NovelToon NovelToon

Event Organizer Of Love

5 Tahun Yang Lalu....

Seorang siswi dengan seragam SMA nya sedang berjalan dengan riang sambil sesekali tersenyum, ketika hembusan angin menerpa rambut panjang sedikit hitam bergelombang nya yang sepinggang dan merasa begitu gembira sambil berjalan di trotoar jalanan yang sudah di tutupi oleh beberapa daun kering yang gugur dari beberapa pohon yang ada di sana.

"Haa ... ,Indahnya hari ini." ucap gadis itu sambil menghela nafas, seolah-olah sedang menikmati indahnya hari itu.

Gadis itu terus berjalan sambil terus tersenyum sehingga menampakkan lesung pipi di pipi sebelah kanannya. Sementara itu di sebuah rumah mewah yang begitu luas, tepat di sebuah kamar yang begitu luas dan mewah. terdapat seorang gadis yang terlihat anggun dengan rambut panjang lurus dengan warna kecoklatan dan bola mata berwarna biru langit yang nampak sembap seolah-olah baru saja habis menangis.

Brak!, suara pintu yang di buka secara kasar sehingga terdengar menggema keras di dalam kamar gadis anggun itu. Gadis anggun yang tadinya tengah duduk di tepi kasur nya, menjadi sangat terkejut karena suara bantingan pintu itu.

"Astaga, Kiara, kenapa kamu tidak membuka pintu secara perlahan saja?" ucap gadis anggun itu dengan lembut.

Orang yang di panggil Kiara oleh gadis anggun itu, memutar bola mata malas dengan raut wajah yang nampak terlihat tidak peduli dengan perkataan dari gadis anggun itu.

"Cih!, bacot loh!, itu papa nyuruh loh untuk turun dan sarapan!" ucap Kiara dengan nada getus.

Gadis anggun itu hanya diam dan berusaha untuk bertahan menahan sikap kasar dari Kiara yang sudah terjadi semenjak mereka kecil.

"Hei Akira!, buruan!, lelet banget sih!" teriak Kiara dengan raut wajah yang merasa kesal.

Gadis terlihat anggun dan lembut itu bernama Akira Edison anak dari William Adison yang berasal dari keturunan luar negeri dan ayahnya juga seorang pengusaha yang terkenal tak terkalahkan serta kejam.

"Iya Kiara, tunggu sebentar aku harus merapikan buku-buku untuk di masukkan ke dalam tas ku." jawab Akira dengan lembut.

Setelah selesai merapikan semuanya, Akira segera dengan cepat berjalan keluar kamar. Kiara merasa jengkel dengan Akira pun, segera melangkah duluan dengan Akira yang berjalan tepat di belakang nya.

Mereka berdua turun melalui tangga, dan melihat dari atas jika di ruang makan sudah ada papa dan mama mereka yang telah menunggu.

"Selamat pagi pa, ma." ucap Kiara tersenyum, lalu dengan cepat duduk di kursi.

Akira juga baru sampai dan segera menarik kursi dan duduk di atasnya.

"Selamat pagi pa, ma." ucap Akira sambil tersenyum manis.

Orang tua mereka hanya membalas sapaan dari kedua putri nya dengan senyuman yang nampak terlihat hangat.

"Oh iya pa, Kiara mau jam tangan merek terkenal itu pa. Jadi, please yaa beliin .... " rengek Kiara dengan manja.

"Baiklah nanti papa beli kan." jawab William sambil tersenyum.

"Serius pa??, yes!asik!" seru Kiara bersemangat.

Mama dan Papa mereka hanya tersenyum ketika melihat tingkah Kiara yang nampak begitu riang, sedang kan Akira hanya tersenyum tipis dan diam saja.

"Oh ya, Akira apa kamu ingin sesuatu?" Tanya William dengan lembut.

"eeuum ... ,tidak ada pa." jawab Akira dengan sopan.

Kiara menatap tidak suka ke arah Akira dan merasa sengat jengkel melihat Akira selalu saja di nomor satu kan oleh Ayah mereka.

"Papa tahu kamu akan bilang begitu, jadi Papa memutuskan untuk memberi hadiah pilihan Papa sendiri untuk mu." ucap William sambil tersenyum.

Semua orang yang ada di meja makan merasa sedikit terkejut dan penasaran hadiah apa yang akan di berikan oleh William kepada Akira. William kemudian mengambil sesuatu dari saku dalam jas nya. Ternyata sebuah kotak kecil yang indah di keluar kan dari saku dalam jas nya. Kiara menahan rasa iri dan kesal nya ketika William perlahan-lahan memberi kan kotak kecil indah itu tepat di depan mata nya.

"Ambil lah ini." ucap Willian sambil menyodorkan kotak kecil itu kepada Akira.

"Terimakasih papa." balas Akira tersenyum dan mengambil kotak kecil dari tangan ayahnya.

