Senja Yang Hilang
Clarisa menghembuskan napas beratnya berulang kali. Mematut dirinya di depan cermin, memastikan penampilannya agar terlihat sempurna. Mendadak dia merasa gugup padahal dia sendiri yang menyetujui acara pertunangan ini.
Dia menghirup udara banyak banyak lewat hidung dan menghembuskannya lewat mulut dalam sekali hempasan demi mengurai rasa gugupnya.
"it's okay. Semuanya akan berjalan lancar." dia tersenyum pada bayangannya di cermin.
Ceklek.
Pintu terbuka dari luar disusul seraut wajah ramah yang kemudian menjadi sosok utuh yang cantik saat pemilik wajah itu masuk ke dalam kamar Clarisa. Dia tersenyum lembut menyadari kegugupan gadis itu.
"Jangan gugup. Mereka tidak akan memakanmu. Paling mereka akan memintamu segera menikah dengan Gabriel." godanya pada Clarisa membuat gadis itu sedikit merengut.
"Kak Dea, apa dulu kak Dea juga gugup?"
Wanita itu memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri membayangkan keadaan dirinya saat dilamar Stefan dulu.
"Tidak. Aku malah sangat bersemangat. Rasa rasanya aku ingin memutar waktu dengan cepat agar semuanya cepat terlaksana. Kamu tahu sendiri, aku sangat tergila gila pada kakakmu" Dea menepuk lembut bahu adik iparnya itu. "Kamu juga harusnya begitu kan? Kenapa sekarang jadi gugup? Bukannya kamu juga menyukai pertunangan ini? Kamu juga mencintai Biel"
"Iya kak. Tapi ini pertama kalinya aku berhadapan dengan keluarga besarnya. Mana yang datang banyak lagi. Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?"
"Ya ampun sayang. Jangan berpikiran yang aneh aneh dulu. Biel dan orangtuanya menyukaimu. Itu sudah cukup. Jangan pedulikan yang lainnya. Mereka cuma pelengkap. Lagipula semalam kakak sudah bilang padamu bagaimana membawa diri di keluarga suamimu nanti."
"Ih kak, jangan sebut suami dulu kenapa!" Entah kenapa Clarisa merasa risih mendengar kakak iparnya menyebut Gabriel sebagai suaminya. "Baru juga mau tunangan."
"Ya ya, calon suami maksudnya. A,,,"
Ceklek!
Pintu kembali dibuka dari luar. Stefan muncul dari balik pintu.
"Astaga, kamu di suruh menjemputnya bukan malah bergosip ria dengannya, Sayang" ujar Stefan kesal melihat istrinya malah asyik ngobrol dengan adiknya.
"Siapa yang ngegosip Yang. Aku sedang menenangkan adikmu. Nih lihat, dia sedang gugup."
Stefan mengalihkan pandangannya pada sang adik. Gadis itu hanya menyeringai lebar. Stefan menghampirinya, menggenggam lembut tangannya.
"Ayo. Kita keluar sekarang. Semua orang menunggumu."
Sekali lagi Clarisa menghembuskan napas panjang.
Dia berjalan pelan melewati kerabat dan kenalannya yang ikut menghadiri acara pertunangannya.
"Kak Ica cantik sekali!"
"Wah, Ica cantik sekali"
"Iya, sayangnya dia tidak berjodoh dengan putraku!"
Suara - suara itu menemani perjalanan Clarisa dari kamarnya menuju ruang tamu, tempat di mana akan dilangsungkan acara pertunangan dimana Gabriel sudah menunggunya bersama pemuka adar dan keluarga inti keduanya.
Lutut Clarisa mendadak lemas. Suara musik yang diputar dari halaman rumah yang telah disulap jadi tenda yang terbuat dari bambu yang dirangkai dengan kokoh, tidak mampu menetralkan degup jantung Clarisa begitu menginjakkan kakinya di ruang tamu.
Semua pasang mata menatapnya. Clarisa merasa kecil seperti seekor semut. Dia duduk di atas bantal anyaman di samping Gabriel yang sedang tadi menatapnya tak berkedip. Gabriel juga duduk di bantal dengan model yang sama.
Senyum Gabriel mengembang menyadari kegugupan gadis itu.
