💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘
Clarisa membuka matanya perlahan. Cahaya matahari pagi menerobos masuk lewat ventilasi di kamarnya. Dengan hati riang dia beranjak dari tempat tidur, membuka gorden berikut jendelanya, membiarkan cahaya matahari pagi masuk dengan sempurna di kamarnya.
Dia masih berdiri di samping jendela. Menatap ke arah taman samping rumahnya. Dapat dilihatnya dengan jelas punggung ibunya yang membungkuk lantaran sedang mencabut tanaman liar yang tumbuh diantara bunga - bunganya.
Dia menjulurkan tangannya ke luar jendela, merasai hangat sang mentari pagi yang belum seberapa. Cahaya matahari memantul di cincin yang melingkar dijarinya, berkilau indah.
Sebaris senyum bahagia melengkung di bibirnya. Dia tersenyum mengingat perjalanan cintanya yang terbilang cukup singkat. Walau Gabriel adalah kakak kelasnya waktu SMA dan pernah menyatakan cinta padanya dulu tapi hubungan keduanya berakhir begitu saja ketika Gabriel lulus terlebih dahulu dan melanjutkan pendidikannya ke kota. Clarisa yang lulus setahun kemudian pun melanjutkan pendidikannya, mengambil jurusan Diploma empat kebidanan, di kota yang berbeda dengan Gabriel. Keduanya baru bertemu kembali enam bulan yang lalu. Bertemu di pesawat saat Gabriel baru saja kembali dari kegiatan seminarnya dan Clarisa baru kembali setelah menyelesaikan kuliahnya.
Sejak saat itu Gabriel selalu mendekatinya, mencoba menumbuhkan kembali perasaan yang dulu pernah ada karena bagi Gabriel rasa itu masih ada. Getaran itu masih terasa jelas saat dia bertemu kembali dengan Clarisa. Dua bulan lalu keduanya resmi berpacaran setelah Gabriel menyatakan perasaannya di bawah langit senja yang indah di pantai Binongko karena Gabriel tahu gadisnya sangat menyukai pemandangan senja.
Tok tok tok!
Suara ketukan itu mengejutkan Clarisa. Bukan pintu yang diketuk melainkan kusen jendela di sampingnya.
Gabriel sedang tersenyum padanya saat Clarisa menoleh ke samping. Entah sejak kapan pria itu ada di sampingnya. Dia bahkan tidak menyadari langkah kakinya.
"Apa yang kamu pikirkan sampai mengabaikan tunanganmu ini, hem?" Gabriel menatapnya penuh sayang.
"Maaf, aku tidak menyadari kamu datang. Sejak kapan kamu di sini?"
"Sejak kamu memamerkan cincinmu pada matahari."
Clarisa tersenyum malu malu, menyadari tingkah konyolnya barusan.
"Apa yang kamu pikirkan?" Gabriel kembali bertanya, menatap lekat retina sang kekasih hati. Dia tidak ingin ada gundah di wajah cantik itu.
"Aku hanya sedang memikirkanmu. Lebih tepatnya sih memikirkan hubungan kita. Awal aku mengenalmu, kita berpisah, bertemu kembali secara tak terduga, jadian lalu ini. Kita tunangan." Clarisa menunjukkan jarinya yang terpasang cincin di depan wajah Gabriel membuat senyum Gabriel mengembang lagi.
"Aku senang kamu memikirkanku pagi pagi begini. Tapi jangan sampai lupa hari ini kamu ke Dinas Kesehatan. Katamu ada pertemuan kan?"
"Ah iya! Aku hampir lupa!" Clarisa menepuk jidatnya. "Aku harus bersiap siap dulu. Terima kasih sudah mengingatkanku. Kau ju,,,, Aauww!!" Clarisa menjerit saat dia hampir saja terjatuh jika tidak segera ditangkap oleh Gabriel.
"Ada apa?" Gabriel nampak khawatir. Dia memapah Clarisa ke tempat tidur.
"Tidak apa - apa. Hanya kram kaki sedikit saja. Mungkin karena terlalu lama berdiri." Clarisa meluruskan kakinya di atas kasur.
Gabriel memijat kakinya lembut. Menatap bergantian antara Clarisa dan kakinya. Hatinya khawatir mengingat ini sudah keberapa kalinya dia melihat gadis itu hampir terjatuh karena kram pada kakinya.
"Sudah cukup, Biel. Ini sudah membaik. Aku mandi dulu. Kamu juga bersiap siaplah. Kamu juga harus kerja. Sudah beberapa hari ini kamu meninggalkan pekerjaanmu." Clarisa tersenyum mencoba mengalihkan perhatian Gabriel dari kakinya.
"Aku akan mengantarmu dulu baru nanti pulang ke rumah."
"Jangan Sayang. Jarak ke Dinkes tidaklah dekat. Pergi pulang menghabiskan waktu empat jam. kapan kamu masuk kantornya kalau begitu? Lagian aku tidal sendirian. Ada pak pimpinan juga. Kami akan menggunakan mobilnya. Jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Kamu yakin?"
"Iya Sayang. Kamu bersiap siaplah. Kamu harus kerja. Cari uang yang banyak untuk biaya pernikahan kita." Clarisa tertawa kecil. Dia tidak ingin pria itu terlalu mengkhawatirkannya karena raut kekhawatiran itu nampak jelas di wajah Gabriel.
"Kamu akan baik baik saja, kan?"
"iya."
"Kalau sampai telepon aku!"
"Iya"
"Kalau ada apa - apa telepon aku ya"
"Iya Gabriel sayang. Aku akan meneleponmu begitu aku sampai. Astaga, aku merasa seperti akan masuk sekolah TK saja. Sudah sana, aku mau mandi. Atau kau mau ikut masuk denganku?"
Gabriel segera berdiri. Menjauh dari gadis itu sebelum dia membayangkan hal - hal yang tidak - tidak akibat ajakan gadis itu untuk mandi bersama.
Setelah sarapan bersama keluarganya, Clarisa mengantar kepergian Gabriel hingga pintu pagar.
'Jaga dirimu!'
'jangan nakal!'
'makan tepat waktu'
'jaga hatimu!'
'jangan melirik pria lain'
Entah pesan apalagi yang disampaikan Gabriel jika Clarisa tidak memdorongnya pelan. Bersamaan dengan datangnya mobil yang akan ditumpangi Clarisa . Clarisa mengambil tasnya di dalam rumah, berpamitan sebentar lalu naik ke mobil sedangkan Gabriel melajukan sepeda motornya ke arah berlawanan. Langkahnya terasa berat saat semakin jauh dari Clarisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
tasha angin
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
2023-08-08
1
🔍conan
Wah, gila sukses bikin aku ketagihan bacanya! (👍)
2023-08-08
0