"Aduh, seperti nya Papa harus segera pergi kerja, Mama tolong antar anak-anak yaa." ucap William yang terburu-buru beranjak dari meja makan.

"Hati-hati." balas ibu dari Akira dan Kiara.

William sudah keluar dari rumah, Kiara dengan cepat merebut kotak kecil yang di berikan kepada Akira.

"Berikan pada ku!!" teriak Kiara dengan kesal sambil berusaha merebut kotak kecil dari tangan akira.

"Jangan Kiara, ini hadiah dari Papa." ucap Akira berusaha untuk mempertahankan kotak kecil itu.

Ibu mereka pun menatap pertingkaian itu dengan rasa kesal sehingga membuat dia bangkit dari duduk nya dan mendekat ke arah kursi ke dua nya.

"Diam!, diam kalian berdua!" teriak ibu mereka dengan tegas.

Mereka berdua mengehentikan pertingkaian itu dan Kiara melepaskan tangan nya dari kotak kecil itu dengan raut wajah yang merasa kesal.

"Uh!, tapi ma, aku mau itu!" ucap Kiara dengan nada suara yang merasa geram sekali.

"Diam!" Bentak ibu mereka.

Ibu mereka berdua pun mendekat secara perlahan ke arah Akira sedang kan Akira hanya diam dan menunduk.

"Akira sayang, kamu gak apa-apa kan?" Tanya ibu mereka dengan lembut.

"Iya ma, Akira gak apa-apa .... " jawab Akira pelan sambil masih menunduk.

Tanpa melakukan kesalahan apapun, tiba-tiba Plak!, tamparan keras melayang tepat di pipi kanan Akira.

"Dasar bocah sialan!, sudah ku katakan apapun yang di inginkan oleh putri ku Kiara!, kau harus memberikan nya!, PAHAM!, aku adalah Cecil! dan apapun yang aku dan putri ku mau, harus terjadi!" teriak Cecil dengan keras.

Akira yang terkejut mendapatkan tamparan keras itu langsung terjatuh terduduk di atas lantai.

"Hiks ... ,hiks. Tapi ma, ini hadiah dari papa, sudah lama papa tidak memberikan aku hadiah." ucap Akira sambil menangis tersedu-sedu.

Cecil merasa sangat jengkel dengan jawaban dari Akira, dia segera berjalan mendekati Akira dan berjongkok sambil menarik dagu Akira untuk melihat wajah nya.

"Lihat wajah ku!, apa aku terlihat peduli?, asal kau tahu!,aku adalah ibu tiri mu!, ibu tiri mu!, jadi tidak ada hak ku atau kewajiban ku untuk menganggap mu sebagai anak ku! Camkan itu!" ucap Cecil dengan kasar.

Kiara yang melihat Akira lemah tak berdaya, tersenyum semringah dan merasa sangat bahagia.

"HAHA ... RASAKAN ITU!" ucap Kiara sambil tertawa puas.

"Hiks ... hiks, kenapa Kiara, kenapa?, kenapa kamu tega sekali pada ku, padahal aku adalah saudara mu. Bagaimana pun juga ayah kita sama, hiks ... hiks." ucap Akira sambil menangis.

Kiara merasa sangat marah karena Akira mengatakan hal itu dan tanpa ia sadari karena perasaan marahnya, Kiara mengambil gelas kaca,membawa nya sambil berjalan dengan cepat menuju ke arah Akira.

"Berani sekali kau mengatakan kita bersaudara!!" teriak Kiara dengan marah sambil terus melangkah ke arah Akira.

Prang!!, suara gelas kaca berhamburan pecah mengenai kepala Akira. Bruk!, tubuh Akira ambruk dan terjatuh pingsan ke lantai karena pukulan gelas kaca yang di layangkan oleh Kiara. Merasa terkejut, Kiara segera melepaskan sisa pecahan gelas kaca yang ada di tangan nya dan perlahan melangkah mundur, sedang kan Cecil menatap kejadian tak terduga itu dengan terkejut.

"Tidak, tidak!, bagaimana ini??? bagaimana jika aku akan masuk penjara, tidak-tidak!" teriak Kiara dengan rasa panik.

Cecil yang melihat putri kesayangan nya merasa begitu takut dan panik, segera menghampiri nya dan berusaha untuk menenangkan nya.

"Tidak sayang, kamu tidak akan masuk penjara, dan tidak akan ada yang terjadi padamu." ucap Cecil sambil memeluk Kiara.

"Tapi bagaimana cara nya ma??, bagaimana jika dia mati?" ucap Kiara sambil memeluk erat ibunya.

Cecil pun memikirkan suatu rencana, dia segera melepaskan pelukannya dan menatap wajah putri nya dengan serius.

