Bab 5

Di ruangan CEO samudra grup, pria yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu sesekali melirik arloji di tangannya. Sudah 15 menit berlalu sejak jam pulang kerja, tapi sosok Jihan belum muncul di hadapannya. Shaka sampai kesal sendiri karna dibuat menunggu. Sudah di transfer uang di muka sebesar 500 juta, tapi Jihan malah memberikan kesan buruk di mata Shaka.

"Jangan-jangan wanita itu kabur." Gumam Shaka semakin jengkel. Kalau sampai benar-benar kabur, tentu Shaka akan mencari Jihan sampai ketemu walaupun Jihan bersembunyi di lubang semut sekalipun. Sebab Shaka punya uang, selama ada uang yang cukup, Shaka pasti punya kuasa untuk melakukan apapun.

Tidak tahan hanya menunggu di dalam ruangan tanpa kepastian, Shaka akhirnya keluar dari ruangannya dan pergi ke divisi umum. Sudah pasti untuk mencari Jihan, calon istri kontraknya yang sudah dia bayar.

Kondisi perusahaan tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang masih ada di sana karna lembur.

Shaka melangkah cepat menuju ruangan divisi umum. Langkahnya terhenti di depan ruangan tersebut yang berdindingkan kaca transparan.

Dari luar ruangan, Shaka bisa melihat Jihan. Wanita yang membuatnya kesal menunggu.

Shaka semakin kesal saja lantaran Jihan malah asik tertawa dengan rekan kerja pria.

Shaka menghela nafas berat. Dia sedikit menyesal sudah memilih Jihan sebagai calon istri kontraknya. Melihat sikap Jihan yang tidak disiplin waktu dan menggampangkan perintah, pikiran Shaka sudah negatif duluan. Karna belum apa-apa sudah bikin kesal, apalagi nanti setelah menikah.

Tak mau membuang-buang waktu, Shaka kemudian menyelonong masuk ke dalam ruangan tanpa permisi, membuat kaget dua orang yang sedang asik bercanda di kursinya masing-masing.

Arda dan Jihan reflek berdiri, keduanya menyapa Shaka dengan sopa dan ramah.

"Selamat sore Pak." Sapa keduanya kompak.

Shaka tampak acuh, tidak merespon sapaan mereka. Malah menatap tajam ke arah Jihan, membuat Jihan kesulitan menelan ludah karna merasa punya salah pada Shaka.

Harusnya dia sudah datang ke ruangan Shaka 20 menit yang lalu, tapi tertunda karna ada Arda.

"Kamu yang namanya Jihan.?" Tanya Shaka seolah tidak penah mengenal Jihan sebelumnya. Padahal baru tadi siang membicarakan hal penting.

"Iya Pak, saya Jihan."

"Ada yang bisa saya bantu.?" Jihan juga bersikap seolah tidak punya urusan apapun dengan CEO itu. Karna ada Arda di sana, Jihan tidak mau menimbulkan kecurigaan.

"Ikut ke ruangan saya.!" Tegas Shaka sembari berlalu dari sana.

Arda sampai menatap heran, karna Jihan jarang sekali kontak langsung dengan CEO.

"Ada masalah.?" Tanya Arda khawatir.

Jihan menggeleng cepat.

"Mungkin diminta revisi laporan." Jawab Jihan asal.

"Aku duluan ya Mas, makasih sudah nemenin." Jihan bergegas pergi. Dia sadar sedang berada dalam masalah karna terlalu lama membuat Shaka menunggu sampai rela turun ke ruangannya.

...******...

Jihan setengah berlari mengekori Shaka. Dia kesulitan mengimbangi langkah Shaka yang cukup lebar. Hampir 3 kali lipat dari langkah kaki Jihan. Wajar saja karna Shaka punya kaki yang panjang.

"Cepat jalannya, saya masih ada urusan.!" Tegur Shaka dingin.

"Ini sudah cepat Pak, malah setelah lari." Jawab Jihan dengan nafas ngos-ngosan.

Shaka berhenti sebentar untuk sekedar melempar lirikan tajam pada Jihan karna berani menjawab ucapannya.

"Lari sekalian kalau perlu." Kata Shaka acuh.

Bibir Jihan komat-kamit di belakang tubuh tegap Shaka. Kata Diana, Shaka bos yang baik. Entah baik dari mananya. Bicaranya saja selalu ketus walaupun ekspresinya datar.

Jihan tidak tau saja kalau pembawaan Shaka memang seperti itu. Dia pria yang cukup kaku, tidak banyak bicara apa lagi basa-basi.

