Bab 4

Jangan nabung bab ya 🙏karya kita update tiap hari, baca tiap hari biar author semangat untuk updatenya, author butuh dukungan kalian semua☺️🙏 terima kasih 🙇

Satu minggu telah berlalu....

Surat kabar yang ada di kota maupun di pelosok desa, telah di penuhi dengan foto milik Ferdinand Daffa Adipratama, dan juga foto Shanaya Aqeela Hartawan, atas permintaan dari dua keluarga. Karena, keluarga Adipratama dan juga keluarga Hartawan menginginkan cucu mereka segera di temukan.

Alasan mereka menolak perjodohan itu, hanya karena mereka salah paham dengan apa yang telah di sampaikan oleh kakek Shanaya dan kakek Ferdinand.

Sudah seminggu Ferdi berada di pondok pesantren milik Abi Hakim. Saat ini namanya sering di panggil dengan sebutan Daffa, sebenarnya nama itu juga adalah nama aslinya, hanya saja Shanaya tak mengetahuinya.

Hari ini, Daffa sedang membersihkan mushola atas perintah Ustaz Aiman. Meskipun Daffa minim dengan pengetahuan agama, tetapi pria ini tak malu mau belajar di usianya yang tak remaja lagi, bisa di bilang saat ini usia Daffa, sudah beranjak umur 30 tahun.

Sedangkan Shanaya berumur 24 tahun. Sama-sama memiliki gelar sarjana, tetapi tak membuat Daffa ataupun Shanaya bersikap sombong di depan orang lain, padahal keduanya berasal dari keluarga konglomerat.

Daffa yang sedang menyapu halaman mushola tak sengaja melihat Shanaya yang baru saja kembali dari kelas pengajian, dan membuat Daffa ingin menyapa gadis cantik dengan balutan gamis coklat yang setiap lewat di depan Daffa, angin selalu menerpa baju yang di kenakan Shanaya, sehingga membuat hati Daffa ikut berdebar-debar, seakan-akan ada getaran cinta yang bergelora di hati Daffa untuk Shanaya.

"MasyaAllah," ucap Daffa, yang memperhatikan Shanaya yang sedang berjalan melewati halaman mushola, saat ini Daffa berdiri di bawah pohon rindang, sehingga Shanaya tak melihatnya.

"Aagrh!"

Shanaya berhenti, saat mendengar suara teriakan yang berasal dari bawah pohon rindang yang tak jauh dari tempat wanita ini berdiri, lalu melihat sosok pria dengan baju koko putih, serta sarung hitam, yang di kenakan Daffa, membuat pria ini terlihat begitu tampan.

Daffa melompat-lompat di bawah pohon rindang tersebut, karena beberapa sumut mulai menggigit kaki Daffa, ternyata di bawah pohon rindang ada rumah sumut yang tidak di ketahui oleh Daffa.

Shanaya menahan tawanya saat melihat tingkah konyol Daffa, yang melompat-lompat seperti anak kecil.

"Tuan, Daffa." Seru Shanaya, pria ini langsung menoleh, dan tersenyum kaku ke arah Shanaya.

"Assalamualaikum, ukhti Aya."

"Waalaikumsalam," jawab Shanaya, dan berlalu pergi meninggalkan Daffa di bawah pohon rindang tersebut. Shanaya tak ingin ada fitnah dari orang lain, jika mereka berdua berlama-lama mengobrol di sana.

Setelah Shanaya pergi, Daffa kembali berlari dari tempat itu, dan duduk di teras mushola sembari memeriksa kakinya yang di gigit semut tadi.

Rasa sakit, dan juga perih Daffa rasakan pada kakinya, lalu pria ini melihat ada bentol-bentol merah di kaki, bekas di gigit semut, jujur saja selain sakit itu juga sangat gatal.

"Assalamualaikum, Ustaz Daffa." Seru Abi Hakim, Daffa mendongakkan kepalanya dan langsung berdiri saat melihat Abi Hakim yang menyapanya.

"Waalaikumsalam, Abi." Daffa mencium punggung tangan Abi Hakim, pria ini menatap Daffa dengan heran yang sedang menahan rasa sakit.

"Apa yang terjadi? kenapa Anda duduk di sin?" tanya Abi Hakim.

"Saya sedang beristirahat, Abi. Baru saja saya selesai membersihkan mushola, jadi saya berencana untuk kembali ke kamar, hanya saja kaki saya di gigit semut, dan rasanya cukup sakit," ngeluh Daffa, kenapa Abi Hakim, membuat Abi Hakim ingin mengetahui sakit seperti apa yang saat ini di rasakan Daffa.

