"Hoy Switi!" teriak Karamel sambil berlari karena melihat Switi yang baru turun dari mobilnya.
"Kara, ayo kesini!" teriak Switi sambil tersenyum.
Karamel berlari untuk menuju ke arah tempat Switi berdiri saat ini.
"Huf ... huf, selamat pagi Switi. Eh?, selamat pagi juga pak Jamal." ucap Karamel tersenyum menatap pak jamal sambil mengatur nafas nya.
"Selamat pagi Karamel." ucap Jamal supir dari Switi yang baru saja keluar dari mobil.
"Pak Jamal, nanti jemput Switi jam lima sore yaa." ucap Switi dengan sopan.
"Loh??, tumben non?" tanya Jamal yang merasa sedikit terkejut.
"Ah itu, eeum .... " ucap Switi merasa sedikit kebingungan.
Pak Jamal menatap Switi dengan raut wajah yang sedikit kebingungan apalagi saat melihat Switi yang berbicara tidak jelas. Karamel yang melihat Switi yang sedikit kebingungan untuk memberi kan alasan yang tepat, segera angkat bicara.
"Ah itu!, jadi kami berdua ingin belajar cukup lama di perpustakaan pak Jamal dan aku juga nanti harus membantu Switi untuk menyelesaikan lukisan nya, karena akan di serahkan kepada dosen nya nanti." ucap Karamel yang berusaha meyakinkan Pak Jamal.
"Ooo, ya udah kalau gitu, nanti saya jemput jam 5 sore non." ucap Pak Jamal dengan sopan.
Pak Jamal pun segera kembali masuk ke mobil dan melajukan mobil keluar dari halaman kampus.
"Dadah pak Jamal!, hati-hati yaa!" teriak Karamel sambil melambai-lambaikan tangannya.
Pak Jamal hanya membalas perkataan Karamel dengan suara klakson mobil yang ia kendarai.
"Huuf ... , untunglah pak Jamal percaya." ucap Switi sambil menghela nafas lega.
"Ayolah sobat, kamu lupa yaa jika punya sahabat yang langka seperti aku ini." ucap Karamel dengan percaya diri sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Haha, yaa kau sangat benar." jawab Switi sambil tertawa geli.
"Ayolah kita masuk ke kelas kita masing-masing." seru Karamel bersemangat.
"Untung lah kacamata yang kita beli kemarin cocok dengan mu." ucap Switi tersenyum sambil berjalan di samping Karamel.
"Yaa tentu saja dong. Terimakasih yaa atas kacamata nya." ucap Karamel tersenyum yang menampakkan lesung pipi nya.
Karamel dan Switi berjalan dengan setiap langkah yang penuh rasa bahagia untuk menuju ke kelas mereka masing-masing.
"Baik semua nya, pada materi kuliah hari ini kita akan membahas mengenai kerja lapangan dalam bisnis secara langsung." jelas dosen yang mengajar di kelas Karamel.
Kret, tiba-tiba pintu kelas di buka oleh seorang. Dosen yang sedang fokus mengajar menjadi teralihkan begitu juga dengan mahasiswa/i yang ada di sana.
"Kenapa kamu terlambat masuk kelas?" tanya dosen dengan tegas
"Maaf pak saya tadi sedang mengurus formalitas untuk pindah ke prodi ini." jawab sopan seorang pria dengan suara yang terdengar maskulin.
Semua orang menoleh ke arah pintu dengan tatapan yang terkejut terutama para wanita yang terlihat tidak bisa berkata-kata ketika melihat orang yang tengah berdiri di dekat pintu kelas. Karamel merasa bingung dengan raut wajah dari teman-teman kelas nya yang nampak sangat kaget dan kagum secara bersamaan. karena merasa penasaran,Karamel langsung menoleh ke arah pintu. Betapa terkejutnya Karamel sampai-sampai ia membulatkan mata nya karena merasa sangat-sangat terkejut.
"Astaga!, dia kan pria yang aku tabrak beberapa hari yang lalu." gumam Karamel dengan suara pelan sambil dengan cepat menutupi wajah nya dengan buku.
"Baiklah, cepat masuk dan duduk di bangku yang masih kosong!" perintah dosen dengan tegas.
Haru akhirnya berjalan masuk ke dalam kelas dan sedang mencari-cari bangku yang masih kosong.