"Dengar kan mama, kita bawa dia ke rumah sakit, dan apapun yang di tanya kan papa padamu, katakan saja jika Akira terpeleset karena dia marah-marah dan membuang jus buatan mama karena dia merasa tidak suka dengan rasa jus itu. Sisanya biar mama yang akan urus." ucap Cecil dengan serius.

Kiara pun hanya mengangguk pelan menyetujui perkataan dari ibunya. Mereka segera mengangkat tubuh Akira untuk di bawa ke dalam mobil agar bisa segera membawa nya ke rumah sakit. Di depan sebuah pagar besar tepat di sebuah sekolah menengah atas yang terkenal. Seorang gadis dengan rambut hitam panjang bergelombang sedang tersenyum dan menatap kagum gedung sekolah yang sangat tinggi.

"Wah, aku tidak menyangka jika aku akan sekolah di sini." ucap gadis itu sambil tersenyum sehingga membuat lesung pipi nya terlihat begitu jelas.

Drap ... drap. Suara langkah orang yang sedang berlari tengah mendekati ke arah tempat gadis itu berdiri.

"Kara!" teriak seorang gadis cantik berkulit putih dengan rambut sedikit berwarna pirang dengan tinggi 160 cm.

Wanita yang di panggil Kara itu segera menoleh ke belakang.

"Switi!??, astaga aku tidak menyangka loh kalau kamu juga sekolah di sini." seru Kara dengan rasa yang gembira.

"hehe iya, aku menyuruh ayah untuk memasukkan aku di sekolah yang sama dengan mu." ucap Switi sambil terkekeh.

"Aku kira kamu bakalan sekolah ke Kanada, kan Bapak kamu dari sana." ucap Kara sambil tersenyum riang.

"Gak lah, emang siapa yang mau ninggalin teman aneh seperti kamu." ucap Switi sambil tersenyum.

Kara tertawa riang dan merangkul bahu Switi dengan tangan dan sedikit menjijit kan kakinya karena tingginya yang tak sejajar dengan sahabat nya itu, Karamel merangkul bahu Switi sambil berjalan bersama untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah. Brum ... brum. Suara motor terdengar keras dan sedang berjalan keluar dari gerbang sekolah. Kara yang berjalan tempat di samping jalanan raya, merasa terkejut ketika motor itu hampir saja mengenai diri nya, sehingga membuat Kara spontan menghindar dan jatuh terduduk.

"Aww,sialan!, Hei dasar motor sialan!" teriak Kara dengan keras sambil menoleh ke arah motor sport yang melaju dengan cepat.

Switi yang terkejut segera membantu Kara untuk berdiri.

"Kara kamu gak apa-apa?" tanya Switi yang merasa khawatir.

"Switi lutut ku sangat sakit." ucap Kara dengan manja.

"Aduh, kasihan sekali sahabat ku ini." ucap Switi sambil membantu membersihkan rok Kara yang kotor.

"Semua ini gara-gara orang sialan itu!!!, dasar brengsek!!" teriak Kara dengan perasaan geram dan tatapan yang tajam.

Saat sedang merasakan perasaan yang jengkel sekaligus marah, tiba-tiba suara dering ponsel Kara berbunyi.

"Sebentar switi, seperti nya ada yang nelpon." ucap Kara sambil mengambil ponsel dari tas nya.

Kara langsung mengambil ponsel nya dan mengangkat panggilan telepon dari ponsel nya, raut wajah Kara berubah menjadi terkejut ketika mendapat kan panggilan yang masuk,dan segera mematikan ponsel milik nya tersebut.

"Kara ada apa??" tanya Switi yang merasa khawatir.

"A-aku, aku harus pulang sekarang." ucap Kara terbata dengan raut wajah yang nampak terkejut.

Switi merasa bingung apa yang tengah terjadi dengan sahabat nya itu, Kara tiba-tiba berlari dengan cepat dan melupakan rasa sakit di lutut kaki nya. Switi merasa terkejut sehingga membuat dia diam mematung tepat di depan gerbang sekolah.

"Kara!, kamu mau kemana!, sebentar lagi bel masuk berbunyi!" teriak Switi dengan keras.

Kara tidak menoleh sama sekali dan terus berlari menjauh dari sekolah untuk kembali pulang ke rumah nya.

"Tidak!,.tidak. Itu tidak mungkin." gumam Kara menahan air mata nya sambil terus berlari.

Kara sudah sampai di halte bus, karena begitu lama menunggu bus berikut nya. Kara yang merasa gelisah memutuskan untuk mencari taksi. Namun sayangnya tidak ada satu taksi pun yang berhenti.

"Sial!!, kenapa semua taksi penuh dengan penumpang!" gerutu Kara sambil merasa gelisah.

Kara berjalan mondar-mandir dengan gelisah sampai di melihat di sebrang jalan ada sebuah taksi yang berhenti di pinggir jalan untuk menurunkan penumpang nya.

