Sesampainya di luar aku langsung tepuk jidat, nah kan benar apa kataku tadi. Ya Allah, suamiku ini sebenarnya romantis tapi kok ya begini sekali sih?
Mas Bambang dengan pedenya malah berdiri berkacak pinggang dengan membawa seekor ikan Toman super jumbo di pelukannya.
Iya! Ikan Toman super jumbo!!
Subhanallah, inilah suamiku. Entah darimana dia mendapatkan raksasa itu tapi yang jelas setiap pulang ke rumah dia tak pernah absen membawakan sesuatu untuk kami, entah apapun itu bahkan tak jarang barang barang tak terduga seperti kali ini yang di bawakan nya.
"Yeee, ayah bawa ikan besar. Fattah mau naik ikannya dong yah," sorak anak sulung ku yang memang sangat menyukai apapun hal aneh yang di bawa pulang ayahnya. Ya Allah, Nak semoga kamu besar nanti nggak ajaib kayak bapakmu ya, kasihan nanti istrimu soalnya eh.
"Loh? Ada apa ini?" tanya ibu mertua yang sejak tadi sepertinya sibuk di dapur. Mungkin karna mendengar suara ribut ribut dari arah teras beliau jadi penasaran pengen ikutan bikin keributan juga.
"Itu, nek ayah bawa ikan raksasa!" jawab Fattah dengan riangnya.
Sontak nyonya Sulis yang tercinta menoleh ke arah Mas Bambang yang masih menimang ikan raksasa itu seperti menggendong si bungsu Ara, malah edannya lagi dia mendaratkan satu kecupan di bibir ikan Toman yang masih bergerak gerak itu. Iyuuuhhh, awas saja kamu nanti cium aku atau anak anak juga, Mas nggak ikhlas kami dapat bekasan ikan Toman, batinku.
"Ya Allah, Bambang! Itu segitu gedenya dapat darimana? Habis nyemplung di Amazon kamu?" seru ibu mertua kaget.
Mas Bambang malah cengengesan bangga, sambil memperbaiki letak ikan yang melorot dari gendongannya.
"Heheh, dari kolam samping kamarnya si Zulfa, Bu."
"Ya Allah? Jadi itu ikan peliharaannya Pak Jamal, Mas?" seruku, pasalnya ikan itu dulu kata Pak Jamal sudah di peliharanya sejak masih telur, nggak tau bener apa nggaknya tanya aja sama yang bersangkutan.
"Iya." Dengan pedenya Mas Bambang mengangguk bangga, rasanya aku ingin sekali melemparkan seember kerikil ke wajah sok ganteng ya itu, ya Allah begini banget sih punya suami, di tukar sama suami mbak Dara boleh nggak sih? Eh.
"Ye ye kita punya ikan raksasa," sorak si Fattah lagi dengan senangnya.
"Ya sudah sini biar ibu yang masak, toh nggak mungkin juga ikan itu mau kamu pelihara toh? Memangnya kuat kamu ngasih makannya?" ucap ibu mertua sambil menyodorkan tangan meminta ikan tersebut, kayak tangannya kuat aja ngangkat itu ikan jelmaan gajah kebon binatang.
Tapi dengan cengo nya Mas bambang malah cengar-cengir sendiri di tempatnya berdiri sedang ikan itu tampak megap megap karna kehabisan nafas, duh kasihan deh ikannya kalo mati nanti suamiku masuk penjara karena kasus pembunuhan gimana? Nanti aku ngerampok uangnya siapa kalo bukan dari dompetnya dia? Duh gawat aku harus bertindak.
"Iya, Mas mending kamu kasih ibu aja deh ikannya. Aku takut deh Mas nanti malah kamu yang di telen sama itu ikan gimana?" saranku sok bijak.
"Tapi mas pengen pelihara deh, dek. Lucu tahu punya ikan Segede gini di rumah," pungkas mas Bambang dengan wajah di buat memelas, huh nggak akan mempan lah ya.
"Halah segala di pelihara, kamu mau kasih makan apa? Kasih makan rambutmu yang sudah ubanan itu ya nggak mau ikannya," serobot ibu mertua seraya merebut ikan jelmaan raksasa itu dari tangan Mas Bambang.
Tampak wajah lelaki ku itu tampak tak rela, namun mau bagaimana lagi dia pasti juga tak akan berani melawan ibunya yang terkenal cerewet itu. Jadilah akhirnya Mas ku itu hanya bisa pasrah sambil berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang bau amis ikan, entah bagaimana caranya tadi dia bisa bawa pulang itu ikan tapi kok di gendong, kayak nggak ada cara lain saja.
