SUAMIKU AJAIB
~ hidup lagi capek capeknya malah dapat jodoh yang random bin ajaib kayak gini, Ya Allah begini banget sih nasib? Tuker tambah boleh nggak sih, eh.
****
Pagi ini lanjut ku sapa indah mentari yang setiap pagi selalu mengintip dari sela dedaunan kelapa yang tumbuh tidak subur di halaman rumah yang lebarnya tidak seberapa.
Sembari mencuci beras yang akan di masak hari ini sambil bersenandung kecil mengiringi riuh kicau burung yang bertengger di dahan pohon sawo yang hampir menemui ajalnya di depan sana.
"Astaghfirullah! Jam berapa ini?" seruan dari lelaki yang selama hampir 6 tahun ini selalu menemani hari hariku terdengar santer dari dalam kamar, entah dimana otaknya anaknya bapak mertua itu sudah tahu di sana ada anak anak yang juga lagi tidur malah teriak-teriak kayak Narto, eh Naruto.
Dan benar saja, tak lama laki laki bertubuh tinggi besar dan berotot itu melangkah keluar dari dalam kamar dengan tergopoh-gopoh, langkah kakinya yang besar seperti kaki Yeti itu berderap di lantai rumah yang terbuat dari papan kayu.
Aku menepuk jidat sesaat setelah rengekan anak bungsu ku terdengar dari dalam sana, pastilah dia terganggu dengan tingkah bapaknya yang hampir setiap pagi pasti bikin heboh jagad raya saja.
"Astaghfirullah," gumamku pelan.
"Dek, kenapa nggak bangunin Mas sih?" protes laki laki dengan warna kulit gelap itu, wajahnya tampak menyiratkan kecemasan.
"Ya kenapa memangnya? Bukannya Mas lagi libur kerja?" tanyaku ketus sembari memasukkan beras yang sudah ku cuci tadi ke dalam magiccom setelah mengelap bagian bawahnya dengan ujung dasterku yang mulai berlubang di beberapa sisinya.
Dan kini lelaki bernama lengkap Bambang Herlambang itu pun ganti menepuk jidat sambil melorotkan tubuhnya ke bawah.
"Oh iya, lupa."
Tak menggubris, kaki ini ku langkahkan menuju kamar guna mengambil bayi mungil ku yang baru berusia sepuluh bulan. Sedangkan anak tertua kami, usianya sudah 4 tahun lebih dan kini menuntut ilmu di paud yang tak jauh dari rumah. Untungnya sekarang sedang libur jadi dia tidak ikut ribut dengan segala keriwehan di pagi hari.
"Pegangin Ara dulu, aku mau nyuci, pungkasku sambil meletakkan bayi mungil nan lucu itu di atas pangkuan ayahnya.
Setelah itu bergegas melakukan semua tugas rumah yang sudah menanti untuk di selesaikan.
Ah, ya kita belum kenalan bukan? Kenalkan, namaku Arumi tahun ini usiaku baru menginjak tahun ke dua puluh tiga, masih muda sekali bukan untuk ukuran emak emak beranak dua? Hahah, jangan begitu aku tahu kok kalau hal seperti ini rentan sekali jadi bahah gosip di kalangan masyarakat kelas menengah seperti kita. Apalagi dulu sewaktu menikah kami hanya menyelenggarakan pesta sederhana saja. Dan kalian tahu apa? Hahah, ya sudah pasti hampir semua tamu pertanyaannya sama, SUDAH DI DEPE DULUAN YA? ahahahaha, rasanya kalau membahas itu tak akan habis satu bab ini menguliti semuanya. Jadi, nanti akan kita bahas lagi pelan pelan ya.
Kembali ke kondisi tadi, usia semua ku selesaikan kini kaki ini melangkah menuju ke kamar mandi. Mau apa lagi? Ya menyelesaikan semua urusan dengan keringat dan daki ini tentunya, apalagi Mamas suami ada di rumah, tapi dan wangi sudah menjadi hal biasa bagiku di depannya. Eciiehhh
"Rum! Mbang! Lagi apa?"
Hah, seruan itu lagi. Kaki ini jadi urung melangkah mendengar suara yang bagai alarm kebakaran itu.
Siapa lagi pelakunya jika bukan tetangga sebelah rumah, Bu Zaenab namanya. Memang kami baru pindah beberapa bulan terakhir ini ke perumahan yang lumayan terkenal bagus ini, itupun karna hasil memeras, eh meminjam uang bapak mertuaku untuk membeli rumah di sini.
