Event Organizer Of Love
Seorang siswi dengan seragam SMA nya sedang berjalan dengan riang sambil sesekali tersenyum, ketika hembusan angin menerpa rambut panjang sedikit hitam bergelombang nya yang sepinggang dan merasa begitu gembira sambil berjalan di trotoar jalanan yang sudah di tutupi oleh beberapa daun kering yang gugur dari beberapa pohon yang ada di sana.
"Haa ... ,Indahnya hari ini." ucap gadis itu sambil menghela nafas, seolah-olah sedang menikmati indahnya hari itu.
Gadis itu terus berjalan sambil terus tersenyum sehingga menampakkan lesung pipi di pipi sebelah kanannya. Sementara itu di sebuah rumah mewah yang begitu luas, tepat di sebuah kamar yang begitu luas dan mewah. terdapat seorang gadis yang terlihat anggun dengan rambut panjang lurus dengan warna kecoklatan dan bola mata berwarna biru langit yang nampak sembap seolah-olah baru saja habis menangis.
Brak!, suara pintu yang di buka secara kasar sehingga terdengar menggema keras di dalam kamar gadis anggun itu. Gadis anggun yang tadinya tengah duduk di tepi kasur nya, menjadi sangat terkejut karena suara bantingan pintu itu.
"Astaga, Kiara, kenapa kamu tidak membuka pintu secara perlahan saja?" ucap gadis anggun itu dengan lembut.
Orang yang di panggil Kiara oleh gadis anggun itu, memutar bola mata malas dengan raut wajah yang nampak terlihat tidak peduli dengan perkataan dari gadis anggun itu.
"Cih!, bacot loh!, itu papa nyuruh loh untuk turun dan sarapan!" ucap Kiara dengan nada getus.
Gadis anggun itu hanya diam dan berusaha untuk bertahan menahan sikap kasar dari Kiara yang sudah terjadi semenjak mereka kecil.
"Hei Akira!, buruan!, lelet banget sih!" teriak Kiara dengan raut wajah yang merasa kesal.
Gadis terlihat anggun dan lembut itu bernama Akira Edison anak dari William Adison yang berasal dari keturunan luar negeri dan ayahnya juga seorang pengusaha yang terkenal tak terkalahkan serta kejam.
"Iya Kiara, tunggu sebentar aku harus merapikan buku-buku untuk di masukkan ke dalam tas ku." jawab Akira dengan lembut.
Setelah selesai merapikan semuanya, Akira segera dengan cepat berjalan keluar kamar. Kiara merasa jengkel dengan Akira pun, segera melangkah duluan dengan Akira yang berjalan tepat di belakang nya.
Mereka berdua turun melalui tangga, dan melihat dari atas jika di ruang makan sudah ada papa dan mama mereka yang telah menunggu.
"Selamat pagi pa, ma." ucap Kiara tersenyum, lalu dengan cepat duduk di kursi.
Akira juga baru sampai dan segera menarik kursi dan duduk di atasnya.
"Selamat pagi pa, ma." ucap Akira sambil tersenyum manis.
Orang tua mereka hanya membalas sapaan dari kedua putri nya dengan senyuman yang nampak terlihat hangat.
"Oh iya pa, Kiara mau jam tangan merek terkenal itu pa. Jadi, please yaa beliin .... " rengek Kiara dengan manja.
"Baiklah nanti papa beli kan." jawab William sambil tersenyum.
"Serius pa??, yes!asik!" seru Kiara bersemangat.
Mama dan Papa mereka hanya tersenyum ketika melihat tingkah Kiara yang nampak begitu riang, sedang kan Akira hanya tersenyum tipis dan diam saja.
"Oh ya, Akira apa kamu ingin sesuatu?" Tanya William dengan lembut.
"eeuum ... ,tidak ada pa." jawab Akira dengan sopan.
