Kalau Jodoh Takkan Kemana

Kalau Jodoh Takkan Kemana

Bab 1

"Tuan muda, tunggu! jangan lari!"beberapa orang berpakaian rapi dengan jas hitam, sedang mengejar seorang pria dengan pakaian rapi yang memakai jas maroon serta kemeja putih.

"Tuan Ferdi!" teriak pengawal itu lagi yang sudah kehilangan jejak Ferdinand Daffa Adipratama. Tuan muda dari keluarga Adipratama yang di jodohkan dengan Shanaya Aqeela Hartawan.

Brak!

"Astaqfirullah," ucap Shanaya, yang tak sengaja menabrak seorang pria yang tiba-tiba muncul di depan mobilnya, saat baru saja Shanaya keluar dari tempat parkiran pasar minggu.

"Aya, apa yang kamu lakukan?" tanya teman yang duduk di sebelah Shanaya, wanita itu adalah anak pemilik pondok pesantren yang saat ini sedang Shanaya tempati. Di saat Shanaya kabur dari rumah, tas beserta isinya di jambret oleh preman, untung saja ada Abi Hakim, yang menolong Shanaya waktu itu.

Abi Hakim mengenali keluarga Shanaya, tetapi tidak dengan Shanaya. Wanita ini memakai dress putih selutut dan juga hanya berbekal dengan uang tabungan di saat lari dari rumah karena tak mau menikah muda. Tetapi, tanpa Shanaya sadari ternyata dia malah tertimpa kesialan, di tengah jalan semua barangnya di jambret oleh preman, sehingga Shanaya tak memiliki uang sama sekali untung saja ada Abi Hakim yang menolongnya waktu itu.

Shanaya menceritakan perihal dia kabur dari rumah kepada Abi Hakim, sehingga Abi Hakim mengajak Shanaya ke pesantren dan tinggal di sana, bahkan anak dari Abi Hakim, Humairah, adalah teman Shanaya di masa sekolah menengah pertama dulu, tetapi Shanaya tak mengenali wanita itu karena Humaira telah berhijab dan bercadar.

Demi menghindari dari keluarganya, Shanaya juga ikut memakai pakaian muslimah, beserta cadar tentu saja dengan bimbingan Abi Hakim ayah dari Humairah.

Tok! Tok! Tok!

"Turun!" Titah seorang pria yang baru saja mengetuk pintu mobil mereka, Humairah dan Shanaya takut, karena mereka baru saja menabrak seseorang.

"Aya, kita turun dulu sebelum semua orang marah, kita baru saja menabrak orang, mungkin dia terluka," ujar Humairah, Shanaya 'pun bergegas untuk turun, tetapi ada beberapa orang wanita yang menarik paksa tangan Shanaya.

"Jangan kabur, kalian telah menabrak orang, dia terluka, "ucap Wanita itu sembari memarahi Shanaya. Wanita ini terus saja mendesak Shanaya dan Humairah.

"Bu, tenang. Saya dan teman saya tidak akan lari, kami akan bertanggung jawab, dan kami akan membawa korban ke rumah sakit, " ujar Humairah, tetapi berbeda dengan Shanaya, dia malah terlihat gugup dan takut.

"Cepat, bawa pria itu ke rumah sakit, " Shanaya dan Humairah 'pun menyusup masuk ke dalam kerumunan orang banyak, dan ingin melihat kondisi korban yang baru saja mereka tabrak.

Humairah mendekat, dan melihat keadaan pria yang baru saja di tabrak oleh Shanaya. Tetapi berbeda dengan Shanaya, ini pertama kali dia menabrak orang di jalan dan membuatnya takut.

"Pak, tolong bantu kami untuk mengangkat tubuh pria ini ke dalam mobil, kami akan membawanya ke rumah sakit, " ujar Humairah, beberapa orang membantu mengangkat tubuh pria itu dan membawa masuk ke dalam mobil.

"Jangan sampai di tinggalkan di jalan, di sini ada cctv, dan kami semua telah melihat plat mobil kalian," tukas seorang pria yang berdiri di depan Shanaya, wanita ini cukup takut dan gugup.

"Tentu, Pak. Kami tidak akan membuangnya di jalan, kami akan membawanya ke rumah sakit, kami permisi dulu." Humairah, dan Shanaya segera masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan tempat tersebut.

Begitu mobil Shanaya meleset pergi meninggalkan TKP, beberapa pengawal Ferdinand Daffa Adipratama, tiba ke lokasi kejadian, tetapi mereka tidak dapat apa-apa, kecuali jam tangan milik Ferdinand yang terjatuh di aspal.

"Tuan muda, baru saja dari tempat ini, cepat cari mungkin Tuan muda belum jauh dari tempat ini," seru salah satu atasan para pengawal yang ikut mencari Ferdinand.

Pengawal itu pergi meninggalkan TKP. Sedangkan mobil Shanaya dan Humairah telah tiba di rumah sakit. Shanaya memarkirkan mobil tersebut, di saat Humairah akan turun dari mobil mereka terkejut melihat Ferdi yang sudah terbangun dari pingsannya. Sedangkan Shanaya sudah turun lebih dulu untuk memanggil perawat.

"Tuan, Anda sudah siuman?" tanya Humairah yang menoleh ke belakang melihat ke arah Ferdi yang memegang kepalanya.

"Kalian siapa?" tanya Ferdi, yang masih dalam keadaan setengah sadar dengan kepala yang terluka.

"Tuan, mari ikut kami biar dokter mengobati luka Anda," ujar Humairah kemudian. Humairah membuka pintu mobil, dan meminta Ferdi untuk turun dari mobil tersebut, tetapi pria ini nampak bengong melihat ke arah Shanaya yang datang bersama dengan beberapa perawat, serta membawa brankar untuk Ferdi.

Gamis ungu yang di kenakan Shanaya di terpa oleh angin sehingga membuat gamis itu terlihat begitu indah, untuk pertama kali Ferdi melihat seorang wanita dengan begitu lama, dan wanita itu adalah Shanaya.

"Bidadari, surga." Gumam Ferdi, tapi masih bisa di dengar oleh Humairah, wanita ini tersenyum, mungkin Humairah salah mengartikan ucapan Ferdi.

Begitu Shanaya tiba di depan mereka berdua, Shanaya langsung menyuruh perawat untuk membantu Ferdi membawa pria itu ke ruang pengobatan. Tatapan Ferdi, tak pernah hilang untuk terus melihat ke arah Shanaya yang mengikuti Ferdi hingga ke ruang pemeriksaan.

*

*

*

Sudah sejak seminggu Shanaya pergi dari rumah, membuat seluruh keluarga besar Rasya Hardiman, panik dan juga cemas, anak perempuan satu-satunya telah pergi dari rumah.

Seorang pria, berbadan tegap dan kekar berdiri di samping sofa, dimana seorang pria tua yang memegang tongkat duduk di sofa tersebut. Pria tua itu adalah kakek Shanaya, Hardiman Hartawan, seorang pemilik pertambangan emas terbesar di daerah Kalimantan Indonesia.

"Ayah, kenapa harus duduk di sofa, kesehatan ayah belum membaik, mari saya antar ke kamar," ucap seorang wanita yang baru saja kembali dari ruang makan. Wanita ini adalah ibu Shanaya, Juwita Hardiman. Pria yang tadi berdiri di sebelah sofa Hardiman adalah kakak laki-laki Shanaya, yaitu Lucki Hardiman.

Orang tua laki-laki Shanaya telah lama meninggal, Shanaya hanya tinggal bersama dengan Lucki dan juga Hardiman kakeknya. Hardiman berdiri dari tempat duduknya, lalu menatap Lucki penuh dengan arti.

"Bawa adikmu kembali, atau kamu tak usah kembali ke sini lagi!" tegas Hardiman kepada Lucki. Karena keluarga Adipratama beserta cucunya Ferdinand Daffa Adipratama baru saja pergi dari rumah mereka, datang untuk melihat calon istri Ferdi, tetapi Shanaya malah tak ada di rumah, dan belum di temukan.

"Baik, Kakek. Aku permisi dulu," setelah berpamitan dengan Hardiman, Lucki 'pun pergi meninggalkan rumah tersebut. Lucki yang mengambil tanggung jawab perusahaan Hartawan, perusahaan milik keluarga besarnya.

Perjodohan yang di lakukan oleh keluarga Hartawan dengan keluarga Adipratama bertujuan untuk memperkuatkan hubungan kakek Hardiman dengan kakek Rudi Adipratama, keduanya adalah sahabat masa kecil hingga menjalankan bisnis dari nol sampai kini menjadi keluarga yang terpandang di mata banyak orang, dan bisnis meraka terkenal hingga ke pelosok dunia.

Karya baru, jangan lupa subscribe ya ♥️

Terpopuler

Comments

luiya tuzahra

luiya tuzahra

jadi aya dan ferdi djodohin tpi mngkin mrk blum ketemu jdi aya nolak gak taunya mrk kenalan sendiri.
mngkin ini yg dinamakan jodoh takkan kemana sesuai dg judulnya

2023-12-15

1

luiya tuzahra

luiya tuzahra

hmmm khumaira mengira itu kata2 utk dirinya padahal itu utk shanaya,
bau2 cinta segitiga

2023-12-15

1

adning iza

adning iza

langsung ksni dlu ya thoorr😊😊😊

2023-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!