"Ada apa sih, Bu? Teriak-teriak pagi pagi, bikin jantungan pohon pisang aja," sungut ku kesal, bagaimana tidak pasalnya Bu Zaenab ini kalau datang ke rumah pasti ada maunya dan biasanya akan berlama lama hingga aku tak pernah bisa bebas mengerjakan semua pekerjaan rumah yang tertunda hanya untuk melayaninya. Huh, menyebalkan kan?
Tapi dengan wajah tak berdosa nya Bu Zaenab malah cengar-cengir saja menampakkan wajahnya yang baru saja di poles bedak sekilo tebalnya.
"Ehehe ,ini Rum. Si bambangnya ada?"
"Mas Bambang? Ada, kenapa memangnya Bu?" tanyaku heran, perasan mulai tidak enak apa lagi melihat gelagat tak menyenangkan dari Bu Zaenab ini.
Hiyyy, jangan sampai pula dia mau bilang tertarik dengan suamiku hingga meminta jadi yang kedua. Hiyyy amit amit jabang raksasa.
"Ini, Rum. Ibu mau minta tolong bikinkan rak dinding buat kamarnya si Zulfa."
Nah, kenapa lagi sama anaknya yang ganjen minta ampun itu. Asal kalian tahu ya, anaknya Bu Zaenab ini si Zulfa itu janda yang hampir saja merusak rumah tangganya Mbak Dara, tetangga depan rumah ku ini. Tapi untungnya suaminya Mbak Dara nggak tergoda, ya gimana mau tergoda coba. Si Zulfa aja dakian kayak begitu, eh kok malah jadi body shaming sih.
Baru saja aku ingin menyahut kala Mas Bambang muncul dari dapur sambil menggendong putri bungsu kami yang rupanya sudah dia mandikan, ah baiknya suamiku.
"Mau buat rak ya, Bu Zaenab?" celetuknya seraya memberikan putri kami pada ku, rupanya sejak tadi dia sudah mencuri dengar pembicaraan ku dengan Bu Zaenab pantas saja langsung nyambung.
Bu Zaenab mengangguk mantab dengan tatapan berseri seri yang membuat ku semakin takut dia pake pelet, hiyy amit amit semoga saja mental kalau di pakai ke Mas Bambang. Biar jelek juga aku nggak rela bagi bagi.
"Boleh ,tapi bayarannya yang gedean ya Bu. Males saya kalo cuma di kasih lima ratus ribu kayak kemaren," cetus Mas Bambang bernegosiasi.
Itu salah satu keuntungan menikah dengan Mas Bambang, dia orangnya ulet tidak pilih pilih pekerjaan tapi selalunya menguntungkan.
"Jadi berapa, Mbang?" tanya Bu Zaenab sepertinya ketar ketir.
Mas Bambang berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangkat dua jarinya ke atas.
"Dua juta, bagaimana? Ibu tinggal terima bersih semuanya."
Plakkk
Aku langsung tepuk jidat mendengar ucapan suamiku yang agak sengklek itu, kalau aku jadi Bu Zaenab sudah pasti akan langsung ku tolak dan cari tukang lain. Gila saja terima bikin rak doang dua juta, hahaha kaya mendadak dong guehhh.
"Oke, deal. Tapi saya minta tiga hari selesai ya."
"Siap, deal."
Mataku sontak melotot mendengar kesepakatan ke duanya, ini beneran bikin rak doang dua juta? Astaghfirullah, pengen seneng tapi kok aku malah takut ya. Apalagi setelah itu Bu Zaenab pamit pulang dan Mas Bambang langsung melirik penuh makna padaku, senyumnya yang mencurigakan itu membuat bulu kuduk ini berdiri dengan sendirinya.
"Jangan macam macam loh, Mas. Inget Bu Zaenab udah tua, kalau kamu bertingkah lagi nanti bahaya," tegas ku agar suami ku yang kadang ajaib ini tidak aneh aneh.
Mas Bambang malah cengengesan. "Iya iya, nggak akan macam macam kok paling satu macam saja," sahutnya sembari ngeloyor pergi dengan riangnya.
Duh, apalagi yang akan di lakukan suamiku itu. Duh Gusti, lindungilah keluarga Bu Zaenab dari keblangsakan suamiku itu, doaku dalam hati tapi berharap nya sih semoga saja tidak di kabulkan, yang bener saja woy dua juta di lepas begitu saja ya sayang uangnya dong hehe.
*Lanjut geser.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
astagfirullah ini romkom ga sih genrenya
2023-09-14
0
keyJoe
justru aku yg curiga si bambang yg punya ilmu pelet...🤣
2023-08-07
0