"Pak!!, pas supir tunggu aku!" teriak Kara.

Kara berusaha untuk menyebrang di tengah banyak nya kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat.

"Ah sial!, aku akan menerobos semua kendaraan ini." ucap Kara dengan tegas.

Tit ... tit. Suara berisik klakson mobil yang lewat karena Kara yang dengan berani menyebrang sembarangan.

"Maaf, maaf kan aku." ucap Kara sambil menoleh ke kiri dan kanan dengan sopan, serta terus berlari untuk menuju ke taksi.

Kara tersenyum sambil sedikit berhenti untuk mengambil nafas ketika sebentar lagi dia akan segera sampai menuju ke taksi.

"Huuf ... akhirnya." gumam Kara sambil menghela nafas lega.

Kara kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan lagi,sehingga tanpa ia sadari sebuah mobil melaju dengan cepat dari arah kanan menuju arah nya.

Tiiit!!!, suara klakson dengan keras di bunyikan.

Kara menoleh sambil terus berlari dengan raut wajah yang terkejut ketika melihat sebuah mobil tengah melaju cepat ke arah nya.

"Aaa!!!" teriak Kara dengan keras

AWAL ADALAH AKHIR, AKHIR ADALAH AWAL!

Aku adalah Karamel, seorang gadis yang berusia 19 tahun dan sedang kuliah semester 2 bidang prodi bisnis. Apa yang kalian pikirkan dan harapkan tentang ku?, tentu saja aku bukan gadis yang kalem dan juga tenang. Aku adalah seorang gadis yang berpenampilan sederhana dengan rambut pendek hitam bergelombang sebahu dengan kacamata dengan kaca berwarna agak gelap dan berbentuk persegi empat yang cukup besar, wajah yang sedikit tembem, berkulit kuning langsat dan berlesung pipi di sebelah kanan,periang dan ramah kepada orang yang bisa menghargai ku. Namun aku adalah gadis dengan kepribadian yang meledak-ledak seperti bom waktu ketika bertemu dengan orang-orang yang sangat menjengkelkan!.

"Hei Karamel!, buat tugas kuliah gue dong!" perintah seorang gadis dengan tidak sopan.

Karamel yang tengah bersantai dengan bukunya sambil duduk di koridor gedung kampus, menoleh sambil menatap teman satu kelas nya ini dengan perasaan jengkel yang menggebu-gebu.

"Hei Karamel!, loh dengar kagak?" tanya gadis itu dengan kasar.

Karamel mengabaikan kan ucapan dari teman kelas nya itu dan kembali fokus dengan buku yang tadi ia baca.

"Cih!, dasar gadis cupu!" ucap gadis teman sekelas Karamel itu dengan rasa geram.

Teman sekelas Karamel itu segera berjalan mendekat dengan langkah penuh amarah, saat sampai dan berdiri tepat di depan Karamel yang sedang duduk. Dia langsung mengambil buku Karamel dan menghempaskan nya ke lantai dengan kasar. Karamel yang tadinya berusaha menahan rasa geram, segera menatap teman sekelas nya dengan tajam dan penuh amarah.

"Apa!,apa lihat-lihat?, dasar culun!HAHA .... " ucap gadis teman sekelas Karamel sambil tertawa mengejek.

"Cih!, dasar sialan!" gumam Karamel dengan rasa geram.

Karamel segera berdiri dari posisi duduk nya dan menatap mata teman sekelas nya itu dengan tajam.

"Hei culun dan pendek!, apa-apaan ini?. HAHA ...., loh berusaha menjajarkan tinggi badan loh dengan tinggi bada gue yang ideal ini Ha!" ucap teman sekelas Karamel dengan kasar.

Karamel merasa sangat-sangat kesal saat ini,dia megenggam kedua tinju nya dengan erat sambil terus menatap tajam ke arah teman kelas nya yang sialan itu.

"HAHA ... ,lihat lah itu teman-teman, dia lihat gue dengan tatapan seolah-olah seperti mau menerkam gue!" ucap gadis teman sekelas Karamel sambil tertawa mengejek.

Semua geng dari gadis yang mengejek karamel barusan, dengan serentak tertawa keras. karena merasa begitu hebat dengan banyaknya teman-teman yang mendukung nya, wanita itu melepaskan kacamata yang sedang di gunakan oleh Karamel dan membuang nya ke lantai sehingga membuat kacamata itu menjadi pecah.

"Ups, gak sengaja deh." ucap gadis teman sekelas nya itu sambil tersenyum miring.

Karamel yang belum siap dengan tindakan tiba-tiba dari teman kelas nya yang menyebalkan itu,merasa sedikit terkejut dan menatap kacamata nya yang terjatuh ke lantai dengan perasaan marah yang sudah mencapai 100 persen.

"Dasar brengsek!!!" teriak Karamel dengan marah.

Plak!!, tamparan keras di layangkan Karamel tepat mengenai kepala teman kelas nya itu sehingga membuat teman kelas nya jatuh terduduk ke lantai dan teman-teman geng nya membulatkan mata karena merasa terkejut dengan tindakan Karamel.

"Aww!!, sakit!" teriak teman sekelas Karamel sambil meringis kesakitan.

Karamel berjalan dengan langkah penuh amarah mendekati teman kelas nya yang kurang ajar itu.

"Dasar sialan!!, berani sekali loh lempar buku sama kacamata gue!!" teriak Kamala sambil menarik kera baju teman sekelas nya itu.

Teman sekelas nya itu tidak berdaya melawan Karamel sehingga membuat nya hanya bisa pasrah ketika Karamel menarik kera baju nya untuk membuat dia kembali berdiri.

Plak!!, plak!!, dua tamparan keras melayang di kedua pipi teman kelas nya itu.

"Ingat ini di dalam otak loh itu!!, gue gak pernah ganggu orang lain, tapi kalau orang lain yang ganggu gue!, gue babat sampai habis!! PAHAM LOH!" teriak Karamel dengan keras dan marah.

Teman kelas Karamel beserta anggota geng teman kelas kurang ajar nya itu hanya diam dan sedikit melangkah mundur ketika melihat Karamel menatap mereka dengan tajam dan lama sambil terus berjalan meninggalkan tempat. Karamel segera mengambil tas nya beserta buku dan juga kacamata nya yang jatuh di lantai.

"Cih sialan!, dia gak tahu apa yaa, kalau kacamata ini beli nya pakai duit." gerutu Karamel dengan kesal sambil duduk di bangku taman belakang yang ada di halaman kampus.

"Kara." ucap Switi dengan bahagia.

Switi berjalan menuju Karamel dan langsung duduk di samping Karamel.

"Kara??, ada apa dengan mu?, kenapa kamu terlihat sedih?" tanya Switi dengan raut wajah bingung.

"Huuf ... ,sahabat ku, entah angin barat atau timur mana yang membuat ku sial hari ini!" ucap Karamel sambil menghela nafas pasrah.

"Hei, katakan pada ku apa yang terjadi?" tanya Switi

"Ini loh, kacamata ku menjadi pecah gara-gara wanita ondel-ondel sialan itu!" gerutu Karamel dengan kesal.

"Ondel-ondel??" ucap Switi dengan raut wajah bingung.

Switi berusaha keras untuk memikirkan siapa yang di maksud oleh sahabat baik nya itu.

"Iya yang riasan muka nya mirip ondel-ondel itu." ucap Karamel.

"Astaga!, maksud kamu sih Tasya itu?" tanya Switi untuk memastikan.

"Nah iya, betul tuh." jawab Karamel.

"Ya ampun, sudahlah, kamu tenang saja, aku akan memberikan mu kacamata yang baru." ucap Switi sambil tersenyum.

Karamel menoleh ke arah Switi sambil menatap dengan tatapan yang terharu..

"Uuh, kamu ini memang sahabat terbaik ku." ucap Karamel dengan manja sambil memeluk Switi dengan erat.

Switi hanya tersenyum sambil membalas pelukan Karamel dengan erat dan hangat.

"Kara, aku tidak mengerti, kan kamu tidak rabun, kenapa kamu malah perlu menggunakan kacamata?" tanya Switi

"Huuf ... ,coba kamu lihat baik-baik mata ku ini, lihat kan jika bola mata ku ini sedikit biru laut, padahal orang tua ku bukan keturunan luar negeri. Jadi, aku berusaha sedikit menyamarkan warna bola mata ku ini dengan cermin kacamata yang sedikit berwarna kehitaman seolah-olah mata ku ini minus." jelas Karamel sambil menghela nafas.

"Oh iya-iya, semua itu terjadi karena 5 tahun yang lalu, kan?" tanya Switi.

Karamel yang mendengar ucapan Switi langsung mengubah raut wajah nya menjadi sendu seolah-olah 5 tahun yang lalu merupakan hal yang paling sedih bagi hidup nya.

"Astaga!, Kara maafkan aku ... ,aku tidak bermaksud mengingat kan mu akan hal itu." ucap Switi yang merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Switi, itu sudah berlalu kok." jawab Karamel sambil tersenyum tipis.

Sementara itu terdengar suara keributan di koridor kampus yang ada di lantai 3, semua wanita berkumpul sambil terpesona dengan seorang lelaki yang tengah berjalan di koridor dengan wajah yang tampan, bibir berwarna pink tipis yang kecil, berkulit putih, hidup kecil yang mancung, dengan rambut hitam dan rapi serta memiliki tubuh sedikit atletis dengan tinggi 180 cm.

"Ya ampun!!, Haru benar-benar tampan!" seru beberapa wanita dengan histeris.

Haru sesekali tersenyum ke arah para wanita yang menatap nya sambil terus berjalan dengan tegap dan percaya diri.

"Hoy Haru!" teriak Roy

Haru pun berhenti dan menoleh ke arah belakang.

"Ada apa?" tanya Haru

"Sore ini jadikan kita latihan basket?" tanya Roy.

"Jam berapa?" tanya Haru

"Jam empat sore. Jadi, awas loh ya kalau gak dateng!" ucap Roy yang sedikit menekan.

"Iya-iya, gue pasti dateng." ucap Haru sambil tersenyum.

"Cih!, dasar, kenapa tuhan gak adil banget. kenapa harus ngasih pesona yang berlebihan ke loh." ucap Roy yang merasa kagum dengan ketampanan Haru.

"Haha ... ,mana gue tahu lah." jawab Haru dengan santai.

Sementara itu, Switi sedang berlari dan Karamel juga ikut berlari mengikuti dirinya, karena ia merasa khawatir bahwa Switi sedang dalam masalah besar.

"Hei Switi!, kenapa sih loh lari-lari!" teriak Karamel sambil ngos-ngosan karena berlari.

Switi terus berlari untuk naik ke lantai tiga dan berhenti tepat di belakang kerumunan banyak wanita.

"Aduh!, aku kan jadi gak bisa lihat dia." ucap Switi sambil berusaha untuk melihat seseorang yang di halangi beberapa kerumunan wanita.

Karamel yang terus berlari dengan tubuh mungil dan langkah kecil nya itu, tanpa sengaja menerobos kerumunan sehingga membuat dia tidak bisa menghentikan larinya.

"Aaa!!!" teriak Karamel yang berusaha menghentikan langkahnya karena berusaha mengelak untuk tidak menabrak seorang pria yang ada di depan mata nya itu.

Semua orang nampak terkejut melihat suara keributan yang terjadi karena di sebabkan oleh Karamel.

Bruk!!, Karamel tanpa sengaja menabrak tubuh seseorang dengan tubuhnya yang mungil dengan tinggi 150 cm itu.

"Aduh!" keluh Karamel sambil memegang dahi nya yang sedikit sakit.

Semua wanita yang berada di sana, menatap dengan raut tidak suka ke arah Karamel, karena dengan berani nya Karamel jatuh ke pelukan Haru pria tampan yang menjadi primadona kampus. Haru yang terkejut karena tiba-tiba seorang gadis dengan tubuh mungil tiba-tiba jatuh ke pelukan nya, hanya diam membatu dengan raut wajah yang nampak sangat kaget.

"Aduh benjol dah dahi gue." ucap Karamel sambil yang belum sadar jika sekarang ini dia tengah menabrak tubuh siapa.

Karamel perlahan-lahan tersadar jika dia sudah dengan tidak sengaja menabrak tubuh seseorang, dia pun segera melangkah mundur sedikit menjauh dari tubuh orang yang ia tidak sengaja tabrak. Karamel perlahan-lahan menoleh ke atas untuk menatap siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak. dengan raut wajah yang terkejut, Karamel merasa sedikit kagum dan terpukau melihat sosok pria tampan dan juga tinggi, tengah berdiri tepat di depan nya dengan sangat dekat.

"Wah tampan nya." gumam Karamel dengan rasa kagum.

Sementara Haru masih terdiam dengan kaku.

"Hoy Haru!, loh kenapa?" tanya Roy yang merasa bingung.

Haru yang mendengar suara Roy, dengan segera mengembalikan kesadaran nya dan perlahan sedikit menunduk untuk menatap gadis yang dengan berani menyentuh bahkan menabrak dirinya.

Deg!, jantung Harus sedikit berdetak karena terpaku melihat sekilas warna bola mata gadis yang menabrak nya. Karamel yang sadar jika Haru sedikit menatap nya cukup lama, segera mengalihkan pandangannya.

"Maafkan saya, saya permisi dulu!" ucap Karamel yang sedikit berteriak dan segera berlari meninggalkan tempat.

Haru menoleh kebelakang sambil menatap punggung gadis yang menabraknya tengah pergi menjauh, dengan tatapan yang cukup lama dan penuh makna.

"Haru?, loh gak apa-apa kan?" tanya Roy sambil memegang bahu Haru.

"Hah??, Oh ya, gue gak apa-apa kok. Ayo kita cabut sekarang." ucap Haru sambil sesekali kembali menoleh ke arah gadis yang berlari menjauh itu.

Haru dan Karamel berjalan menjauh dengan arah yang saling berlawanan. Roy merasa sedikit bingung dengan raut wajah Haru yang berubah sedikit sendu sesudah bertemu gadis yang menabraknya tadi. Namun Haru masih terus berjalan walaupun raut wajah nya masih terlihat nampak sendu, sedang kan Roy mengikuti langkah Haru dengan terus berjalan di samping nya dengan banyak pertanyaan yang berlalu-lalang di pikiran nya karena melihat perubahan suasana dari Haru.

