Cerita Pengantar Tidur

Cerita Pengantar Tidur

Bab.1

Pembagian raport akhir tahun, adalah hal yang paling di nanti oleh para murid. Pasalnya, mereka akan terbebas sejenak dari rutinitas menghitung, menulis dan membaca. 

"Luna, nanti liburan ke mana?" tanya Almira, teman sekelas Luna.

"Entahlah, aku belum kepikiran. Ayah dan Bunda juga sibuk," balas Luna.

"Coba nanti tanya kakak sepupu mu, Hasan. Kalian kan tinggal serumah."

Aluna tampak berpikir, jika pergi bersama sang sepupu. Pasti akan diizinkan tapi, jika pergi sendiri orang tuanya selalu mengomel panjang sekali bagai kereta api.

"Oke, nanti aku tanya kak Hasan." Putus Luna.

"Baiklah, kabari aku ya! Bye Luna!" pamit Almira.

Aluna Widyasari gadis SMA berumur 16 tahun, tahun ini dia naik ke kelas 2 SMA. Sedangkan Hasan adalah sepupu Aluna, anak dari kakak ayah Aluna. Orang tua Hasan bekerja menjadi TKW di Arab, dan Hasan dititipkan pada orang tua Aluna.

"Kak Hasan," pekik Aluna.

"Maaf nunggu lama," kata Hasan, saat melihat Aluna duduk di atas motornya.

"Gak apa-apa kak, aku juga baru kok. Baru satu jam yang lalu," kekeh Aluna bercanda.

"Dasar kamu ini." Hasan mengacak rambut Aluna, walau Aluna hanya sepupu. Tapi, Hasan selalu menganggap Aluna adiknya terlebih dia tinggal bersama Omnya Bagas adik dari ayahnya. Yaitu ayah dari Aluna.

"Ayo kita pulang," ajak Hasan, di jawab anggukan oleh Aluna.

Jika orang yang baru mengenal mereka. Mungkin, orang-orang akan menganggap Aluna dan Hasan sepasang kekasih. Dan itu sudah biasa terjadi, jika Aluna, Almira, Hasan dan satu teman mereka yang bernama Raka. Berjalan bersama, semua orang mengira mereka sedang double date.

Berpuluh menit kemudian, mereka sudah sampai di kediaman orang tua Aluna. Rumah Hasan, tak jauh dari rumah Aluna mungkin hanya berjarak dua rumah. Tapi, Hasan lebih senang tinggal bersama om dan tantenya.

"Assalamualaikum, Luna pulang bun." Ucap Aluna.

Dari arah dapur, ibu Luna menjawab salam anak-anak. Vita nama ibunya Luna, sedang sibuk menyiapkan makan malam.

"Bun, masak apa?" tanya Luna memeluk sang bunda.

"Masak makanan, kesukaan kalian." Jawabnya.

"Ahh ... Bunda memang yang terbaik." Luna mencium pipi Vita, lalu berpamitan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.

Tak terasa hari bergerak begitu cepat, senja yang memancarkan sinarnya. Kini telah berganti menjadi malam, keluarga Aluna sudah berkumpul di meja makan.

"Liburan kali ini, kita kemana ayah?" tanya Aluna memecah keheningan.

"Kita gak liburan dulu, yah! Soalnya pekerjaan ayah lagi banyak banget, juga harus buat laporan akhir tahun." Jujur Bagas, membuat Aluna cemberut.

"Oh iya, bunda hampir lupa. Tadi Oma Lidia meminta kalian berlibur di tempat tinggal Oma sayang," sela Vita, baru ingat jika ibu mertuanya menghubungi dirinya untuk meminta kedua cucunya berlibur di kampung halaman sang Oma.

"Bagaimana? Ya itung-itung kalian menikmati keindahan alam disana, bisa main ke sungai, sawah, kebun dan lain-lain." Ujar Bagas, karena dulu dia paling suka bermain di daerah sungai dan persawahan.

Aluna melirik pada Hasan, untuk meminta persetujuan sang sepupu. Dilihatnya Hasan mengangguk tanda setuju.

"Baik Om, Tan. Udah lama gak ke rumah Oma. Kasihan Oma, pasti rindu kita. Lebaran tahun kemarin kita kan gak pulang," papar Hasan.

"Tapi boleh ajak Almira sama Raka?" Sela Luna, pasalnya sahabatnya tersebut ingin ikut kemana Aluna liburan.

"Boleh, jika orang tua mereka mengizinkan." Ujar Bagas.

