Bab 12

Gaun sederhana yang tak terlalu terbuka menjadi pilihan Jihan untuk di pakai pada acara pernikahannya, 10 hari lagi. Ballroom hotel tempat acara sudah di booking. Undangan siap di sebar. Persiapan yang cukup kilat, sekilat rencana Shaka untuk menikahi Jihan di hari pertama mengenalnya. Tapi untuk seorang Shaka, tentu apapun bisa dilakukan karna punya uang dan kuasa.

Selesai melakukan transaksi dan gaun serta tuxedo sudah di simpan rapi oleh pelayan butik, mereka bertiga beranjak keluar dari bangunan mewah tersebut.

Mama Sonia menghentikan langkah di depan mobilnya, ada supir pribadi yang masih setia menunggu di dalam mobil.

Wanita paruh baya itu lantas pamitan pada anak serta calon menantunya.

"Mama pulang dulu, mau siap-siap ke bandara."

"Kamu jalan-jalan aja sama Jihan, jangan langsung di antar pulang. Nggak sibuk kan hari ini.?"

Netra Jihan dan Shaka saling pandang. Mereka berdua tak sedekat itu untuk pergi jalan-jalan. Banyak jarak pembatas di antara mereka, selain surat perjanjian dan status sosial yang berbeda. Sikap cuek dan ketus Shaka juga menjadi salah satu adanya jarak yang tercipta.

"Hemm." Deheman Shaka di iringi anggukan kecil. Bukan mau mengajak jalan sungguhan, namun hanya sekedar untuk menghindari kecurigaan sang Mama.

"Ya sudah, Mama duluan." Mama Sonia memeluk calon menantunya sambil cipika cipiki.

"Makasih Mah, Hati-hati di jalan." Mata Jihan berbinar tulus, ada kebahagiaan di dalamnya. Mungkin masih belum menyangka ada orang kaya yang mau menerimanya menjadi menantu. Apalagi Mama Sonia kelihatan tulus dan baik. Perhatiannya juga tidak di buat-buat.

Mama Sonia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pelataran butik.

Shaka lantas masuk ke dalam mobilnya, Jihan segera menyusul.

"Aku antar kamu pulang. Aku ada urusan di luar." Suara datar Shaka menyambut Jihan yang baru masuk ke mobil mewah tersebut.

"Saya juga mau lanjut tidur Pak." Jawab Jihan tanpa mempermasalahkan Shaka yang baru saja berbohong pada Mama Sonia.

Tak ada tanggapan, Shaka langsung melajukan mobilnya untuk mengantar Jihan pulang.

...*****...

"Nggak mampir dulu nak Shaka.? Ibu baru selesai masak, ayo makan siang disini." Mama Dewi setengah berlari keluar rumah, menghampiri Shaka yang hendak pulang tanpa masuk ke dalam rumah ataupun pamitan padanya.

"Makasih Bu, mungkin lain kali. Saya masih ada urusan." Tolaknya halus.

Entah kenapa Jihan merasa terusik dengan penolakan Shaka, sampai tidak sadar melirik sebal ke arah calon suaminya itu.

Sebab Mama Dewi begitu berharap calon menantunya mau makan siang bersama, tapi di tolak. Bahkan penolakan itu sudah terjadi kedua kalinya.

"Selera makanan Mas Shaka dengan kita beda Mah. Kasian, takutnya sakit perut nanti." Seloroh Jihan acuh.

Sejak di kenalkan dengan orang tua Shaka, Jihan berusaha sopan dan menghargai mereka. Tapi tidak dengan Shaka, begitu acuh dengan orang tua Jihan.

Shaka menatap tajam. Karna merasa Jihan terlalu berani menyindirnya, membuat imagenya buruk di mata Mama Dewi.

"Saya memang ada urusan, mau ketemu klien." Jelas Shaka pada Mama Dewi. Sebab perkataan Jihan bisa membuat Mama Dewi salah paham kalau Shaka tidak meluruskan.

Mama Dewi mengangguk paham. Calon menantunya memang orang sibuk, sampai tidak pernah mau mampir lama-lama saat datang ke rumahnya beberapa kali. Selalu ada pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan.

Shaka kemudian pamit pulang. Sebelum berlalu dari halaman rumah, pria itu sempat menatap Jihan dengan sebal.

...*******...

Undangan pernikahan sudah di sebar. Acara pernikahan akan di gelar terbuka dengan di hadiri keluar, kerabat dekat dan rekan bisnis. Meski ada kontrak di balik pernikahan, namun tak membuat Shaka mempersulit acara pernikahan mereka. Dia membebaskan orang tuanya mengurus semua keperluan pernikahan, termasuk memilih hotel dan wedding organizer. Shaka dan Jihan hanya perlu duduk manis, terima beres.