"gugup?" Gabriel berbisik pelan.
"Jangan di tanya lagi. Sebentar lagi aku pasti akan pingsan" Clarisa menjawab dengan bisikan juga.
"Eitz, jangan. Kalau kamu pingsan aku sama siapa di sini? Masa sama nenek Jun." Biel mencandainya mencoba mengusir perasaan gugup dari gadis yang dicintainya itu. Sontak Clarisa menatap ke arah wanita tua yang adalah tetangganya. Wanita itu hanya tersenyum sambil mengunyah sirih di mulutnya. Seketika senyum Clarisa mengembang membayangkan kekasihnya bertunangan dengan nenek Jun yang berusia tujuh puluhan tahun itu. Ditambah lagi dengan tubuhnya yang mulai membungkuk.
Musik berhenti. Tetua adat yang memimpin jalannya acara pertunangan mengambil alih mic. Jantung Clarisa kembali berdegub. Bukan hanya dia saja tapi Gabriel juga.
Setelah pembacaan doa dalam nuansa adat dan ditandai dengan penyembelihan ayam jantan berwarna putih para tetua mepersilahkan Clarisa dan Gabriel untuk bertukar cincin.
"Clarisa, aku memang bukanlah orang yang sempurna tapi aku berharap hadirmu bisa menyempurnakan hari hariku. Aku pun tidak bisa berjanji untuk selalu menjadi terbaik untukmu tapi aku akan berusaha untuk membuatmu merasa lebih baik tiap bersamaku. Aku mencintaimu, Clarisa Marion." Gabriel berkata dengan sungguh sungguh. "Maukah engkau menikah denganku?"
Tes.
Air mata Clarisa jatuh begitu saja. Dia sungguh terharu dengan pernyataan tulus Gabriel. Di depan seluruh keluarganya dan juga keluarga Clarisa sendiri Gabriel mengungkapkan cintanya.
"Iya Biel. Aku mau. Aku juga mencintaimu"
Gabriel menyematkan cincin di jari manis Clarisa, mengecup kening gadis itu dengan lembut.
Clarisa juga mengambil kotak kecil di depannya, mengambil cincinnya lalu menyematkan di jemari Gabriel dan mengecup punggung telapak tangan pria itu.
Acara dilanjutkan dengan pemberian sirih pinang yang dilakukan oleh Clarisa kepada keluarga Gabriel. Sebagai simbol bahwa ke depannya Clarisa akan melayani keluarga Gabriel dengan baik.
Clarisa bingung bagaimana melakukannya. Pasalnya dia belum pernah melakukan hal seperti itu. Lagian siapa gadis jaman sekarang yang masih makan sirih pinang? Jangankan anak gadis, ibu ibu jaman sekarang pun sudah tidak menyentuhnya. Hanya wanita seperti nenek Jun yang masih melakukannya. Harusnya kemarin dia menanyakannya pada nenek Jun.
Seolah memahami isi pikirannya, nenek Jun berjalan pelan menghampirinya, menunjukan padanya cara melakukannya. Tangan yang sudah keriput itu mengambil selembar daun sirih, meletakkan diatasnya pinang, kapur sirih dan entah apa lagi namanya, clarisa tak tahu. Dia lalu melipat daun sirih, membungkus bahan yang lainnya dan menyerahkannya padanya Clarisa.
"Berikan ini pada mereka."
Clarisa mulai menyuapi keluarga tunangannya, dengan nenek Jun yang mengekorinya, menyiapkan sirih pinang lalu memberikannya pada yang lainnya. Diulang lagi sampai semuanya dapat, membuat kaki Clarisa pegal karena harus jalan berjongkok dari satu orang ke satu orang. Entah bagaimana dengan nenek Jun yang ikut di belakangnya. Mungkin wanita tua itu akan semakin bongkok.
Clarisa menghembuskan napas lega saat semuanya selesai. Dia kembali duduk di samping Gabriel.
Gabriel mengangkat tangannya hendak mengsap kepala Clarisa namun diurungkannya takut merusak rambut gadis itu yang disanggul rapi.
