Bukannya tidur, anak-anak malah makin penasaran dengan cerita sang Oma. Aluna dan Almira memutuskan untuk mendatangi kamar Oma Lidia, dan tanpa disangka Hasan serta Raka ikut bergabung. Rupanya, mereka tidak terbiasa tidur pukul delapan malam.
Dengan pasrah, Oma Lidia pun melanjutkan ceritanya.
"Lalu... apa yang terjadi dengan mereka, Oma?" tanya Raka. Ia sudah meninggalkan ponselnya dan kini fokus mendengarkan.
Oma Lidia tersenyum lalu menoleh ke arah cucu-cucunya. "Menurut kalian, apa yang terjadi?"
"Meninggal," celetuk Almira, langsung mendapat cubitan dari Aluna.
Oma Lidia menggeleng. "Baiklah, Oma akan lanjutkan ceritanya."
Mereka pun duduk lesehan di karpet bulu. Sang Oma duduk di kursi sofa dengan tenang.
*****
Beberapa menit kemudian, para warga sudah sampai di dekat hutan. Mereka memanggil-manggil nama Wisnu dan Saka sambil memukul-mukul alat rumah tangga seperti wajan, baskom, dan pentungan. Tujuannya, agar jika anak-anak itu sudah 'dipinang' oleh makhluk halus, mereka bisa kembali sebelum menerima jubah.
Namun pencarian tak membuahkan hasil.
Di sisi lain, Saka dan Wisnu tertidur bersandar pada pohon besar. Di balik mereka, sosok menyeramkan tengah membelai rambut keduanya. Sosok itu bernyanyi dengan suara melengking dalam bahasa Jawa yang tak mereka pahami. Anehnya, di dalam mimpi, Wisnu merasa dipeluk sang ibu.
"Pelukan ibu, selalu membuatku nyaman," gumamnya.
Pencarian warga dihentikan sementara. Waktu sudah larut dan semakin berbahaya. Mereka berjanji akan melanjutkan esok hari dengan bantuan pak ustaz.
Dua hari berlalu, Wisnu dan Saka belum juga ditemukan. Ibunda mereka akhirnya pergi ke hutan sendiri.
"Nak, pulanglah... Ini ibu," lirih sang ibu sambil menangis.
Pak ustaz melantunkan azan. Tak lama kemudian, terdengar teriakan dari balik pepohonan. Wisnu dan Saka muncul, tubuh mereka lusuh, mata sembab. Mereka langsung memeluk ibu masing-masing.
Warga pun mengadakan doa bersama, memohon maaf atas kesalahan masa lalu—terutama pada seorang janda yang pernah mereka fitnah dan sakiti. Arwahnya dipercaya gentayangan dan menculik anak-anak.
Sejak saat itu, jalan menuju sungai ditutup. Tak ada lagi yang berani keluar setelah magrib.
****
"Jadi, sebelum magrib kalian harus sudah di rumah," pesan Oma Lidia.
Mereka mengangguk serempak.
"Apakah Wisnu dan Saka warga sini, Oma?" tanya Raka.
"Entahlah... mungkin saja," jawab Oma Lidia ambigu.
Setelahnya, Oma pamit dan mengingatkan agar tak membuka jendela.
Setelah sang Oma pergi, Aluna dan Almira naik ke atas kasur. Sementara Hasan dan Raka masih dengan aktivitas masing-masing.
"Kalian mau tidur di sini?" tanya Almira.
Raka melirik Hasan, meminta keputusan. Hasan menggeleng.
"Aku tidur di kamar saja," ujar Hasan.
Raka pun akhirnya mengalah.
Setelah para lelaki keluar kamar, malam itu terasa sangat sunyi. Bahkan suara binatang malam pun tak terdengar.
****
Pagi pun menyapa. Sinar matahari menyusup lembut dari celah jendela. Udara sejuk menyelimuti kampung.
"Anak-anak belum pulang, Bu?" tanya Vita.
"Belum. Mereka pasti senang keliling kampung. Ada pasar pagi juga," jawab Oma Lidia santai. "Mereka bersama Bagas, tenang saja."
Vita melanjutkan membuat sarapan dibantu Nisa. Sementara Oma Lidia duduk di teras, menikmati suasana pagi.
Tak lama kemudian, suara tawa Aluna dan Almira terdengar. Hasan dan Raka berjalan di belakang mereka, seperti pengawal pribadi.
Namun dari kejauhan, Oma Lidia memicingkan mata. Ia merasa... ada satu sosok asing yang ikut bersama mereka.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments