BAB 5. SAMA SAJA.

POV author.

Sore harinya, Pak Ade bapaknya si Bambang dan suaminya nyonya Sulis datang ke rumah sang anak, buat apa lagi kalo bukan untuk numpang ma, eh menjemput sang istri yang dia tinggalkan sejak pagi di sana. Khawatir kalau hilang nanti repot cari gantinya.

"Masak apa neng?" tanya pak Ade pada sang menantu, Arumi yang kala itu tengah menyuapi bungsunya yang tengah belajar berdiri itu.

"Eh, bapak. Ini lagi nyuapin Ara, Pak," sahut Arumi nggak nyambung.

Tapi pak Ade tak mempermasalahkan hal itu, di liriknya ke arah dalam rumah seolah mencari cari keberadaan seseorang.

"Cari ibu ya, Pak?" tebak Arumi.

Pak Ade mengangguk. "Iya, ibumu ada kan?"

"Ada, masuk aja pak. Ibu sama mas Bambang ada di dapur."

Pak Ade melangkah masuk dan langsung lurus menuju dapur, di sana tampak Bu Sulis, Bambang dan si sulung Fattah tengah duduk bersama di meja makan.

"Kakek!" Seru Fattah senang sembari turun dari kursi makannya dan langsung berlari memeluk sang kakek.

Pak Ade pun tampak sama senangnya, di angkatnya tubuh cucu pertamanya itu dan melayangkan ciuman di pipi bocah gembul itu.

"Ummm, bau amis makan apa ini cucu kakek?" tanya pak Ade basa basi, padahal niatnya karna ingin di tawarin makan oleh anaknya si Bambang yang saat itu tampak tengah lahap sekali makan di tempatnya, bahkan sampai tak terangkat lagi kepalanya yang fokus sekali ke piring itu.

"Makan telur, Kek. Ayo kakek juga makan," ajak Fattah sambil melorotkan tubuhnya dan kembali ke sisi sang nenek yang sejak tadi menyuapinya.

"Heh, makan nggak ngajak ngajak kamu ya, Mbang," seloroh pak Ade sambil menepuk pundak anaknya yang makan seperti musafir tidak bertemu nasi seminggu itu.

"Uhuk! Uhuk!" sontak Bambang tersedak, hingga mata, hidung dan tekaknya menjadi terasa perih dan berair.

"Ah, bapak masa anak sendiri di begitukan ah," tegur Bu Sulis yang tak tega anak lelakinya di perlakukan demikian walau oleh bapaknya sendiri.

"Hahahah." Pak Ade malah tergelak. "Ya habisnya makannya kayak gembel loh, Bu."

"Hish, apa pula kayak gembel, bapak aja itu lah gembel," protes Bambang tak terima.

"Masak apa, Bu?" tanya pak Ade tak mempedulikan anaknya, malah dengan santainya dia mengaduk isi dari mangkok besar yang ada di depan bambang.

"Masak Toman, Pak tadi si Bambang dapat mancing," tukas Bu Sulis tak ingin menceritakan yang sebenarnya pada sang suami, bisa habis nanti anaknya di unyel uyel kalau sampai ketahuan ngambil ikan peliharaan orang. Maklum saja suamimya itu adalah salah satu anggota polisi, kan nggak lucu kalau sampai si Bambang di penjarakan sama bapaknya sendiri hanya gara gara ikan.

"Widih mantab, mancing dimana kamu Mbang? Dapat Toman?" tanya Pak Ade sambil menatap takjub ikan yang sudah di potong potong dan bercampur kuah gulai itu, aromanya membuat perutnya yang baru saja di isi satu bungkus nasi Padang itu meminta untuk di isi kembali. Dasar polisi kemaruk itu namanya.

"Uhuk, uhuk." Lagi lagi Bambang tersedak lantaran pertanyaan bapaknya yang tak di sangka sangka.

Bu Sulis lantas menuangkan segelas air untuknya dengan raut wajah sama cemasnya.

"Huh, makan nggak baca bismillah ya begitu itu. Keselek Mulu kan? Oh ya ini bapak tanya kamu mancing dimana dapat sebesar ini, lumayan ini pasti ada keluarganya yang lain. Besok bapak mau juga mancing di sini biar dapat juga," ucap pak Ade membuat Bambang semakin kelimpungan.

"Ah, itu ... itu ...."

" Mas Bambang mancing di tempatnya pak Jamal itu, pak," sahut Arumi yang muncul dari depan sambil membawa anak bungsunya yang belepotan makanan.

Bu Sulis sontak mendelik karna tak ingin anak menantunya itu membeberkan masalah ikan raksasa tadi pada sang suami.

"Loh? Si Jamal buka pemancingan sekarang? Lumayan sekali kalau ikannya sampai sebesar ini." Pak Ade lantas mengambil piring dan mulai menuangkan nasi ke dalamnya, tak lupa sepotong besar ikan Toman itu juga berpindah ke piringnya.

Yah walau gulai ikan itu hanya tinggal satu mangkok itu saja, karna sisanya di minta oleh Bu Zaenab tadi siang karna menganggap itu adalah miliknya. Mau tidak mau ketimbang urusannya jadi panjang Bu Zaenab dan Bambang pun mengikhlaskan makanan kesukaan mereka itu berpindah tangan hampir sebagian besarnya.

"Wuih, enak ini gulainya. Pinter kamu masak, Rum," puji pak Ade pada menantunya, membuat Bu Sulis kembali mendelik mendengarnya.

Sementara itu Arumi yang di puji hanya cengengesan saja dan berlalu sambil menggendong si bungsu yang sudah bersih.

"Bapak itu gimana sih? Ikan itu kan ibu yang masak, kok malah Arumi yang di puji. Harusnya yang di puji itu ibu loh, Pak. Bapak ini masa nggak tahu kalo menantumu itu nggak bisa makan ikan, nggak bisa ngolah ikan apalagi masak ikan. Kok bisa bisanya malah dia yang di puji, heran ibu." Bu Sulis mulai mengeluarkan jurus andalannya ,apalagi kalau bukan ngomel ngomel?

Pak Ade terdiam, namun mulutnya tetap aktif mengunyah dan menambahkan lagi nasi ke dalam piringnya. Begitulah keluarga itu, selalunya ingin makan banyak di rumah anak menantunya, tapi Alhamdulillah tidak pernah memberi apa apa pada mereka selain perintah dan wejangan yang sangat jarang di dengar apalagi oleh Bambang. Huh, serunya punya keluarga ajaib, iya kan?

"Sudah sore, Bu ayo pulang. Bapak di tunggu teman ini di rumah, besok mau dinas lagi," ucap pak Ade dengan gaya pongah,.tak henti henti menunjukkan titelnya pada anak dan menantunya yang kehidupannya masih berada di bawah rata rata itu. Perut buncitnya yang kekenyangan makan di rumah Arumi hingga hampir semua nasi di sana habis itu bergoyang seperti hendak jatuh saja.

"Iya, Pak sudah sana tunggu di motor saja ibu mau ke kamar mandi dulu," dalih Bu Sulis.

Pak Ade mengangguk, lalu setelah berpamitan pada Bambang dia langsung melangkah menuju kendaraannya yang di parkiran di pinggir jalan.

Arumi yang sudah biasa dengan sikap -- sedikit-- congkak mertuanya itu pun biasa saja, dan melangkah masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya tertahan saat ibu mertuanya datang dari dapur dan langsung meraih tangannya.

"Ini buat beli beras dan jajan anak anak ya, jangan di tolak. Jarang jarang ibumu ini mau ngasih kan?" bisik Bu Sulis sebelum akhirnya melangkah cepat menyusul suaminya yang sudah mengomel di sana.

Setelah kepergian ke dua mertuanya, Arumi tak lantas membuka amplop putih pemberian ibu mertuanya tadi. Kakinya kembali melangkah menuju teras dimana suaminya tampak terdiam membisu sambil melihat ke depan. Awalnya Arumi mengira Bambang tengah melihat kepergian orang tuanya, tapi ternyata dia salah, mata suaminya itu tak berkedip memandang rumah Bu Zaenab yang pintu pagarnya tak tertutup sempurna sedangkan pintu rumah utamanya tergembok dari luar sepertinya mereka semua sedang keluar.

"Kamu lagi apa, Mas?" tanya Arumi mulai was was kembali.

Bambang menggigit bibir bawahnya lalu berkata pelan kepada sang istri. "Ikannya pak Jamal tadi masih banyak loh, dek di kolam itu. Apa kita ambil saja sebagian terus di jual ya? Mumpung orangnya lagi nggak ada di rumah."

Pleetakkk.

Sebuah sandal mendarat dengan mulus di kepala Bambang, pelakunya tentu saja tak lain dan tak bukan adalah Arumi, istri tercinta nya. Dan dengan wajah marah Arumi menjawab.

"Gas! Aku jaga pagar ya, mas."

Somplak!

Episodes
1 BAB 1. PEMBUKA.
2 BAB 2. KEDATANGAN IBUNYA SUAMIKU.
3 BAB 3. GARA GARA IKAN.
4 BAB 4. TERLAMBAT.
5 BAB 5. SAMA SAJA.
6 BAB 6. SEDIKIT BANTUAN.
7 BAB 7. KEAJAIBAN APALAGI INI?
8 BAB 8. ASTAGHFIRULLAH.
9 BAB 9. WAJAH ASLI MERTUAKU.
10 BAB 10. WAJAH ASLI MERTUAKU 2.
11 BAB 11. RENCANA BU SULIS.
12 BAB 11. RENCANA BU SULIS.
13 BAB 12. APA YANG TERJADI?
14 BAB 13. ASAL TUDUH.
15 BAB 14. KAU SALAH MENILAIKU, BU.
16 BAB 15. SETELAH HARI ITU.
17 BAB 16. FLASHBACK.
18 BAB 17. AKHIR DARI BALASAN.
19 BAB 18. SALAH BAWA.
20 BAB 19. MISI YANG GAGAL.
21 BAB 20. GARA GARA PIRING.
22 BAB 21. KEMARAHAN ARUMI.
23 BAB 22. BALADA MERTUA DAN MENANTU.
24 BAB 23. BALADA MERTUA DAN MENANTU 2.
25 BAB 24. AYAM MANA AYAM?
26 BAB 25. KEJUTAN UNTUK MERTUA DZALIM.
27 BAB 25. KISAH SEBELUMNYA.
28 BAB 27. MASIH FLASHBACK.
29 BAB 28. AWAL RENCANA PEMBALASAN.
30 BAB 29. SEENAK UDEL.
31 BAB 30. PERSYARATAN BERAT.
32 BAB 31. GARA-GARA JULID.
33 BAB 32. NYANGKUT.
34 BAB 33. MUSIBAH, KATANYA.
35 BAB 34. BIKIN SALAH PAHAM.
36 BAB 35. REJEKI TAK TERDUGA.
37 BAB 36. APES.
38 BAB 37. APES 2.
39 BAB 38. SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA.
40 BAB 39. SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA, MASUK GOT PULA.
41 BAB 40. BIKIN MERINDING.
42 BAB 41. BURUNGNYA MANA?
43 BAB 42. TERNYATA OH TERNYATA.
44 BAB 43. APES LAGI BERKALI-KALI.
45 BAB 44. NGE LAG.
46 BAB 45.
47 BAB 45. END
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 1. PEMBUKA.
2
BAB 2. KEDATANGAN IBUNYA SUAMIKU.
3
BAB 3. GARA GARA IKAN.
4
BAB 4. TERLAMBAT.
5
BAB 5. SAMA SAJA.
6
BAB 6. SEDIKIT BANTUAN.
7
BAB 7. KEAJAIBAN APALAGI INI?
8
BAB 8. ASTAGHFIRULLAH.
9
BAB 9. WAJAH ASLI MERTUAKU.
10
BAB 10. WAJAH ASLI MERTUAKU 2.
11
BAB 11. RENCANA BU SULIS.
12
BAB 11. RENCANA BU SULIS.
13
BAB 12. APA YANG TERJADI?
14
BAB 13. ASAL TUDUH.
15
BAB 14. KAU SALAH MENILAIKU, BU.
16
BAB 15. SETELAH HARI ITU.
17
BAB 16. FLASHBACK.
18
BAB 17. AKHIR DARI BALASAN.
19
BAB 18. SALAH BAWA.
20
BAB 19. MISI YANG GAGAL.
21
BAB 20. GARA GARA PIRING.
22
BAB 21. KEMARAHAN ARUMI.
23
BAB 22. BALADA MERTUA DAN MENANTU.
24
BAB 23. BALADA MERTUA DAN MENANTU 2.
25
BAB 24. AYAM MANA AYAM?
26
BAB 25. KEJUTAN UNTUK MERTUA DZALIM.
27
BAB 25. KISAH SEBELUMNYA.
28
BAB 27. MASIH FLASHBACK.
29
BAB 28. AWAL RENCANA PEMBALASAN.
30
BAB 29. SEENAK UDEL.
31
BAB 30. PERSYARATAN BERAT.
32
BAB 31. GARA-GARA JULID.
33
BAB 32. NYANGKUT.
34
BAB 33. MUSIBAH, KATANYA.
35
BAB 34. BIKIN SALAH PAHAM.
36
BAB 35. REJEKI TAK TERDUGA.
37
BAB 36. APES.
38
BAB 37. APES 2.
39
BAB 38. SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA.
40
BAB 39. SUDAH JATUH TERTIMPA TANGGA, MASUK GOT PULA.
41
BAB 40. BIKIN MERINDING.
42
BAB 41. BURUNGNYA MANA?
43
BAB 42. TERNYATA OH TERNYATA.
44
BAB 43. APES LAGI BERKALI-KALI.
45
BAB 44. NGE LAG.
46
BAB 45.
47
BAB 45. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!