Shizuka Perempuan Tabah
"Ku kira kamu masih mendengarkan ucapan ku. Tak ada gunanya melanjutkan ini semua Zee."
"Kakakku sudah mengajarkan aku untuk bekerja keras. Apakah mungkin aku harus bermalasan saja?" Gumam Zeexsa melipat kain putih polos.
"Ketimbang kamu repot begitu, kita pergi aja dari desa ini. Kita merantau ke Medan aja Zee."
"Apa yang kamu katakan Debi? Bukankah hidup di sana akan terasa sulit lagi? Kota besar kan mahal juga biaya hidupnya."
"Stttt! Diam kakakmu kembali."
"Sudah selesai kah Zee?"
"Sudah kak. Oh ya bagaimana kak dengan baju-baju yang kita jual hari ini? Apakah ada yang komentar buruk kak? Aku yakin desain baju yang kakak buat pasti mendapatkan tepuk tangan dan senyuman indah. Benar kan kak?"
"Apakah toko-toko baju yang menerima orderan kalian itu menerima dengan lapang hati atau hanya kasihan saja?" Ucap Debi menatap kantongan pelastik yang digenggaman Shizuka.
"Berhenti menebak-nebak apa yang terjadi. sekarang kita harus lebih bekerja keras lagi karena kita banjir pesanan," ucap Shizuka tertawa bahagia.
"Alhamdulillah kakak. Aku seperti tak percaya dengan yang kakak ucapkan. Setelah dengan semua yang terjadi akhirnya kita berhasil melewati ini semua."
Shizuka merangkul Zeexsa dengan air mata yang tak terbendungnya lagi sambil mengusap-usap pundak adiknya. Lima belas tahun lamanya ia berteman dengan dunia desain. bertahun-tahun itu pula ia menghabiskan waktunya berdua dengan adiknya dalam menciptakan pakaian perempuan Islam yang menarik.
Setulus hati seorang ibu merawat anaknya. Begitulah yang diberikan Shizuka kepada adik tirinya. Mereka menata hidup dengan kegigihan yang awalnya hanya ketakutan. Kini mereka berdua tersenyum dengan keadaan yang mereka terima.
"Selamat ya! Aku gak nyangka kalian yang hanya tinggal berdua di bilik bambu ini dengan kain-kain sederhana, mesin jahit tua, dan dana yang tipis bisa mendapatkan impian kecil kalian. Ini bukan rumah sih menurutku. Ini seperti sebuah,..."
"Maaf Debi. Kami sekarang sibuk. Kalau kamu terus berbicara hal yang gak penting. Lebih baik kamu bantuin kami aja karena orderannya sudah meningkat pesat. Waktu berharga! Sebaiknya kita memanfaatkan waktu bukan? Agar tak sia-sia untuk hari ini."
"Kak Shizuka benar. Apa yang bisa aku bantu kak?"
Sepi terperangkap dalam ruang sukma. Sehabis hari ini hingga esok tiada lelah yang menahan tekad. Beriringan tetes cinta yang terus menyudutkan rasa pesimis. Itulah barangkali arti dari perjuangan mereka. Terus menyulam tanpa jeda. Di saat tidur pun Shizuka sering berimajinasi tentang model pakaian yang hendak ia lukis.
Bayangan-bayangan pakaian itu menari-nari di dasar ingatannya. Bersama kelam malam itu ia juga menyusun rencana yang kian hadir di depan mata. Setiap kali ia menutup tirai mimpinya, ia teringat dengan kecupan indah beberapa tahun lalu.
Kecupan hangat itu seolah membekas dan tak akan memudar. Tepat di keningnya bibir pasi itu mendarat. Di sebuah ruang kecil dan hampir roboh ia mendengar namanya disebut. Itu pagi yang cerah. Suara alam juga terdengar bernyanyi. Kesyahduannya itu tak bisa terlupakan. Sedikit bercampur melodi rintihan. Pukul sembilan pagi adalah sebuah waktu malang baginya. Ibunya diseret paksa. Air matanya membasahi wajahnya.
"Ya ini adalah sebuah ajang." Sanggah Shizuka menatap Zee.
"Kakak!" ujar Zee heran.
"Kakak mikirin apa? Sekarang kita akan membuat pakaian yang bagaimana kak?" Ujar Zee lagi.
"Kamu gambar pola pakaian yang ini aja dulu ya Zee."