Kini 2 hari menjelang hari H, desas desus tentang kabar pernikahan CEO tampan dengan staffnya mulai tersebar di perusahaan. Padahal hanya orang-orang penting saja yang di undang, tapi hampir seluruh karyawan mendengar gosip itu.

Diana sebagai sahabat Jihan sekaligus sekretaris Shaka, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat membaca undangan mewah di tangannya.

Di kasih undangan langsung oleh Shaka tanpa mengatakan apapun, Diana cukup syok saat membaca nama calon istri atasannya. Ibu satu anak tersebut sampai diam mematung di meja kerjanya. Seolah tidak percaya, Diana sampai membaca berulang-ulang nama mempelai wanita beserta nama kedua orangtuanya.

Dia jelas tau siapa nama orang tua Jihan. Dan nama yang tertera di sama memang benar-benar Jihan serta kedua orang tuanya.

Tapi kenapa Jihan tidak pernah cerita.? Shaka juga baru memberi undangan 2 hari sebelum acara pernikahan. Seakan sengaja agar tak punya waktu untuk menginterogasi.

Siang itu saat jam istirahat, Diana menghampiri Jihan agar rasa penasarannya terjawab. Diana enggan menduga-duga. Lagipula dia tau betul kedekatan Shaka dan Jihan baru pertama kali terjadi ketika Jihan ingin meminjam uang. Itu sekitar 2 minggu yang lalu. Kalau sekarang keduanya tiba-tiba akan menikah, tentu menjadi tanda tanya besar bagi Diana.

"Jihan,," Suara Diana menghentikan langkah Jihan yang baru keluar dari ruangannya. Jihan menelan ludah melihat tatapan menelisik dari Diana. Walaupun jaraknya masih lumayan jauh, tapi Jihan bisa mengerti arti tatapan sahabatnya itu. Pasti dia akan di interogasi gara-gara undangan yang sudah di sebar untuk para petinggi perusahaan.

Sejak masuk ke perusahaan tadi pagi, berbagai pertanyaan silih berganti dari orang yang berbeda. Jihan sampai mati kutu di buatnya, tidak tau harus menjawab apa. Dia belum di briefing oleh Shaka. Bahkan tidak tau kalau Shaka akan menyebar undangan di perusahaan ini yang membuat penghuninya dibuat gempar.

...****...

Di sudut kantin perusahaan. Jihan mengajak Diana ke meja paling pojok yang cukup sepi. Jauh dari jangkauan karyawan lain yang sedang makan siang.

"Kamu nggak bercanda kan Jihan.? Kenapa tiba-tiba menikah sama Pak Shaka.?" Cecar Diana saat di rasa aman untuk menginterogasi Jihan.

"Kamu nggak ada bilang apa-apa dari kemarin. Cuma cerita kalau Pak Shaka setuju meminjamkan uang buat kamu." Diana menatap curiga. Apalagi ketika teringat desakan Nyonya Sonia yang memaksa agar putranya segera menikah. Diana sudah berfikir buruk saja, takut Jihan sedang di manfaatkan Shaka.

Jihan tak punya pilihan lain kecuali berbohong untuk menyembunyikan kontrak pernikahannya dengan Shaka.

"Aku dan Pak Shaka sebenarnya sudah dekat beberapa bulan terakhir, dia melarang ku bercerita, jadi aku nggak berani bersuara mengenai hubungan kami."

Diana mengerutkan kening. Jawaban Jihan tidak serta merta membuat Diana percaya begitu saja. Karna sangat aneh menurutnya. Tapi seandainya terjadi sesuatu pada Jihan, entah itu di paksa Shaka atau di ancam, rasanya Jihan tak akan tinggal diam. Diana tau betul sifat Jihan, sahabatnya itu bukan tipe wanita yang mudah ditindas. Pasti akan melakukan perlawanan.

"Kamu yakin.?" Diana memastikan. Jihan mengangguk cepat.

"Apapun itu, Mba harap, kamu nggak menyembunyikan sesuatu." Ucap Diana.

Jihan terdiam dengan perasaan bimbang.

Terpopuler

Comments

Ila Lee

Ila Lee

jujur lh pada Diana kn dh dianggap kakak sendiri

2024-04-06

3

Zainab Ddi

Zainab Ddi

jujur aja jihan

2024-03-03

0

Rita Novrita

Rita Novrita

harusnya sama sahabat gk boleh boong jihan..jujur aj

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!