Bab 5

Baca terlebih dulu, tinggalkan like kemudian ♥️🙏

"Shanaya, bagaimana ?" Humairah menyentuh punggung tangan Shanaya yang berada di atas pahanya. Lalu Humairah tersenyum, berharap Shanaya mau memberikan jawabannya segera, agar Humairah 'pun bisa memberitahu Abi Hakim, akan kabar bahagia ini.

Shanaya baru mengenal Daffa selama satu minggu, di saat ke duanya berada di pondok pesantren milik Abi Hakim. Namun, untuk menikah sepertinya terlalu cepat, tetapi kalau ta'aruf sepertinya tidak apa-apa, itu yang di pikirkan Shanaya saat ini.

 "Assalamualaikum,"ucap Abi Hakim, Humairah dan Shanaya menoleh, saat melihat Abi Hakim, menghampiri mereka di barisan wanita.

"Waalaikumsalam, Abi." Jawab Humairah, sembari mencium punggung tangan Abi Hakim, Shanaya hanya menangkupkan ke dua tangannya di dada.

Jujur saja, Shanaya bukan orang munafik jika dia mengatakan kalau Shanaya tidak tertarik kepada Daffa. Karena, sebagai manusia Daffa sudah bisa di bilang tergolong pria yang sempurna. Tampan, mampan dan juga memiliki sifat yang lembut, satu lagi Daffa bukan pria yang sombong meskipun terlahir dari keluarga kaya, bahkan Daffa tahu cara menghargai wanita, dia menyukai Shanaya sejak pertama kali melihat wanita itu. Daffa, langsung tertarik untuk mengajak Shanaya ta'aruf.

Ternyata tidak sia-sia Daffa memilih ikut ke pondok pesantren Abi Hakim, selain dapat jodoh Daffa juga banyak mendapatkan ilmu di tempat itu.

"Abi Hakim, bolehkan Shanaya bertanya?"

"Tentu, silahkan!" Abi Hakim, akhirnya memilih untuk bersama dengan ke dua putrinya, Shanaya sudah di anggap anak sendiri oleh Abi Hakim.

"Apa hukumnya seorang anak menolak perjodohan yang di lakukan oleh orang tua mereka? apakah anak tersebut akan durhaka?" tanya Shanaya, tentu saja Humairah tahu kemana arah pertanyaan ini, Humairah menyentuh punggung tangan Shanaya dan tersenyum kepada wanita itu.

Sebelum menjawab Abi Hakim terlebih dulu menyimpulkan senyumannya kepada Shanaya.

"Tidak termasuk durhaka, karena menikah itu murni hak anak, orang tua tidak boleh memaksa anaknya untuk menikah dengan seseorang yang tidak disukai anaknya. Bahkan jika orang tua memaksa dan anak tidak ridho kemudian terjadi pernikahan, maka status kelangsungan pernikahan dikembalikan kepada anaknya. Jika anak bersedia, pernikahan bisa dilanjutkan, dan jika tidak maka keduanya harus dipisahkan."Pungkas Abi Hakim, Shanaya langsung mendongakkan kepalanya menatap Abi Hakim penuh dengan keyakinan.

Jawaban yang di berikan Abi Hakim sangat berarti untuk Shanaya. Dulu, jangankan memikirkan perasaan orang lain, bahkan Shanaya kerap tak pernah peduli pada perasaan orang tuanya. Tetapi, semenjak Shanaya tinggal di pondok pesantren Abi Hakim, Shanaya menjadi wanita yang lebih baik, menjadi wanita yang sedikit demi sedikit menjadi paham agama.

"Shanaya, kamu sudah merawat Daffa selama seminggu ini, dan kamu melakukan kewajiban mu sebagai pelaku yang menabraknya, semua yang kamu lakukan sudah lebih dari cukup. Abi melihat kondisi Daffa telah membaik, mungkin karena kedekatan kalian berdua membuat pria itu berani berpikir untuk ta'aruf denganmu,"ungkap Abi Hakim.

Shanaya mengangguk pelan, seseorang yang berdiri di barisan laki-laki senang mengintip dan menguping pembicaraan Abi Hakim dengan ke dua wanita bercadar yang ada di barisan perempuan, laki-laki itu adalah Ustaz Aiman, yang lebih dulu menyukai Shanaya sebelum Daffa menyukai Shanaya.

"Abi, apakah hukum untuk seorang anak perempuan yang lari dari rumah, apa itu termasuk berdosa kepada orang tua?" tanya Shanaya kemudian, Abi Hakim tersenyum.