Kiara menatap tidak suka ke arah Akira dan merasa sengat jengkel melihat Akira selalu saja di nomor satu kan oleh Ayah mereka.
"Papa tahu kamu akan bilang begitu, jadi Papa memutuskan untuk memberi hadiah pilihan Papa sendiri untuk mu." ucap William sambil tersenyum.
Semua orang yang ada di meja makan merasa sedikit terkejut dan penasaran hadiah apa yang akan di berikan oleh William kepada Akira. William kemudian mengambil sesuatu dari saku dalam jas nya. Ternyata sebuah kotak kecil yang indah di keluar kan dari saku dalam jas nya. Kiara menahan rasa iri dan kesal nya ketika William perlahan-lahan memberi kan kotak kecil indah itu tepat di depan mata nya.
"Ambil lah ini." ucap Willian sambil menyodorkan kotak kecil itu kepada Akira.
"Terimakasih papa." balas Akira tersenyum dan mengambil kotak kecil dari tangan ayahnya.
"Aduh, seperti nya Papa harus segera pergi kerja, Mama tolong antar anak-anak yaa." ucap William yang terburu-buru beranjak dari meja makan.
"Hati-hati." balas ibu dari Akira dan Kiara.
William sudah keluar dari rumah, Kiara dengan cepat merebut kotak kecil yang di berikan kepada Akira.
"Berikan pada ku!!" teriak Kiara dengan kesal sambil berusaha merebut kotak kecil dari tangan akira.
"Jangan Kiara, ini hadiah dari Papa." ucap Akira berusaha untuk mempertahankan kotak kecil itu.
Ibu mereka pun menatap pertingkaian itu dengan rasa kesal sehingga membuat dia bangkit dari duduk nya dan mendekat ke arah kursi ke dua nya.
"Diam!, diam kalian berdua!" teriak ibu mereka dengan tegas.
Mereka berdua mengehentikan pertingkaian itu dan Kiara melepaskan tangan nya dari kotak kecil itu dengan raut wajah yang merasa kesal.
"Uh!, tapi ma, aku mau itu!" ucap Kiara dengan nada suara yang merasa geram sekali.
"Diam!" Bentak ibu mereka.
Ibu mereka berdua pun mendekat secara perlahan ke arah Akira sedang kan Akira hanya diam dan menunduk.
"Akira sayang, kamu gak apa-apa kan?" Tanya ibu mereka dengan lembut.
"Iya ma, Akira gak apa-apa .... " jawab Akira pelan sambil masih menunduk.
Tanpa melakukan kesalahan apapun, tiba-tiba Plak!, tamparan keras melayang tepat di pipi kanan Akira.
"Dasar bocah sialan!, sudah ku katakan apapun yang di inginkan oleh putri ku Kiara!, kau harus memberikan nya!, PAHAM!, aku adalah Cecil! dan apapun yang aku dan putri ku mau, harus terjadi!" teriak Cecil dengan keras.
Akira yang terkejut mendapatkan tamparan keras itu langsung terjatuh terduduk di atas lantai.
"Hiks ... ,hiks. Tapi ma, ini hadiah dari papa, sudah lama papa tidak memberikan aku hadiah." ucap Akira sambil menangis tersedu-sedu.
Cecil merasa sangat jengkel dengan jawaban dari Akira, dia segera berjalan mendekati Akira dan berjongkok sambil menarik dagu Akira untuk melihat wajah nya.
"Lihat wajah ku!, apa aku terlihat peduli?, asal kau tahu!,aku adalah ibu tiri mu!, ibu tiri mu!, jadi tidak ada hak ku atau kewajiban ku untuk menganggap mu sebagai anak ku! Camkan itu!" ucap Cecil dengan kasar.
Kiara yang melihat Akira lemah tak berdaya, tersenyum semringah dan merasa sangat bahagia.
"HAHA ... RASAKAN ITU!" ucap Kiara sambil tertawa puas.