Perkara Crush??

"Huf ... huf, astaga apa-apaan itu tadi, kenapa pria itu menatap gue sebegitu nya? terus kenapa banyak banget orang berkerumun di sana tadi?" gumam Karamel sambil mengatur nafas dengan raut wajah yang merasa bingung.

Switi yang tadi melihat Karamel sedang di tatap dengan rasa tidak suka oleh banyak wanita yang yang berkumpul di sana, segera mencari-cari dimana keberadaan sahabat nya itu dan pada akhirnya dia berhasil menemukan Karamel yang tengah berdiri dekat tiang dengan tangan kiri nya tengah memegang tiang yang ada di samping nya itu, dengan raut wajah yang nampa kebingungan.

"Kara!, kamu gak apa-apa?" tanya Switi sambil berjalan menghampiri Karamel.

Karamel menoleh ke arah Switi dengan yang terlihat masih ngos-ngosan karena baru saja berlarian tadi.

"Switi, A- ku gak a- pa kok." ucap Karamel sambil mengatur nafas.

"Huuf ... ,astaga Kara, aku merasa sangat takut tadi." ucap Switi sambil menghela nafas lega.

"Takut kenapa??" tanya Karamel dengan raut wajah bingung.

"Yaa takut lah, soalnya tadi kamu udah nabrak primadona kampus. Aku sangat takut jika kamu bakalan di serang sama fans wanita-wanitanya." ucap Switi

"Apa!, primadona kampus?, astaga!, aku benar-benar sial, kenapa aku malah harus menabrak primadona kampus!, bisa-bisa hidup perkuliahan ku tidak akan menjadi tenang lagi." ucap Karamel yang merasa frustasi.

"Hei tenang lah, aku yakin mereka tidak akan mengenal mu. kita akan segera membeli kacamata mata untuk mu pas pulang nanti, mereka tadi kan melihat kamu yang tidak berkacamata, lagipula kelas kamu juga ada di lantai 2, jadi berbeda dengan kelas mereka." ucap Switi sambil tersenyum untuk memenangkan Karamel.

"Huuf ... ,kamu benar." ucap Karamel sambil menghela nafas lega.

Karamel dan Switi memutuskan untuk ke kantin yang berada di lantai tiga itu untuk beristirahat sejenak.

"Akhirnya aku bisa minum juga, sumpah haus banget tahu gak." seru Karamel dengan riang.

"Hehe, iya-iya minum yang banyak." ucap Switi sambil terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu.

"By the Way, kok tadi kamu lari sih??, aku kan jadi panik, maka nya aku ngikutin kamu." tanya Karamel dengan raut wajah yang nampak bingung.

"Eem ... ,itu, anu aku .... " ucap Switi sedikit gugup sambil memutar-mutar pipet minuman nya.

Karamel merasa bingung dengan sikap Switi yang terlihat senyum-senyum dan salah tingkah itu.

"Anu apaan!?, cepat bilang, keburu aku darah tinggi karena penasaran." ucap Karamel sedikit sebal.

"Eh??, iya-iya aku akan bilang. Jadi, tadi itu aku gak sengaja lihat Roy yang berjalan menuju ke lantai 3. Jadi, eeuum aku ngikutin dia deh, hehe .... " ucap Switi sambil terkekeh kecil.

"What!, kamu suka sama ROY!" ucap Karamel yang tak sengaja sedikit teriak sambil berdiri dari tempat duduk nya.

"Aduh!, sssstttt, jangan keras-keras." ucap Switi yang merasa sedikit malu.

"Ups, maaf, hehe .... " ucap Kamala sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan nya.

Karamel kembali duduk, sambil tersenyum kikuk ke arah orang-orang yang tengah duduk di kantin sebagai bentuk rasa maaf karena telah membuat keributan.

"Maaf-maaf kan saya." ucap Karamel dengan sopan sambil sesekali menundukkan kepalanya ke semua orang yang ada di sana.

Switi hanya bisa diam dan menutupi wajah dengan kertas menu yang ada di atas meja.

"Hei Switi, cepat ceritakan yang sebenarnya-benarnya." ucap Karamel yang merasa penasaran.

"iya-iya, jadi sebenarnya aku mulai menyukai Roy ketika pertama Ospek, soalnya dia begitu baik dengan ku, bahkan waktu itu saat aku hampir terjatuh, dia dengan cepat langsung menangkap ku." ucap Switi sambil senyum-senyum salah tingkah.

"Terus-terus, apa kamu sudah mengungkapkan perasaan suka kamu?" tanya Karamel dengan bersemangat.