Duduk di depan meja Shaka, Jihan mengambil selembaran kertas yang di sodorkan oleh pria itu. Kertas berisi surat perjanjian untuk kontrak pernikahan selama 1 tahun. Jihan membaca dengan teliti tanpa ada yang dia lewati satu katapun. Sebab tidak mau gegabah, takut menyesal dikemudian hari.

"Tanda tangani kalau sudah selesai baca." Kata Shaka sambil memperhatikan Jihan.

Jihan hanya mengangguk karna masih fokus membaca point-point penting dalam selembar surat perjanjian tersebut.

Begitu selesai membaca dan tidak keberatan dengan isinya, Jihan langsung mengambil pulpen dan membubuhkan tanda tangan di atas materai.

Jihan tak perlu berfikir dua kali untuk menandatanganinya, karna semua peraturan dan point penting itu sama sekali tidak merugikan. Malah bisa dikatakan Jihan untung besar. Selain mendapatkan uang 500 juta secara kontan, semua kebutuhannya juga terjamin selama menjadi istri Shaka. Dan yang paling penting, dalam surat perjanjian itu disebutkan bahwa Shaka tidak akan menyentuhnya. Jihan merasa aman dan lega. Walaupun statusnya akan menjadi janda setelah 1 tahun menikah, setidaknya dia masih pera wan.

Shaka mengambil kertas itu dan menyimpannya. Masalah soal pernikahan sudah selesai, dia tidak akan pusing lagi menghadapi permintaan Mamanya.

"Sekarang kamu boleh pulang.! Nanti malam jam 7, saya akan jemput kamu untuk bertemu orang tua Saya." Shaka lantas beranjak dari duduknya.

Jihan sempat bengong, karna terlalu cepat untuk membawanya bertemu dengan orang tua Shaka. Belum ada persiapan, belum di briefing juga. Bagaimana kalau nanti di tanya banyak hal soal kedekatannya dengan Shaka. Jihan harus jawab apa.? Dekat saja tidak.

Tapi mau menolak perintah Shaka juga tidak ada hak. Jihan sudah menandatangani surat perjanjian yang artinya dia setuju untuk menikah dengan Shaka. Dan sebelum ada acara pernikahan, harus melalui proses pengenalan antar calon menantu dan mertua.

"Baik Pak. Sebentar saya tuliskan dulu nomor telfon dan alamat rumah saya." Kata Jihan hendak mengambil kertas kosong dalam tasnya.

"Nggak perlu, saya sudah punya nomor dan alamat rumah kamu." Jawab Shaka cepat.

Jihan kembali melongo untuk kesekian kalinya, tapi tidak berlangsung lama setelah dia sadar siapa Shaka dan apa jabatan di perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan nomor telfon dan alamat rumah staffnya, itu bukan hal yang sulit bagi Shaka.

Jihan mengangguk paham lalu berdiri dari duduknya, dia pamit pada Shaka dan keluar dari ruangan mewah tersebut.

...******...

Sore itu setelah pulang dari kantor, Jihan datang ke rumah sakit tanpa pulang ke rumah lebih dulu. Dia harus memberitahu adiknya kalau malam ini dia ada urusan, jadi baru bisa gantian menjaga Mama mereka setelah Jihan pulang dari rumah Shaka.

Jihan masuk ke ruangan Mamanya. Di dalam tampak Juna tengah tertidur di sofa dan terlihat kelelahan. Sementara itu di ranjang pasien ada orang tuanya yang berbaring tak berdaya. Kondisinya sangat lemah, jarang membuka mata karna lebih banyak tertidur. Mungkin karna efek obat yang disuntikkan dalam cairan infus.

Hati Jihan tersayat melihat pemandangan di depannya. Makin tersayat lagi karna harus menjalani pernikahan kontrak demi mendapatkan uang untuk biaya operasi. Kalau sampai Mamanya tau, beliau pasti akan sangat sedih. Namun Jihan tak punya pilihan lain.

Terpopuler

Comments

Utayi💕

Utayi💕

pedih hati ini menjadi seorang Jihan, meski aku tak mengalaminya. tapi jika hati terbawa suasana.. pasti rasa itu juga akan terasa pada kita/Sob/

2024-05-08

0

Ani Baru

Ani Baru

semoga berbuah msnis

2024-04-21

1

Zainab Ddi

Zainab Ddi

keren Jihan demi orangtuanya rela nikah kontrak

2024-03-03

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!