"Hiks ... hiks, kenapa Kiara, kenapa?, kenapa kamu tega sekali pada ku, padahal aku adalah saudara mu. Bagaimana pun juga ayah kita sama, hiks ... hiks." ucap Akira sambil menangis.
Kiara merasa sangat marah karena Akira mengatakan hal itu dan tanpa ia sadari karena perasaan marahnya, Kiara mengambil gelas kaca,membawa nya sambil berjalan dengan cepat menuju ke arah Akira.
"Berani sekali kau mengatakan kita bersaudara!!" teriak Kiara dengan marah sambil terus melangkah ke arah Akira.
Prang!!, suara gelas kaca berhamburan pecah mengenai kepala Akira. Bruk!, tubuh Akira ambruk dan terjatuh pingsan ke lantai karena pukulan gelas kaca yang di layangkan oleh Kiara. Merasa terkejut, Kiara segera melepaskan sisa pecahan gelas kaca yang ada di tangan nya dan perlahan melangkah mundur, sedang kan Cecil menatap kejadian tak terduga itu dengan terkejut.
"Tidak, tidak!, bagaimana ini??? bagaimana jika aku akan masuk penjara, tidak-tidak!" teriak Kiara dengan rasa panik.
Cecil yang melihat putri kesayangan nya merasa begitu takut dan panik, segera menghampiri nya dan berusaha untuk menenangkan nya.
"Tidak sayang, kamu tidak akan masuk penjara, dan tidak akan ada yang terjadi padamu." ucap Cecil sambil memeluk Kiara.
"Tapi bagaimana cara nya ma??, bagaimana jika dia mati?" ucap Kiara sambil memeluk erat ibunya.
Cecil pun memikirkan suatu rencana, dia segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah putri nya dengan serius.
"Dengar kan mama, kita bawa dia ke rumah sakit, dan apapun yang di tanya kan papa padamu, katakan saja jika Akira terpeleset karena dia marah-marah dan membuang jus buatan mama karena dia merasa tidak suka dengan rasa jus itu. Sisanya biar mama yang akan urus." ucap Cecil dengan serius.
Kiara pun hanya mengangguk pelan menyetujui perkataan dari ibunya. Mereka segera mengangkat tubuh Akira untuk di bawa ke dalam mobil agar bisa segera membawa nya ke rumah sakit. Di depan sebuah pagar besar tepat di sebuah sekolah menengah atas yang terkenal. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang bergelombang sedang tersenyum dan menatap kagum gedung sekolah yang sangat tinggi.
"Wah, aku tidak menyangka jika aku akan sekolah di sini." ucap gadis itu sambil tersenyum sehingga membuat lesung pipi nya terlihat begitu jelas.
Drap ... drap. Suara langkah orang yang sedang berlari tengah mendekati ke arah tempat gadis itu berdiri.
"Kara!" teriak seorang gadis cantik berkulit putih dengan rambut sedikit berwarna pirang dengan tinggi 160 cm.
Wanita yang di panggil Kara itu segera menoleh ke belakang.
"Switi!??, astaga aku tidak menyangka loh kalau kamu juga sekolah di sini." seru Kara dengan rasa yang gembira.
"hehe iya, aku menyuruh ayah untuk memasukkan aku di sekolah yang sama dengan mu." ucap Switi sambil terkekeh.
"Aku kira kamu bakalan sekolah ke Kanada, kan Bapak kamu dari sana." ucap Kara sambil tersenyum riang.
"Gak lah, emang siapa yang mau ninggalin teman aneh seperti kamu." ucap Switi sambil tersenyum.
Kara tertawa riang dan merangkul bahu Switi dengan tangan dan sedikit menjijit kan kakinya karena tingginya yang tak sejajar dengan sahabat nya itu, Karamel merangkul bahu Switi sambil berjalan bersama untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah. Brum ... brum. Suara motor terdengar keras dan sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah. Kara yang berjalan tempat di samping jalanan raya, merasa terkejut ketika motor itu hampir saja mengenai diri nya, sehingga membuat Kara spontan menghindar dan jatuh terduduk.