Acara pertunangan ditutup dengan wejangan wejangan singkat untuk Clarisa dan Gabriel. Keduanya menyimak dengan baik sebagai bekal perjalanan rumah tangga ke depanya.
Clarisa membanting dirinya di tempat tidur, mengabaikan pakaian dan rambutnya yang akan kusut. Badannya terasa letih. Dia berbaring telentang di atas kasur empuk miliknya.
Gabriel ikut duduk di pinggiran ranjang, di samping Viona adik Gabriel.
"Capek ya?"
"Gila Yang! Baru tunangan saja capeknya sampe begini. Bagaimana kalau nikah nanti? Bisa bisa kakiku copot dari badan." Clarisa mengeluh. Entah kenapa badannya cepat sekali lelah. Gabriel dab Viona menanggapinya dengan senyum.
"Mau aku pijit?" Gabriel menawarkan diri. Karena dia tahu gadis ini tidak suka disentuh oleh orang lain.
"Boleh lah. Capek sekali.!"
Gabriel mengangkat kaki Clarisa yabg menggantung ke atas kasur, memijitnya pelan hingga membuat empunya memejamkan mata. Viona ikut memijit kaki yang sebelahnya. Gadis yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atasnya itu sangat menyayangi calon kakak iparnya. Dia yang lebih bersemangat saat tahu kakaknya akan bertunangan dengan Clarisa.
"Kamu keluar saja, Dek. Nanti mama mencarimu." Clarisa membuka matanya menatap calon adik iparnya itu.
"Tidak mau. Aku di sini agar kalian berdua tidak kebablasan. Lagian mama juga sudah lihat aku ke sini tadi."
Clarisa dan Gabriel terkekeh mendengar jawaban gadis itu. Dan dalam hati membenarkan ucapannya. Berdua di dalam kamar, dengan acara pijat pijatan. Tidak ada yang menjamin sentuhan itu tidak berlanjut dengan sesuatu yang lebih intim. Keduanya manusia normal. Bisa bergairah jika di sentuh lawan jenis. Karena itulah selama ini Cristabel selalu menjaga jarak dan tidak mau disentuh oleh Gabriel. Dia tidak ingin keduanya melewati batas yang berujung pada penyesalan.
"Kalau begitu tidurlah di sini." Clarisa menepuk kasur disamping kirinya masih dengan memejamkan matanya.
"Aku?" Gabriel menghentikan pijatannya, menunggu jawaban Clarisa.
Clarisa mengangkat kaki kirinya, memukul tangan Gabriel dengan kakinya.
"Nikah dulu baru memikirkan tidur bersama. Aku bilang pada Vio bukan kamu!" Clarisa melotot pada Gabriel sementara pria itu hanya menyengir saja.
"Siapa tahu Yang. Kan sudah tunangan"
"Memangnya kalau sudah tunangan boleh tidur bersama? Jangan salah, Yang. Bertunangan tidak menjamin kita akan menikah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya."
"Iya maaf. Tapi jangan bilang begitu ih. Kamu mengatakan itu seolah tidak mengharapkan aku menikah denganmu"
"Bukan begitu, Sayang. Aku hanya mengatakan kenyataannya saja. Banyak pasangan yang besoknyamenikah tapi gagal karena satu dua hal. Kalau misalnya sekarang kita tidur bersama karena alasan kita sudah bertunangan, bagaimana jika nanti kita tidak jadi menikah? Kita hanya akan menyesali gal yang kita lakukan saat ini."
Gabriel menggenggam lembut tangan Clarisa. Entah mengapa ada ketakutan dalam dirinya mendengar ucapan tunangannya barusan.
"Maaf. Aku hanya becanda tadi. Aku tidak akan menyentuhmu sebelum kamu menjadi milikku seutuhnya."
"Itu baru tunanganku yang baik. Ya sudah, kamu keluarlah. Aku akan istirahat saja. Ada Viona di sini. Kamu juga harus istirahat."
Mendengar namanya disebut, Viona melompat ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya di samping Clarisa. Dia selalu berada di antara Gabriel dan Clarisa dan menjadi pendengar yang baik tanpa menyela keduanya.
Gabriel mengecup kening tunangannya lalu keluar dari kamar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Wawan
Hadir ... ✍️
2023-08-13
1