Mereka pun melanjutkan makan malam tersebut, setelah selesai makan malam. Aluna dan Hasan mulai mempersiapkan barang yang akan mereka bawa, juga sudah memberitahu Almira dan Raka. 

Dan orang tua mereka mengizinkan mereka untuk berlibur, ke rumah Oma Lidia.

Pagi pun tiba, Almira dan Raka sudah berada di rumah Aluna. Orang tua Almira dan Raka pun berpesan, jika di tempat baru mereka harus sopan dan jangan sompral.

Pukul 8 pagi, Bagas dan Vita mengantar anak-anak menuju rumah Oma Lidia. Selama di perjalanan, mereka banyak bercerita dan merencanakan untuk menangkap ikan dan juga belut di sawah.

"Memang kamu bisa, Raka?" tanya Bagas tertawa.

"Om, jangan meremehkan aku ya! Jangankan menangkap belut atau ikan. Menangkap hati anak om, aja aku bisa ea..." Goda Raka, membuat Aluna mencubit lengan temannya.

"Dasar tukang gombal," omel Aluna.

Vita merasa terhibur selama dalam perjalanan karena anak-anak, selalu membuat lelucon dan juga Raka pandai menggombal.

"Sudah-sudah, apa kalian tidak lelah? Perjalanan masih lama." Kata Vita.

"Engga dong," seru Almira dan Aluna kompak.

Hasan yang paling kalem, hanya tersenyum menanggapi ocehan Aluna dan Almira. Sedangkan Raka kini sibuk dengan ponselnya.

Perjalanan menuju kampung halaman Oma Lidia, memakan waktu yang lumayan cukup lama. Kurang lebih empat jam, mereka melewati jalan yang di sepanjang jalannya hutan kiri dan kanan.

"Kalau hilang disitu, susah nyarinya pasti." Celetuk Raka.

"Hus ... Gak boleh ngomong gitu," sahut Bagas.

Walau siang, tapi karena rimbunnya pohon. Membuat jalanan terasa gelap dan sedikit seram, Bagas yang sudah terbiasa pun dengan santai melajukan mobilnya.

"Ayah cepat dikit kenapa sih," protes Luna.

"Di jalanan ini harus santai nak, kenapa sih? Takut?" ejek Bagas.

"Ihh ayah ini," kesal Aluna, membuat Vita tertawa.

Beruntung Aluna duduk di tengah, jika tidak dia akan terus mengamati hutan yang lebat. Dua puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Oma Lidia. Rumah dengan bangunan tempo dulu yang sangat terawat dan juga sekitaran rumah yang asri.

Kiri dan kanan kini sudah banyak rumah, dulu hanya ada beberapa.

"Akhirnya, kalian sampai juga." Sambut Oma Lidia.

Aluna langsung memeluk sang Oma, diikuti oleh Almira. Sedangkan Hasan dan Raka menurunkan barang bawaan mereka, selama liburan disini.

"Sehat bu," ucap Vita pada ibu mertuanya.

"Sehat, makasih udah izinin anak-anak ke sini." Kata Oma Lidia.

"Ahh ibu, kaya sama siapa aja. Mas Bagas gak bisa ajak mereka pergi jauh, karena pekerjaan kantor lagu numpuk-numpuknya." Papar Vita di jawab anggukan oleh Oma Lidia.

Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan disambut oleh pembantu rumah Oma Lidia bernama Nisa. Yang berumur sekitar dua puluh tahunan.

"Kalian menginap saja, besok baru pulang. Gak baik lewat hutan menjelang sore," cetus Oma Lidia pada anak dan menantunya.

"Memang kenapa, Oma?" tanya Aluna penasaran.

"Jalan-nya gelap, takut ada apa-apa di tengah jalan kan jadi susah." Jawab Oma Lidia, tapi Aluna menangkap kata lain yang tak tersirat dari sang nenek.

"Bagaimana sayang, kita nginap saja? Ini sudah mau pukul tiga loh!" Bagas bertanya pada Vita, memang mereka selalu menginap jika berkunjung. Tapi, karena Bagas besok harus bekerja jadi Vita mempertimbangkan semuanya.

"Ya sudah mas, kita nginap saja. Aku takut kamu capek," putus Vita.

Oma Lidia pun mengangguk dan meminta Nisa, untuk menyiapkan kamar milik sang anak Bagas. Sementara Aluna dan Hasan mendapat kamar di lantai dua.

Bersambung...

Selamat datang, di cerita horor pertama ku jangan lupa tinggalkan jejak dan masuk kan ke daftar favorit 💜💜

Terpopuler

Comments

Mochi 🐣

Mochi 🐣

Lanjut 💙💙

2023-08-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!