"Eh, loh pindah ke barisan dua deh, biar Haru duduk di samping gue." ucap seorang gadis pada teman nya.
"iih, ogah!, loh aja yang pindah biar gue yang duduk di samping Haru!" jawab teman nya yang tak mau kalah
Haru menatap kedua wanita itu sambil tersenyum dan mulai menebar pesona yang ia miliki. Sehingga membuat kedua wanita itu merasa meleleh dan jadi salah tingkah saat di senyumi oleh Haru. sementara itu, Karamel sedang sibuk menutupi wajah nya dengan buku sehingga seolah-olah dia terlihat seperti sedang membaca sambil terus menundukkan kepalanya.
"Semoga dia gak kenal sama gue." gumam Karamel dengan perasaan yang cemas.
Haru akhirnya menemukan kursi kosong yang berada di barisan ke dua tepat bersebelahan dengan tempat yang tengah di duduki oleh Karamel.
"Hei .... " ucap Haru sambil berdiri di samping Karamel.
Karamel merasa sangat terkejut ketika mendengar suara Haru, dia mengutuk dirinya sendiri karena merasa sangat sial selama beberapa hari belakangan ini.
"Ah sial!, kenapa juga dia ada di samping gue sih!" gerutu kecil Karamel.
"Hei!, apa kau tidak mendengar ku?" tanya Haru sedikit mengeras kan suara nya.
Karamel hanya diam dan terus menutupi wajah nya dengan buku yang ia pegang. Haru yang sudah merasa cukup jengkel, segera menarik buku yang Karamel pegang sehingga membuat Karamel merasa terkejut dan tanpa sengaja menatap mata Haru yang tengah berdiri di samping tempat duduk nya sambil sedikit menundukkan kepalanya.
"Mati lah aku." gumam Karamel menelan ludah sambil menatap mata Haru.
"Hei!, kenapa kau menatapku begitu?, tolong singkirkan tas mu!, aku ingin duduk!" ucap Haru sedikit tegas.
Karamel menoleh ke arah tas nya yang ia letakkan di sebuah kursi kosong di samping nya. Karamel menghela nafas lega dan segera mengambil tas nya.
"Huuf ... ,untunglah dia tidak mengenali ku." gumam Karamel pelan sambil menghela nafas lega.
Haru memicingkan mata karena merasa heran dengan tingkah gadis kecil berkacamata itu. Tanpa berlama-lama Haru segera duduk di samping Karamel sambil menatap fokus ke arah dosen yang tengah membahas materi. Karamel yang merasa sedikit was-was, sesekali menatap Haru secara sembunyi-sembunyi.
(Seperti nya pria ini tidak mengenali ku). ucap karamel dalam hati sambil menatap Haru yang duduk di samping nya.
Haru yang merasa di awasi, segera menoleh ke arah tempat duduk Karamel dan dengan cepat Karamel memalingkan wajah nya ke arah lain.
"Cih!, ada apa dengan gadis kacamata ini?" gumam Haru yang merasa sedikit jengkel.
Haru yang tadi menatap gadis di sebelah nya dengan perasaan jengkel, tanpa sengaja melihat tas yang sedang berada di pangkuan Karamel, lalu kemudian dia tertawa kecil saat melihat tas itu. Karamel yang mendengar samar suara tawa dari Haru, segera menoleh dan dengan cepat Haru mengubah raut wajah nya kembali serius.
"Kenapa dia tertawa saat melihat tas ransel ku??" gumam Karamel dengan banyak pertanyaan di pikiran nya.
Karamel sekarang sedang duduk dan berada di taman halaman depan kampus nya,sambil memakan roti yang di beri oleh Switi yang tengah duduk di samping nya saat ini.
"Kenapa kau tidak bilang jika dia satu prodi dengan ku?" keluh Karamel sambil memakan roti nya.
"Kan kemarin aku mau bilang. Tapi, kamu malah terus motong ucapan ku." jawab Switi
"Hah?, masa sih?" tanya Karamel yang merasa tidak percaya.
"iih, iya tahu!, pas kita lihat lapangan basket kemarin. Aku mau bilang kalau Haru di semester 2 ini akan pindah ke prodi bisnis, dia udah gak di prodi kesenian lagi." jelas Switi.
"Ah!!, kenapa keberuntungan ku menjadi menipis!, aku harap pria itu tidak mengenali ku." ucap Karamel yang sudah merasa frustasi.
