Akhirnya tugas negara yang bergaji keikhlasan ini beres juga, sembari menidurkan si kecil Ara yang mulai mengantuk, jemari ini menari lincah di atas keyboard hape mengetikkan semua kata demi kata yang ada di kepala membentuk satu dua hingga ratusan paragraf cerita.
Yah, pikirku dulu ketimbang hanya menung saja sembari menjaga anak akan lebih baik kalau bisa lebih produktif dan menghasilkan uang sendiri walau tidak banyak. Yah, walau belum sampai ratusan setidaknya penghasilan dari menghalu diam diam ini bisa aku belikan kebutuhan pribadi yang tak ingin ku bagi bagi dengan Mas Bambang. Haha, begini begini aku juga bisa pelit loh, ngaku saja kalian juga pasti pernah kan melakukan itu? Setidaknya pengen makan bakso sendirian aja di luar nggak ngajak suami dan anak, duh gimana ya sensasinya, ehe.
Drap
Drap
Drap
"Ibun, ada nenek di depan," adu si sulung yang sebelumnya tadi tengah asik bermain dengan mobil mobilannya di teras rumah.
"Iya, suruh masuk aja bilang ibun lagi nidurin adek," gumamku pelan sebab si bayi kini sudah mulai memejamkan matanya terlelap.
Sulungku, Fattah namanya berlari ke depan menemui neneknya lagi setelah sebelumnya mengangguk mengiyakan ucapan ku. Ah, anak itu memang selalu bisa di andalkan.
Tak lama terdengar suara percakapan yang ku taksir adalah milik anak ku dan neneknya, ibunya Mas Bambang yang ajaibnya sebelas dua belas sama anaknya.
"Assalamualaikum," ucap ibu mertua sambil mengintip dari balik pintu yang terbuka karna di dorong Fattah tadi.
"Waalaikumsalam, sebentar ya Bu." Aku menyahut pelan sekali.
Ibu mertua mengangguk dan berlalu sambil menggiring Fattah yang sejak tadi mengekorinya, maklum saja anak itu biasanya akan sangat senang kala neneknya datang dan membawakan banyak sekali jajanan ringan untuknya.
Setelah baby Ara benar benar tertidur, kebiasaan yang hampir selalu ku lakukan setiap bayi itu lelap terpaksa di tunda dahulu kali ini. Bisa ngamuk nanti ibu mertua ku kalau di cuekin, terus nanti ngambek dan ngadu sama anaknya yang sebenarnya selalu membela ku sih, ehe.
"Sama siapa tadi ke sini, Bu?" tanyaku pada ibu mertua setelah sebelumnya menutup pintu kamar terlebih dahulu agar tak mengganggu tidur bayiku.
Ibu menoleh dengan wajah datarnya yang menyebalkan, sama persis seperti wajah Mas Bambang kalo lagi minta di jitak.
"Sama bapak, oh ya mana suamimu? Ibu ada perlu ini," sahutnya tanpa senyum sedikit pun, dasar pelit dari dulu nggak pernah berubah sifatnya.
"Mas Bambang ada di rumah depan, Bu tadi di minta Bu Zaenab bikinkan rak dinding di kamar anaknya," sahut ku apa adanya sembari melangkah ke dapur untuk cari muk, eh membuatkan teh untuk mertuaku itu.
"Loh memangnya nggak kerja?" tanya ibu mertua yang rupanya mengikutiku sampai ke dapur, waduh mati aku mana tadi belum sempat masak. Bisa habis ini di ...
"Ya ampun, Arumi! Sudah siang begini kamu belum masak apa apa? Sebentar lagi tengah hari nanti Bambang pulang mau makan apa ha? Batu di rebus? Atau batu di tumis?"
Nah kan, benar dugaan ku belum juga beres tadi ngomel di dalam hatinya eh malah sudah terbukti duluan. Dasar mertua kurang di kasih sianid, eh kasih sayang ya begini nih jadinya. Ooh, bapak mertua, cobalah lebih sering belai istri mu ini supaya dia betah di rumah dan nggak ngerecokin kami terus, jeritku dalam hati.
"Haduhhh, ini juga segala piring kotor belum pada di cuci kamu itu ngapain aja sih dari pagi? Masa semuanya belum di kerjakan? Malas malasan kamu ya?" tuduh ibu mertua lagi tanpa sungkan sama sekali.
"Iya, Bu abisnya capek kerja nggak di gaji," tandasku sekalian, di pikirnya aku menerima lamaran anaknya yang tampak luarnya pas Pasan itu untuk di jadikan pembantu apa? Hih, sorry Yee kaga bakalan. Aku akan mengerjakan apa yang aku ingin kerjakan tanpa di paksa, lagipula selama ini Mas bambang oke oke saja kok, kenapa pula ini manusia satu yang repot?
Mendengar jawaban ku, ibu mertua hanya bisa bersungut-sungut saja. Namun tanpa berkata kata lagi beliau langsung meraih tumpukan piring kotor yang sebenarnya cuma tiga biji itu ke wastafel jongkok alias kamar mandi multifungsi milik kami dan mulai mencuci piring piring tersebut.
Setelah siap membuat teh untuk kami, ibu juga sudah keluar dari kamar mandi dan langsung menyusun piring piring tadi ke rak.
"Kamu punya bahan apa? Sini ibu masakin kalo memang lagi males," tukas ibu mertua yang kali ini sangat sangat sukses membuat aku terbengong-bengong, ada apa ini? Kenapa perasaan ku enak, eh nggak enak maksudnya.
"Eh, nggak usah repot-repot Bu nanti biar Arum aja yang masak. Ini ibu minum tehnya saja, ini teh hijau kesukaan ibu loh," cegah ku sambil menunjukan cangkir berisi teh yang masih mengepulkan asap itu di hadapannya.
Tapi ibu mertua ku, Nyonya besar Sulistiani malah melengos dan langsung bergerak menuju kulkas satu pintu milik kami yang warna belum usang karna baru beli kemarin dari hasil menekuni tulisan di aplikasi berbayar yang jadi kerjaan rahasia ku.
Klakk
Pintu kulkas baruku yang masih cilun dan bau toko itu pun terbuka dengan agak keras, membuat aku sontak mendekati ibu mertua takut dia akan merusak hasil kerja keras jempolki selama ini dengan tangan berkekuatan penuh miliknya.
"Ngapain kamu nempel nempel? Suka kamu sama saya? Atau jangan jangan mau caper ya biar di pinjamin duit?" sergah nyonya Sulis, ibu mertua ku itu dengan gayanya yang menyebalkan tapi menguntungkan itu. Iyalah menguntungkan setiap datang pasti selalu membawa jajanan dan makanan yang cukup untuk satu minggu untuk anak anakku, kan lumayan menghemat.
"Nggak dua duanya, Arum cuma mau kasih tahu jangan buka pintu kulkasnya kenceng kenceng, Bu inikan baru beli," ujarku tanpa basa basi, ngapain juga toh beliau kan bukan orang penting, eh orang lain maksudnya.
Ibu mertua tercinta hanya melengos lalu mengambil bahan bahan mentah yang di butuhkannya untuk memasak lalu kembali menutup pintu kulkas dengan sesuka hatinya , untung saja aku masih berdiri di dekat pintu kulkasnya jadi bisa menahan agar tidak terjadi benturan yang bisa membuat kulkas baruku lecet.
Setelah ibu mulai masak, aku pun memutuskan berlalu kembali ke kamar. Selagi menunggu masakannya yang memang enak itu aku akan memanfaatkan waktu untuk mengetik lebih dulu, mengupdate bab baru agar pembaca tidak demo karna belum update juga.
Namun baru juga lima belas menit berkutat dengan hobi bercuan ku ini, tiba tiba diri kembali di kejutkan oleh suara Mas Bambang yang sepertinya sudah pulang untuk makan siang dari rumah Bu Zaenab.
"Dek, ooh dek coba keluar dulu dan liat Mas bawa apa," serunya dengan nada bahagia, tapi entah kenapa malah membuat jantungku deg deg ser karenanya.
"Ya Allah, semoga bukan telor biawak lagi yang di bawakan kali ini," doa ku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sumpah thor ngakak aku..Gak mulu verita CEO dan Holang haya alurnya..Cerita Rakyat marhein kek gini yg aku suka,aku cari...
Mampir ya thor..
2024-11-21
0
mey
wkwkwkwkwkk....ceritanya seru dan unik😍😍😍🤩🤩🤩
2023-09-13
0