Daffa 'pun memperlihatkan kakinya yang di gigit semut, memang mengerikan, selain menimbulkan ruam merah ternyata kaki Daffa sampai bengkak. Akhirnya Abi Hakim, menyuruh Daffa untuk datang ke rumahnya, karena Abi Hakim memilki obat untuk mengurangi rasa sakit pada kaki Daffa.

*

*

*

Daffa baru saja selesai mengobati kakinya, tetapi di saat Daffa keluar dari rumah Abi Hakim, Shanaya melihat Daffa yang sedang mengobrol dengan Humairah.

Ini pertama kali Abi Hakim memperbolehkan seorang pria singgah ke rumahnya, biasanya Abi Hakim hanya membawa tamu ke balai pengajian atau ruang guru saja, tetapi Daffa secara khusus di undang oleh Abi Hakim ke rumahnya, membuat Shanaya salah paham.

'Mungkin Abi tertarik pada pria itu, sehingga berniat untuk menjodohkannya dengan Humairah,' batin Shanaya dan berlalu pergi dari tempat itu, tujuan Shanaya ke rumah Abi Hakim untuk memanggil Humairah mengajak wanita itu untuk sholat magrib bersama di mushola, tetapi begitu melihat Daffa dan Humairah yang berjalan bersama, membuat Shanaya mengurungkan niatnya.

Shanaya terlebih dulu mengambil air wudhu bersama dengan santriwati lainnya. Begitu selesai Shanaya segera masuk ke dalam mushola, dan sekali lagi Shanaya melihat Humairah dan Daffa yang berpisah di depan mushola. Daffa melihat Shanaya, dan tersenyum kepada Shanaya, tetapi Shanaya malah mengabaikan senyuman pria itu, karena Shanaya tak ingin membuat Humairah salah paham.

Shanaya segera masuk ke dalam mushola tanpa menunggu Humairah terlebih dulu. Melihat Shanaya yang sudah datang, Humairah bergegas masuk ke dalam mushola untuk menemui sahabatnya itu.

Ustaz Aiman mengambil peran menjadi imam di saat sholat magrib, karena Abi Hakim datang terlambat. Begitu sholat magrib selesai, dan mereka semua bergegas masuk kedalam ruang belajar, di dalam mushola hanya tertinggal Shanaya dan juga Humairah.

"Aya, apa kamu sibuk?" tanya Humairah, yang melihat Shanaya membereskan mukenanya.

"Tidak, ada apa Humairah?" Aya menghentikan aktifitasnya lalu berbicara dengan Humairah.

"Ustaz Daffa, mengirim salam untukmu,"

Shanaya terkejut, dan membulatkan matanya, sehingga membuat Humairah tersenyum.

"Kenapa kamu malah melotot, di jawab dong salamnya," lanjut Humairah, yang masih menahan tawanya.

"Wa-waalaikumsalam." Jawab Shanaya yang akhirnya ikut tersenyum bersama dengan Humairah.

"Shanaya," panggil Humairah,

"Eemmmm," singkat Shanaya sembari menoleh, ke arah Humairah.

"Ustaz Daffa, mengajak kamu untuk ta'aruf, apa kamu setuju? Ustaz Daffa juga sudah berbicara dengan Abi, dan Abi sangat senang dan bahkan Abi memberi dukungan untuk itu, tetapi Abi berpesan semua keputusan ada padamu, Abi hanya perantara atas perasaan Ustaz Daffa terhadap kamu,"

Shanaya terdiam, di saat mendengar pernyataan Humairah tentang Daffa yang ingin taaruf dengannya. Jujur saja, meskipun pakaian Shanaya cukup tertutup dan wanita ini baru belajar memakai cadar, tetapi Shanaya masih minim akan urusan agama, dia hanya tahu sholat dan melakukan kewajibannya yang lain.

Namun, tentang sebuah lamaran Shanaya belum paham betul, bahkan Shanaya pernah lari dari rumah hanya karena sebuah lamaran atau perjodohan yang di lakukan oleh orang tuanya.

"Shanaya, bagaimana ?"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

please answer, you like it too 👌

2023-09-17

2

yani suko

yani suko

terlihat

2023-09-10

1

Wiek Soen

Wiek Soen

sdh mulai

2023-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!