"Tenang saja, Haru pasti tidak akan mengenali mu. lagipula dia adalah primadona kampus yang banyak di kejar-kejar oleh wanita. Bahkan dia sering menggombali beberapa wanita cantik diantara fans-fansnya. yaa, walaupun dia gak tertarik dengan salah satu dari mereka. Cuma aku yakin dia tidak akan mengenali kamu." ucap Switi dengan santai.
"Huum, kamu benar." ucap Karamel sambil mengangguk-angguk kan kepala tanda setuju.
"Iya tentu." balas Switi sambil kembali menggigit roti yang ada di tangan nya.
"Eetss, tunggu dulu!. Jadi, maksud kamu aku ini gak cantik?, jadi tidak mungkin bisa di ingat??" tanya Karamel yang merasa sebal dengan Switi dan menatap Switi dengan tatapan tajam.
"Hah??, bukan maksud ku begitu. Tapi, kan, eeum gimana ya .... " ucap Switi yang pura-pura kebingungan.
"SWITI!, iiihh kamu sangat menyebalkan." ucap Karamel sedikit berteriak sambil menggelitik perut Switi.
"Haha, iya-iya ampun-ampun, aku hanya bercanda kok." ucap Switi sambil tertawa.
Haru dan Roy berjalan di jalan yang tidak jauh dari tempat duduk Karamel dan juga Switi saat ini, mereka berdua menatap ke arah kursi taman sambil sedikit tersenyum kecil.
"Cih, dasar bocah." ucap Haru
"Emang kenapa sih?, nama nya juga teman kan. Apa loh juga mau digelitikin?" ucap Roy yang sedang bercanda.
"Loh gelitikin gue. gue patahin tangan loh." ucap Haru sambil menatap Roy.
"Wih, bercanda bos ku. haha .... " ucap Roy sambil tertawa.
Karamel dan Switi yang mendengar suara tawa Roy segera menghentikan candaan mereka, dengan cepat mereka berdua menatap ke arah sumber suara dan Karamel mulai memikirkan sesuatu sambil tersenyum miring.
"Hei, Karamel, apapun yang sedang kamu pikirkan itu. jangan pernah kamu lakukan." ucap Switi yang merasa curiga.
"Sstt, diam saja!, ayo ikut aku cepat!" perintah Karamel sambil menarik tangan Switi untuk bangkit dari posisi duduknya.
Karamel menarik tangan Switi dan dengan sengaja menyuruh Switi untuk berjalan berdampingan dengan nya untuk melewati tempat Haru dan juga Roy tengah berdiri. Switi yang sedari tadi terus di tarik oleh Karamel agar terus mengikuti langkah nya, merasa sedikit was-was dengan apa yang ada di dalam pikiran sahabat nya saat ini.
"Tuhan ... , semoga aku selamat." gumam Switi.
Saat hampir sampai di dekat tempat posisi Roy berdiri saat ini, Karamel dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya ke semen jalan taman dan mendorong Switi ke arah depan. Switi yang kaget langsung berteriak dengan keras.
"Aaa!!" teriak Switi, dengan tubuhnya yang mulai oleng.
Drap, dengan cepat Roy menangkap Switi yang hampir jatuh di atas tanah dan membuat tatapan kedua nya saling bertemu.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Roy dengan lembut.
"Hah??, oh ya, aku gak apa-apa kok." jawab Switi yang terlihat sedikit gugup.
Roy membantu Switi untuk kembali berdiri dengan tegap.
"Beneran kamu gak apa-apa?" tanya Roy untuk memastikan.
"Hehe, gak kok." jawab Switi sambil terkekeh kecil.
Haru menatap interaksi antar Roy dan Switi dengan perasaan yang jengkel.
"Huuf ... ,astaga romansa di depan mata ini." ucap Haru sambil memutar bola mata malas.
Sementara itu, Karamel yang tadi pura-pura terjatuh, nyata nya benar-benar merasa sakit di tubuh nya karena akting pura-pura terjatuhnya di jalanan taman yang di cor dengan semen, bahkan kacamata nya menjadi ikut terjatuh di rerumputan taman yang berada di sebelah tempat dia pura-pura jatuh tadi.
"Aduh buset, sakit juga ternyata telapak tangan gue." gumam Karamel sambil berusaha untuk berdiri.