"Rum, golok yang gede dimana?" seru ibu mertua dari arah dapur, aku yang hendak masuk kembali ke dalam kamar berputar arah menuju dapur lebih dahulu dan tampak lah di sana suasana dapur yang sudah penuh dengan aneka bumbu masak yang sudah di kupas dan siap di masak.
"Ada di selipan bawah dekat rak piring itu, Bu coba di lihat dulu," sahutku menunjuk arah dimana tempat biasa aku menyimpan golok tersebut.
"Oh ya ada, tolong siapkan baskom besar Rum buat tempat ikannya nanti," pintanya lagi.
Segera saja aku melakukan apa yang di minta oleh ibu mertua, dan setelah itu meninggalkannya berjibaku dengan ikan raksasa itu di dapur.
"Arum ke depan ya, Bu," pamitku, sengaja agar tampak sopan aja sih hehe.
"Iya sudah sana, kamu juga nggak bakal bisa bantu kalo masak ikan mah. Yang ada malah ngeganggu aja nanti," ketus ibu mertua sambil mulai menyiangi ikan tersebut.
Aku tersenyum simpul saja sambil berlalu, toh apa yang ibu mertua bilang nggak ada salahnya. Aku memang alergi ikan, jenis apapun itu dan satu yang pasti dari hal itu, aku tidak bisa mengolah ikan baik membersihkan ataupun memasaknya. Bukan karna malas, tapi lebih ke tidak kuat dengan baunya yang ku rasa begitu menyengat. Dan hal itu ternyata menurun ke anak sulungku, dia akan selalu muntah setiap kali ada orang yang makan ikan di dekatnya, entah kenapa.
"Dek," sapa Mas Bambang yang ternyata sudah selesai mandi sembari mendekat ke tempat dudukku di teras, Ara masih tidur jadi aku memilih mengetik di teras depan saja sembari menemani sulungku bermain pasir di halaman.
"Iya, mas? Kenapa?" tanyaku yang sedang tak ingin berburuk sangka dengan lelaki yang sudah memberiku dua orang anak yang ke duanya sebenarnya sangat mirip dengannya itu.
"Nggak papa, Mas cuma mau bilang nanti kalo ada yang nyari Mas ke sini bilang aja Mas nggak ada ya, mas mau tidur dulu sebentar, nggak mau di ganggu. Badan mas rasanya nggak enak, dek."
Keningku pun seketika berkerut mendengar ucapan suami ajaibku ini, apa pula maksudnya itu padahal beberapa detik yang lalu dia masih tampak sehat menimang ikan raksasa itu. Apa ikan itu ada racunnya makanya dia tiba tiba langsung k.o?
"Ya udah ya, dek. Mas masuk kamar dulu, pokoknya kalau ada yang nyari bilang aja nggak ada ya dek. Bilang aja mas lagi keluar kemana gitu ya, pokoknya mas jangan di bangunin ya sayang ya," titah Mas Bambang lagi seraya berbalik menuju kamar.
"Iya," pungkasku pasrah.
Walaupun sebenarnya hati ini agak was was juga, entah kenapa aku merasa pasti ada hal yang kurang beres di sini. Namun apa itu aku juga tidak tahu, kita tunggu saja semoga saja bukan masalah besar.
Tak lama ibu mertua datang dari dapur, memanggil manggil anak sulungku yang kini tububnya sudah penuh pasir.
"Le, ayo makan dulu yuk. Nenek sudah masak ikan, yuk naik yuk biar nenek mandikan setelah itu kita makan ya," ucapnya.
Fattah menurut saja kala di tuntun oleh neneknya masuk ke dalam rumah.
"Rum, panggil suamimu suruh makan dulu. Itu sudah matang semua lauknya," ujar ibu mertua padaku pula.
"Iya, Bu." Aku hendak bangkit dari posisi wuenak ini setelah ibu mertua berlalu ke dalam bersama Fattah.
Namun baru saja tegak berdiri tampak dari arah depan rumah datang Bu Zaenab dengan wajah merah padam seperti menahan amarah.
"Heh Arumi! Mana suami mu itu? Suruh dia ke sini jangan malah bersembunyi!" seru Bu Zaenab yang tampak sangat marah.
Haduh mas, apalagi yang kamu lakukan sih? Tiap hari nggak berhenti berhenti bikin orang jantungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti ikan raksasa itu hasil main ambil aja tuh si bambang,Bukannya minta.Atau Bambang mintak sama anaknya tanpa sepengetahuan si ibunya ya..😃
2024-11-21
0
M akhwan Firjatullah
wahhh Arum ikan adalah makanan vaforitku ... termasuk ketiga jagoan ku..
2023-09-14
0