"Ini bagus kak pakaiannya. Kapan kakak desain? Aku gak lihat kakak menggambar pakaian ini hari ini."
Shizuka tersenyum sambil mengambil pena dan kertas. Tak lama setelah itu Debi menawarkan diri untuk membantu mereka. Ia berjalan menghampiri Zee. Kemudian memperhatikannya menggambar pola.
"Oh tidak! Itu salah Zee. Bisa-bisa kainnya rusak."
"Ada apa? Inikan sudah sesuai dengan gambarnya."
"Debi kamu ke sini. Kamu mau membantu kan?"
"Iya. Apa yang bisa saya bantu. Tapi jangan yang susah ya karena saya belum pernah menjahit."
"Bentar lagi anak-anak SMA akan kemari. Jadi kamu ukurlah lingkar pinggang, panjang tangan, dan yang lainnya. Ini kamu bisa melihat apa-apa saja yang harus diukur di buku ini."
"Oke. Kalau soal ukur mengukur aku tahu. Ini gampang. Oh ya perempuan atau laki-laki yang datang kemari?"
"Perempuanlah! Kita kan khusus menjahit pakaian untuk perempuan." Jawab Zee sigap.
***
Haikal bersama dengan karyawan lainnya menunjukkan sebuah pendesain terbaik menurut versi mereka. Manager perusahaan itu duduk dengan kedua kaki di atas meja. Ia menggaruk kepalanya seperti tak ingin melihat semua gambar di atas mejanya. Kemudian ia menggerutu saat hendak menatap beberapa file di atas mejanya.
Ruangan itu sejenak terlihat seperti hendak hening cipta. Begitu sepi dan mengharukan karena manager perusahan itu menundukkan kepalanya dengan air mata keluar dari sebelah matanya. Haikal maju melangkah sedikit ragu begitu. Ia mulai memberanikan diri bertanya pada managernya itu. Sementara karyawan lainnya saling menatap heran akan keberanian Haikal yang mendekati manager mereka.
"Maaf pak. Bapak,..."
Ucapan itu terhenti seketika ketika salah satu tangan kanan manager nya mengisyaratkan untuk tidak menggangunya. Haikal mengangguk dan melangkah mundur sejajar karyawan lainnya. Mereka kembali diam memerhatikan manager mereka.
"Saya tidak ingin membuang waktu dengan melihat semua pilihan kalian tentang perancang terbaik atau ahli dalam mendesain pakaian. Tapi saya hargai usaha kalian. Agar waktu ini tidak terbuang sia-sia. Langsung saja katakan pada saya dan pikirkan apakah kalian yakin dengan bakat orang yang kalian pilih untu memajukan perusahaan kita? Jika kalian yakin, majulah dan sebutkan pilihan kalian siapa."
Semua orang tertunduk diam. Manager itu bangkit dari kursinya. Ia menatap satu persatu wajah karyawannya. Pada karyawannya itu menjadi semakin takut. Mereka terus menutup mulut. Seolah takut salah bicara.
"Kamu Haikal tolong katakan pada saya apakah kamu yakin dengan pilihanmu? Saya meminta kalian semua mencari orang yang berbakat dalam sebuah seni. Seni gambar."
"Pak saya sih yakin sama pilihan saya. Tapi saya juga tidak ingin mengatakan pilihan saya benar karena kan dia masih pemula pak dalam bagian tata busana."
"Katakan siapa namanya?"
Haikal menarik napas panjang dan berkata tentang pilihannya. Semua orang makin terdiam karena tidak mengenal perancang busana itu. Begitu pun managernya. Sebagian karyawan lainnya juga tidak percaya dengan ucapan Haikal yang merekomendasikan orang pemula dalam merancang busana untuk perusahaan mereka.
"Siapa namanya?" Tanya manager itu lagi dengan tak percaya.
"Shizuka pak."
"Kamu yakin?"
Haikal tersenyum sambil mengangguk. Karyawan lainnya bubar setelah manager itu menutup diskusi tentang pemilihan perancang busana wanita. Mereka semua tampak mengejek Haikal karena pilihannya dianggap buruk. Sedangkan managernya mulai membaca biodata dari Shizuka yang direkomendasikan oleh Haikal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Devi Aviana Putri
Ide ceritanya menarik, nih. Jadi pengin lanjut baca hehe. ❤️😊
2023-09-07
0