Switi dan Roy masih saling berbicara basa-basi, sedang kan Haru hanya diam dan merasa jengkel dengan interaksi mereka berdua yang cukup lama, sampai tiba-tiba Switi baru mengingat jika tadi Karamel terjatuh.
"Astaga!, Kara!" ucap Switi sedikit teriak dengan raut wajah yang merasa kaget.
"Hah?, Kara?" tanya Roy yang merasa bingung.
Switi langsung menoleh ke belakang dan melihat Karamel yang sedang berusaha berdiri dari posisi jatuh nya.
"Kara!, ya ampun kamu tidak apa-apa?" tanya Switi sambil berjalan mendekati Karamel.
Haru dan Roy yang merasa penasaran, segera berjalan mendekati mereka berdua.
"Kara ini kacamata mu." ucap Switi sambil memberikan Kacamata ke Karamel.
"Terimakasih Switi." ucap Karamel sambil tersenyum dan menoleh ke atas untuk menatap wajah Switi.
Deg!, jantung Haru berdetak ketika melihat warna bola mata milik Karamel yang begitu memukau dan seolah-olah sangat cocok di padu kan dengan senyuman nya yang menampakkan lesung pipi nya itu, sehingga membuat dia diam terpaku seolah-olah waktu berhenti dan hanya terdengar suara angin yang seolah-olah sedang memainkan melodi merdu nan lembut di telinga nya.
"Bro??, loh kenapa?" tanya Roy sambil melambai-lambaikan tangannya ke depan muka Haru yang nampak bengong.
"Hah?, gak apa-apa kok." jawab Haru yang sedikit salah tingkah.
Switi merasa sedikit cemas melihat Karamel yang terjatuh di atas jalan semen taman, karena dia takut kalau Karamel mengalami cedera yang cukup serius.
"Benar kamu gak apa-apa?" tanya Switi sambil memegang tangan Karamel untuk membantu nya berdiri.
"Elah, biasa aja kali, ini cuma goresan kecil aja di tangan aku nih." jawab Karamel dengan santai dan sudah berdiri dengan benar.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Roy.
Karamel menoleh ke arah Roy dan segera berjalan mendekati Roy sambil tersenyum bahagia.
"Astaga!, kamu yang nyelamatin Switi tadi kan?" seru Karamel dengan bersemangat.
"I-iya, aku yang nolong switi tadi." jawab Roy terbata karena merasa bingung dengan tingkah aneh dari Karamel.
"Ooo ya ampun!, apa kau tahu, jika seseorang di takdir kan oleh kehidupan, maka mereka akan mendapatkan tanda untuk saling bersama." ucap Karamel sambil tersenyum semringah sehingga menampakkan gigi kelinci nya.
"Hah???, apa maksud mu?" tanya Roy yang merasa sedikit takut.
Switi hanya bisa menepuk jidat melihat tingkah sahabatnya nya yang aneh itu, sementara Karamel perlahan berjalan mendekati Roy, dan mengabaikan Haru yang sedari tadi juga berada di sana.
(Apa ini?, dia mengabaikan ku?, apa dia tidak melihat ku di sini?). tanya Haru dalam hatinya.
"Maksud ku, jika seseorang di takdir kan maka mereka akan bertemu, dan jika kamu mencintai seseorang maka kamu akan bersama nya, iya kan?benar kan? pasti benar lah." ucap Karamel sambil menyenggol lengan kanan Roy dengan bahu nya.
"i-itu, a-aku tidak terlalu tahu." jawab Roy gugup dengan wajah yang sedikit bingung.
"Haha, maafkan teman ku ya, kami permisi dulu." ucap Switi yang menarik tangan Karamel untuk segera pergi.
"Hei aku belum selesai bicara!" teriak Karamel yang mulai perlahan berjalan terpaksa ketika tangan nya di tarik keras oleh Switi.
Switi terus menarik tangan Karamel sehingga membuat Karamel terpaksa mengikuti langkah kaki Switi. Dengan perasaan yang merasa sebal, tanpa sengaja tangan kanan Karamel bersentuhan dengan tangan kiri Haru dan Karamel tidak menyadari akan hal itu sama sekali.
"Apa ini??, kenapa hati ku merasa aneh??" gumam Haru yang merasa bingung ketika merasakan sentuhan dari tangan Karamel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments