucapku lembut seraya menatap matanya.
“Apakah kamu mau kerumah? Aku akan berbicara dengan Aruna dan memintanya untuk mengizinkan kita menikah.” ajaknya dengan cepat.
“Baik mas, aku setuju.” jawabku girang.
* * * * * *
Kami pun sampai dirumah mas Zidan, dengan cepat kami memasuki rumah megah itu dan duduk disofa ruang tengah tersebut.
“Kok mas dan Sofie datang secara bersamaan gitu? Ada apa?” tanya Aruna saat itu seraya berjalan menuruni anak tangga rumah kami.
Saat kami bertiga sudah duduk bersama di ruang tamu. Sofie dengan posisi tertunduk, sementara aku yang saat ini merasa leher seperti tercekik memberanikan diri untuk membuka suara.
“Ma..,” lirihku……….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Emma
Mantap banget, thor! Seru abis!
2023-08-14
1
Aura Cantika
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
2023-08-14
1