"Huuf ... ,belum, soalnya aku tidak berani mengungkapkan nya karena dia begitu terkenal di kelas kami. banyak wanita yang juga mengagumi nya bahkan secara terang-terangan menyatakan perasaan mereka, walaupun semuanya di tolak oleh Roy. Jadi, aku merasa dengan mengangumi nya dalam diam dan melihat dia dari jauh pun sudah lebih dari cukup." ucap Switi dengan raut wajah yang sendu.

"Astaga sahabat ku yang satu ini, kenapa malah pasrah dan berlagak jadi penyair cinta sih." ucap Karamel merasa kesal dengan tingkah Switi.

"Yaa mau bagaimana lagi, kan aku prodi kesenian." jawab Switi.

"Eh?, Oh iya-iya, kan kamu anak kesenian, jadi syair-syair juga masuk dalam kesenian, haha .... " ucap Karamel sambil tertawa.

"Hadeh." ucap Switi sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala dengan tingkah sahabatnya itu.

Kelas yang di ambil oleh Karamel dan juga Switi sudah lama selesai. Kini mereka berdua tengah bersembunyi di balik dinding dan sedang melihat Roy yang tengah bermain bola basket di lapangan kampus.

"Wih, gak kaleng-kaleng pilihan kamu Switi, ternyata dia ganteng dan juga atletis." ucap Karamel sambil menatap ke arah lapangan basket.

"Hehe ... ,iya dong, Switi gitu loh." jawab Switi sambil terkekeh kecil.

"Haha, kamu bisa saja." ucap Karamel sambil tertawa geli melihat tingkah sahabatnya.

Karamel dan Switi masih terus mengamati Roy yang tengah bermain dengan terus sembunyi di balik tembok yang berada dekat lapangan.

"Eh?, kalau itu siapa Switi?" tanya Karamel dengan raut wajah penasaran

"Mana??" tanya Switi sambil menatap ke arah lapangan dengan seksama.

Switi kemudian melihat Haru yang tengah berlari membawa bola dan melemparkan bola basket tepat masuk ring.

"Ooo ... itu, dia adalah Haru, dia itu dari pro- " ucap Switi terputus karena di potong oleh Karamel.

"Astaga!, dia itu pria yang tak sengaja aku tabrak tadi!, tapi untung lah dia tidak di prodi ku karena aku melihat nya di depan kelas mu tadi." ucap Karamel yang merasa sangat lega dan bersyukur.

"Eeuumm .... ,tapi, dia itu .... " ucap Switi yang kembali terpotong karena di potong oleh perkataan Karamel.

"Sudahlah, ayo kita pulang. Yang penting aku sudah tahu jika pria yang kamu sukai sangat tampan, nanti aku akan mencari cara supaya dia melihat dan tertarik pada mu. Wuahaha!" ucap Karamel sambil berpura-pura tertawa jahat.

"iihh!, tertawa jahat mu sangat merinding, aku takut dengan apa yang akan kamu lakukan." ucap Switi yang sedikit merinding.

"Hayy, sahabat ku, kau tenang saja. biar Karamel yang mengurus jalan agar kisah cinta mu mulus." ucap Karamel dengan percaya diri sambil menarik tangan Switi.

Karamel dan Switi berjalan menjauh dari lapangan basket dan memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Sejak kapan kamu bertambah tinggi??" ucap Karamel sambil berjalan bergandengan tangan dengan Switi.

"Kamu tuh kali yang semakin pendek, Haha .... jawab Switi sambil tertawa lucu.

"Hayshh ... , kau ini." ucap Karamel yang merasa sedikit sebal dan memukul lembut lengan Switi.

Switi segera melepaskan tangan nya dari genggaman Karamel dan berlari sambil tertawa meninggal kan Karamel di belakang.

"Hei Switi!, awas kau yaa." teriak Karamel sambil tersenyum bahagia.

Karamel juga menyusul Switi yang berlari di depan nya dengan rasa yang begitu bahagia.

Sementara itu, Haru yang baru saja istirahat sejenak untuk minum, sedikit tersenyum tipis ketika melihat seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut hitam bergelombang pendek di atas bahu, tengah berlari dengan langkah kaki yang pendek. apalagi melihat tas ransel yang dia gunakan di belakang punggung nya juga ikut bergerak-gerak ketika dia berlari mengejar temannya dan Haru juga merasa lucu dengan gantungan kunci kelinci berwarna pink yang tergantung di tas ransel wanita itu.

"Lucu sekali." gumam Haru sambil tersenyum tipis.

"Hah?, siapa yang lucu." tanya Roy yang baru saja berjalan mendekati Haru.

"Ehem!, tidak ada kok." jawab Haru sambil meneguk air minum yang ada di botol nya.

"Hah??, aneh sekali." gumam Roy yang merasa sangat bingung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!