"Ada dua perkara yang harus kamu ketahui Shanaya, yang pertama kamu lari dari rumah tidak memiliki tujuan apapun, misalnya kamu meninggalkan orang tua demi kesenangan mu semata, dan melakukan maksiat di luar rumah, tentu saja dosa itu di tanggung oleh orang tuamu, yang ke dua kamu lari dari rumah, dan kamu tinggal di pondok pesantren, meniti ilmu dan memperbaiki akhlak serta ilmu pengetahuan mu tentang agama, itu juga termasuk perbuatan yang baik. Tetapi, satu hal yang harus kamu tahu, melakukan sesuatu hal kita butuh restu orang tua, apapun yang kita lakukan agar bisa mendapatakan berkah," ujar Abi Hakim.

Shanaya sudah mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Abi Hakim, sehingga tak membuatnya ragu lagi jika dia meneriam ajakan ta'aruf dari seorang pria yang baru saja di kenalinya.

"Shanaya, apa jawabanmu?" tanya Humairah kemudian, bahkan Abi juga menunggu jawaban dari Shanaya.

"Kalau menurut Abi ini adalah pilihan yang tepat, insyaAllah, ini juga yang terbaik untuk Shanaya, aku ingin menerimanya," tukas Shanaya, Humairah memeluk Shanaya dengan erat.

Seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka bertiga, nampak tak senang dengan jawaban yang di berikan Shanaya kepada Humairah.

"Aku takkan membiarkan pria itu memiliki Aya, bagaimanapun Aku yang lebih dulu mengenal Aya,' batin Ustaz Aiman, lalu pergi meninggalkan mushola tersebut, untuk kembali ke kelas pengajian, dimana para santriwan sudah menunggu Ustaz Aiman.

Jam 22:00, malam. Selesai pengajian malam, Abi Hakim menemui Daffa di ruang kelas yang di pimpin oleh Ustaz Aiman. Melihat kedatangan Abi Hakim, Ustaz Aiman langsung menghampirinya.

"Assalamualaikum, Ustaz Aiman," ucap Abi Hakim, begitu tiba di depan ruang pengajian.

"Waalaikumsalam, Abi. Apa yang membawa Abi kemari? " tanya Ustaz Aiman sopan.

"Saya, ingin menemui Ustaz Daffa," ujar Abi, sembari melihat ke arah Daffa. Ustaz Aiman 'pun meminta Daffa untuk segera keluar dan menemui Abi Hakim.

Melihat Abi Hakim dan Daffa pergi meninggalkan tempat tersebut, membuat Ustaz Aiman begitu penasaran, karena semenjak Ustaz Aiman mengetahui tentang niat Daffa kepada Shanaya, semenjak saat itu juga Ustaz Aiman merasa tak tenang.

Abi Hakim, dan juga Daffa kini berada di sebuah bilik milik Abi Hakim, tujuannya agar Daffa dan Shanaya dapat bertemu secara langsung, dan Abi Hakim bisa mendengar itu langsung dari ke dua belah pihak, tentu saja Shanaya di temani oleh Humairah.

"Apa benar Ustaz Daffa, ingin berta'aruf dengan Ukhti Shanaya?" tanya Abi Hakim, Daffa tersenyum, sebegitu bahagianya pria ini bila mendengar nama Shanaya yang di pertanyakan kepadanya.

"InsyaAllah, atas izin Allah, niat dan tujuan saya baik, Abi. Saya ingin melamarnya, tetapi mengingat perkenalan kami yang baru seujung kuku, saya ingin meminta izin kepada Abi, untuk berta'aruf terlebih dulu dengan ukhti Shanaya," ujar Daffa, tetapi Abi langsung melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Daffa terdiam.

"Ustaz Daffa, sebelum ta'aruf ini berlangsung, saya ingin bertanya, apakah ada wanita lain yang sebelumnya Anda kenal, sebelum Anda mengenali Shanaya? ataupun, apakah ada di luar sana seorang wanita yang menunggu Anda untuk kembali, saat ini Anda dalam posisi hilang ingatan, apa bisa menjamin jika Anda ini adalah seorang lajang?" pertanyaan Abi Hakim, membuat Daffa bungkam, pria ini berpura-pura hilang ingatan kepada mereka semua, agar bisa tinggal di pondok pesantren Abi Hakim, untuk menghindari pengejaran dari keluarganya.

"Ustaz Daffa?"

 

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

ustadz aiman kalau Aya sdh dilamar kan ada humairoh

2023-09-25

2

adning iza

adning iza

ustadz aiman berlapang dadalah jgn suka buat penyakit hati

2023-09-17

1

Mentari

Mentari

jawab yg jujur Daffa karena kejujuran itu sangatlah penting,,,dan untuk ustad aiman yg Sholeh dan tau agama kok punya pikiran jelek gitu

2023-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!