"Aww,sialan!, Hei dasar motor sialan!" teriak Kara dengan keras sambil menoleh ke arah motor sport yang melaju dengan cepat.
Switi yang terkejut segera membantu Kara untuk berdiri.
"Kara kamu gak apa-apa?" tanya Switi yang merasa khawatir.
"Switi lutut ku sangat sakit." ucap Kara dengan manja.
"Aduh, kasihan sekali sahabat ku ini." ucap Switi sambil membantu membersihkan rok Kara yang kotor.
"Semua ini gara-gara orang sialan itu!!!, dasar brengsek!!" teriak Kara dengan perasaan geram dan tatapan yang tajam.
Saat sedang merasakan perasaan yang jengkel sekaligus marah, tiba-tiba suara dering ponsel Kara berbunyi.
"Sebentar switi, seperti nya ada yang nelpon." ucap Kara sambil mengambil ponsel dari tas nya.
Kara langsung mengambil ponsel nya dan mengangkat panggilan telepon dari ponsel nya, raut wajah Kara berubah menjadi terkejut ketika mendapat kan panggilan yang masuk,dan segera mematikan ponsel milik nya tersebut.
"Kara ada apa??" tanya Switi yang merasa khawatir.
"A-aku, aku harus pulang sekarang." ucap Kara terbata dengan raut wajah yang nampak terkejut.
Switi merasa bingung apa yang tengah terjadi dengan sahabat nya itu, Kara tiba-tiba berlari dengan cepat dan melupakan rasa sakit di lutut kaki nya. Switi merasa terkejut sehingga membuat dia diam mematung tepat di depan gerbang sekolah.
"Kara!, kamu mau kemana!, sebentar lagi bel masuk berbunyi!" teriak Switi dengan keras.
Kara tidak menoleh sama sekali dan terus berlari menjauh dari sekolah untuk kembali pulang ke rumah nya.
"Tidak!,.tidak. Itu tidak mungkin." gumam Kara menahan air mata nya sambil terus berlari.
Kara sudah sampai di halte bus, karena begitu lama menunggu bus berikut nya. Kara yang merasa gelisah memutuskan untuk mencari taksi. Namun sayangnya tidak ada satu taksi pun yang berhenti.
"Sial!!, kenapa semua taksi penuh dengan penumpang!" gerutu Kara sambil merasa gelisah.
Kara berjalan mondar-mandir dengan gelisah sampai di melihat di sebrang jalan ada sebuah taksi yang berhenti di pinggir jalan untuk menurunkan penumpang nya.
"Pak!!, pas supir tunggu aku!" teriak Kara.
Kara berusaha untuk menyebrang di tengah banyak nya kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat.
"Ah sial!, aku akan menerobos semua kendaraan ini." ucap Kara dengan tegas.
Tit ... tit. Suara berisik klakson mobil yang lewat karena Kara yang dengan berani menyebrang sembarangan.
"Maaf, maaf kan aku." ucap Kara sambil menoleh ke kiri dan kanan dengan sopan, serta terus berlari untuk menuju ke taksi.
Kara tersenyum sambil sedikit berhenti untuk mengambil nafas ketika sebentar lagi dia akan segera sampai menuju ke taksi.
"Huuf ... akhirnya." gumam Kara sambil menghela nafas lega.
Kara kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan lagi,sehingga tanpa ia sadari sebuah mobil melaju dengan cepat dari arah kanan menuju arah nya.
Tiiit!!!, suara klakson dengan keras di bunyikan.
Kara menoleh sambil terus berlari dengan raut wajah yang terkejut ketika melihat sebuah mobil tengah melaju cepat ke arah nya.
"Aaa!!!" teriak Kara dengan keras
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Sena Fiana
😃😃😃😃
2023-10-11
1